SATU

1.3K 104 8
                                    

Langit berdecih, lagi dan lagi ia memasuki ruangan terkutuk ini.

Ruang BK.

"Langit, sudah berapa kali kamu saya panggil untuk kesini?" ujar Adhiyaksa, sang Guru BK.

Langit memutar netranya dengan jengah. Apa apaan dengan pertanyaan itu!

"Langit, jaga sikap kamu. Saya ini guru kamu." tegas Yaksa.

"Bukannya Bapak yang manggil saya terus ya? Bapak sendiri bisa hitung kan karena ulah Bapak saya bisa berapa kali ke sini?"

Sebenarnya Yaksa sudah sangat lelah menghadapi seorang Langit. Anak itu sangat keras kepala, entah dengan cara apa lagi untuk melunakan sifat keras kepala Langit.

"Segitu nggak percayanya Anda dengan saya ya, Pak? Bukannya sudah saya jelaskan kalau dia duluan yang mulai." Langit menunjuk wajah Orion, membuat Orion refleks menepis tangan Langit.

"Dia mengatakan seorang wanita dengan sebutan pelacur, dia mengatakan bahwa saya adalah anak dari pelacur. Apakah pantas kalimat tersebut keluar dari seorang siswa yang bahkan baru hendak menginjak kelas sebelas SMA?" ujar Langit dengan menggebu-gebu, hal tersebut tidak lolos dari pengamatan netra Yaksa.

"Terserah Anda saja, Pak Yaksa." dengan tanpa hormat, Langit memukul meja dengan keras dan meninggalkan ruangan BK. Ia bahkan tidak ragu-ragu membanting pintu ruangan tersebut.

Yaksa kembali memutuskan atensinya pada Orion. Tanpa pertimbangan lagi, Yaksa memutuskan untuk memberikan surat peringatan kepada Orion. Ia bahkan sudah tidak peduli lagi dengan status Orion yang adalah anak dari sang kepala sekolah.

◇ ─ ◇ ── ◇ ───── ◇ ── ◇ ─ ◇

Pacar Jelek
| Kakak sudah di mobil.

Langit berdecih, dengan cepat ia mengetikan sebuah pesan sebagai jawaban.

Me
Langit mau nebeng Eric. |

Pacar Jelek
| Kamu harus ikut Kakak.
| Atau Kakak seret kamu sekarang.

Langit menghentakan kakinya, hal tersebut tidak luput dari penglihatan Eric dan Frans.

"Lo kenapa, Lang?" tanya Eric.

"Gue balik duluan, ya."

Tanpa menunggu jawaban Eric dan Frans, Langit langsung meraih ranselnya dan berlari turun dari rooftop sekolah.

◇ ─ ◇ ── ◇ ───── ◇ ── ◇ ─ ◇

Langit duduk di samping kemudi lalu membanting pintu mobil dengan keras.

"Mau marahin aku lagi? Ayo, marahin aja terus." kata Langit tiba-tiba.

Yaksa terkekeh, tangan kekarnya terulur membelai surai halus Langit.

"Kakak marahin Langit bukan tanpa alasan. Kakak nggak mau kalau kamu berantem di sekolah, bolos, ngerokok di sekolah." ujar Yaksa dengan nada lembut.

Langit mencebikan bibirnya. Ya, benar, Yaksa si Guru BK adalah pacar dari troublemaker Langit.

"Apa susah banget ya taat sama peraturan?" Yaksa mulai membawa mobilnya keluar dari gerbang sekolah. Rencananya ia akan membawa pacar manisnya itu ke mansion utama keluarganya.

"Bukannya sudah berkali-kali Kakak bilang buat jangan lagi bikin kerusuhan di sekolah? Kamu jangan ngelak, Kakak tau hari kamis nanti kamu ada tauran sama anak sekolah sebelah. Kali ini karena apa lagi? Cewek lagi? Kamu itu-"

"Kakak bisa nggak sih diam dulu?! Langit capek, Kak." sentak Langit.

"Kamu kira Kakak nggak capek hadapin sifat keras kepala kamu?" balas Yaksa. Hal tersebut refleks membuat Langit terperanjat.

"Terus mau Kakak apa sekarang?" tanpa Langit sadar, ia sudah meninggikan intonasi suaranya. Langit sangat tau jika Yaksa sangat tidak suka jika Langit meninggikan suaranya.

"Harusnya Kakak yang nanya ke kamu, mau kamu apa sekarang? Kamu mau main sama cewek-cewek kamu itu?!"

"Kakak jangan ngomong gitu."

Yaksa memutar netranya dengan jengah. Ia sama sekali tidak bisa menebak jalan pikiran pacar manisnya itu.

Mobil mereka berhenti di pekarangan mansion orangtua Yaksa. Mungkin jika Langit tau, ia sangat menolak mentah-mentah untuk ikut ke mansion orangtua Yaksa. Namun sayangnya Langit tertidur di perjalanan setelah perdebatan mereka yang akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.

"Sayang, bangun dulu ayo." Yaksa menepuk pelan pipi tembam Langit dan mengecup bibirnya dengan singkat berkali-kali.

Langit melenguh dan dengan perlahan membuka kedua matanya. Ia sangat terkejut setelah menyadari bahwa mereka sudah di depan mansion mewah orangtua Yaksa.

"Kak, kenapa kita kesini? Aku mau pulang.."

Yaksa mencium bibir Langit dengan singkat. "It's okay, sayang. Semuanya bakalan baik-baik aja di dalam. Mamaku hanya rindu putranya."

Dengan ragu akhirnya Langit turun dari mobil Yaksa dan memasuki mansion itu. Tentu saja Langit di sisi Yaksa dan menggenggam tangan lelaki dewasa itu dengan kuat.

"Yaksa.." Sarah, ibu Yaksa langsung memeluk erat putranya begitu Yaksa sampai di ruang keluarga. Bahkan wanita itu terang-terangan mengabaikan Langit yang masih menundukan kepalanya.

"Yaksa, look" Sarah menunjuk seseorang wanita yang berada di tengah-tengah mereka. Jujur saja Yaksa dan Langit baru sadar tentang keberadaan wanita itu. "Ini Alina, kamu masih inget dia kan, sayang? Dia yang kamu tumpangi waktu dulu kamu sekolah di Amerika."

"Adhi, nice to meet you." Wanita itu dengan anggun menyapa Yaksa. Bisa Langit lihat wanita itu adalah wanita yang sangat berkelas, hah- mereka sangat serasi, berbeda dengan ia yang bahkan kini menginjakan kaki di mansion orang tua Yaksa dengan masih memakai seragam sekolah.

Seharusnya dari awal kamu sadar diri, Langit.

tbc.

FALL  |  WinBrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang