12

185 26 0
                                    

"Ra, ana mau ngomong sesuatu," ucap Habib Alwi.

Ara yang mendengarpun mengernyit heran, bukanya dari tadi udah ngomong yak😂✌

"Iya bib, kenapa? " tanya Ara heran.

Habib Alwi tak menjawab pertanyaan Ara, melainkan merogoh saku hoodie yang Ia kenakan dan mengeluarkan benda yang selama ini dicari-cari oleh Ara, Ara pun yang melihat hal tersebut terkejut bukan main.

"Habib itu____, jadi selama ini___jangan bilang kalau habib sudah___," ucap Ara dengan terbata-bata.

"Na'am maaf jika ana lancang, ana yang nemuin buku ini waktu itu dan ana juga yang menyimpannya selama ini, sekali lagi mohon maaf bila lancang telah membuka serta membacanya tanpa izinmu," lirih habib Alwi.

"Ha___habib ba__baca semua?" tanya Ara semakin menunduk.

"Na'am, ana baca sampai lembar terakhir, " ucap habib Alwi.

Setelahnya kembali terjadi keheningan, sampai suara Ara lah yang memecah keheningan tersebut.

"Bib itu ana___" ucap Ara.

"Ana mengerti Ra, tak perlu kamu jelaskan ana sudah faham, cinta adalah fitrahnya manusia? cinta datang tanpa dikira dan berlabuhnya pun tidak tau pada siapa-siapanya, kadang cinta malah disalah gunakan untuk hal-hal yang tak seharusnya. membuat seseorang bisa kehilangan harga dirinya, tapi kamu berbeda Ra, cintamu dalam kebisuan, dalam diam. tapi hatimu berteriak penuh akan doa-doa untuk orang yang kamu cinta, kamu sudah sangat berusaha untuk menjaga fitrahnya cinta, dengan kebisuan mu menjaga harga dirimu, dengan menyimpan segala rasa dalam diam mu, jujur ana terkagum oleh mu sedari awal kita bertemu, ana rasa kamu tampak berbeda dan benar adanya kamu berbeda, disaat semua perempuan mencari perhatian ana, kamu malah diam menunduk, saat yang lainnya dengan terang-terangan ingin berdekatan dengan ana kamu malah menghindar menjauh, saat yang lainya pun bertemu untuk meminta fotbar kamu malah tidak mau, kamu diam menunduk lalu menghindar masyaAllah Ra, ana kagum dengan mu, dan sejujurnya tanpa kamu ketahui ana pun punya perasaan yang sama dengan mu," ucap habib Alwi panjang lebar dan tersenyum manis diakhir kalimat.

Mendengar hal itupun Ara semakin terkejut bukan main, apa Ara tak salah dengar Habib Alwinya punya rasa yang sama? ini pasti mimpi pikir Ara, karena pemikirannya tersebut membuat Ara tanpa sadar mencubit lengannya agar Ara tau sedang bermimpi atau tidak, hal itu pun tak luput dari pandangan Habib Alwi, yang melihatnya pun terkekeh dengan tingkah Ara.

"Ini bukan mimpi ra, tapi yang sebenarnya," ucap habib Alwi.

"Ha? beneran Habib___" ucap Ara lagi-lagi terpotong.

"Na'am, tapi ini bukanlah waktu yang tepat Ra, segala sesuatunya masih panjang, cinta yang benar namun waktunya yang belum tepat kamu faham?" ucap habib Alwi.

"Na'am bib ana faham, memang segala sesuatunya masih panjang, maaf bib jika ana menyimpan rasa terhadap habib, ana cuman perempuan biasa bib, yang terlalu pengecut untuk menjadi sosok layaknya Sayyidah Khadijah yang begitu berani mengatakan cintanya terlebih dahulu kepada baginda Nabi Muhammad SAW, dan tak mampu tetap menyimpan dalam diam seperti Sayyidah Fatimah Az-zahra, yang menyimpan rasa dalam kebisuan sampai orang-orang serta syaitan pun tak pernah tau perihal rasa cintanya pada sayyidina Ali bib Abi thalib, dan pada akhirnya meskipun ana telah diam tapi kini habib telah mengetahui semuanya kan? ana juga sama sekali tak begitu berharap jika rasa itu berbalas tapi hal yang habib katakan barusan membuat ana terkejut bukan main." ucap Ara panjang kali lebar.

"Ra, apakah kamu siap menunggu?" tanya habib Alwi.

"Tidak bib, ana tidak siap dan tak akan pernah siap menunggu sesuatu yang tidak pasti akan terjadinya," ucap Ara.

"Lalu bagaimana Ra?" tanya habib Alwi.

"Ya, tidak gimana-gimana bib," ucap Ara.

"Kamu tau kan kita punya rasa yang sama, dan kamu tau setelah ini ana kan mau ke Yaman menuntut ilmu disana lalu kamu bagaimana?" ucap Habib Alwi.

"Na'am ana tau, habib bakalan ke Yaman, ana bib? ingat bib kita punya Allah yang dimana Ia Maha Tahu mana yang terbaik untuk setiap hambanya, segala sesuatunya sudah diatur atas izin dan kehendaknya. bukankah manusia hanya dapat berencana namun tetap pada akhirnya Allah lah yang menakdirkan? ana percaya akan hal itu, perlu habib ketahui setelah ini pun ana tidak akan berada disini, ana akan pergi ke Kairo menyusul kedua orang tua ana dan melanjutkan kuliah di Al-Azhar, sama seperti habib yang melanjutkan pendidikan di Hadramaut Tarim, Yaman kan?.habib tak perlu risauh bukannya setiap jodoh seorang hamba nya telah diatur oleh sang pencipta," ucap Ara sambil melihat senja.

"Astaghfirullah kamu benar Ra, kita masih punya Allah yang mengatur segala urusan hamba nya, syukron sudah ngingetin," ucap habib Alwi.

"Afwan, bib." ucap Ara.

"Jadi kamu akan ke Kairo?" tanya habib Alwi.

"Na'am,"ucap Ara.

"Kapan?" tanya habib Alwi.

"Ditanggal, hari serta bulan yang sama, saat habib akan meninggalkan tana air ini," ucap Ara.

Jawaban Ara pun membuat suasana kembali hening, hingga selang beberapa menit suara dari arah pintu rooftop menyadarkan mereka berdua dari keheningan yang tercipta sebelumnya...

Kamulah Lelaki Idaman{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang