Sekala lagi-lagi menghela napasnya, entah sudah keberapa kalinya untuk hari ini, hal tersebut juga tidak lepas dari penglihatan Jayden, sosok yang diam-diam adalah kekasih Sekala.
"Kenapa, hmm?" tanya Jay.
Sekala yang sedang ada di pangkuannya menoleh ke sumber suara. Yaa, mereka tengah berpangkuan dengan posisi Sekala yang di atas dan keadaan mereka berdua tanpa busana.
"Aku nggak mau ketemu Ayah." ucap Sekala.
Jayden mengusap surai Sekala dengan lembut. "Kenapa? Bukannya Sekala dari lama pengin punya Ayah? Kenapa pas udah dikasih Ayah malah nggak mau ketemu?"
"Ayah.. Ayah masih kerasa asing. Aku ragu sama Ayah, apalagi setelah lihat foto orang lain dalam wallpaper ponsel Ayah."
"Lalu kamu mau tinggal di sini aja, babe?" ujar Jayden.
Sekala menggeleng. "Aku masih mau tinggal sama Mama."
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sekala, hal tersebut membuat Sekala bangkit dan meraih ponsel yang berada di bawah lantai. Keadaan kamar Jayden benar-benar sangat berantakan.
Mama Al
| Sekala dimana, sayang?
| Kamu kenapa nggak ke sekolah?Sekala menghela napasnya. Dia harus beralasan apa lagi?
Me
Sekala minta maaf, Mom. |
Tiba-tiba sahabat Ala sakit, |
dia tinggal sendirian nggak ada |
yang rawat. Maaf Sekala tidak izin. |"Mom nanyain." ucap Sekala tiba-tiba.
Sekala terkejut ketika Jay memeluknya dari belakang. Bagaimana tidak? Bagian belakang itu titik sensitif Sekala, apalagi keadaan mereka berdua masih tidak berbusana.
"Aku penasaran bagaimana reaksi Mama kamu begitu tahu putranya yang masih SMP punya pacar seorang direktur utama, yang tentunya usianya jauh lebih dewasa." ujar Jayden.
Sekala terdiam sejenak. Benar juga, semua orang belum ada yang tahu hubungan mereka kecuali asisten pribadi Jay.
"Biar begini dulu, ya? Jangan kasih tahu Mama dulu. Nggak papa, kan?" kata Sekala.
Jayden mengangguk, dari awal memulai hubungan dengan Sekala juga dia sudah tahu konsekuensinya mereka harus merahasiakannya kepada siapapun.
Jayden tahu jika apa yang mereka lalukan tidak benar, apalagi Sekala tergolong masih anak di bawah umur.
"Anything for you, Ala."
・゜✭・.・✫・゜・。.
"Bukan gitu, Langit. Masalahnya lo nggak nepatin janji, lo udah bilang kan nggak mau bolos dan bermasalah lagi di sekolah? Lo udah kelas dua belas, sebentar lagi lulus SMA. Gimana jadinya semisal lo—"
"Jeff, kepala gue pusing. Lo mending jangan berisik deh." sahut Langit yang masih dengan posisi berbaring di sofa depan televisi dengan mata yang terpejam. Sementara Arash dan Eden masih bersama dengan Bu Mila dan Mba Ayu.
Jeff menghela napasnya lelah. Selalu saja seperti ini. Langit tetaplah Langit orang yang keras kepala dan sangat susah diberitahu.
"Rasanya capek banget hari ini setelah ketemu orang itu." ujar Langit.
Jeff duduk di lantai dengan posisi dekat Langit. "Orang itu siapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
FALL | WinBright
Fanfiction𝐌𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍𝐓𝐈𝐒𝐈𝐏𝐀𝐒𝐈 𝐀𝐆𝐀𝐑 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐓𝐄𝐑𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐊𝐄𝐒𝐀𝐋𝐀𝐇𝐏𝐀𝐇𝐀𝐌𝐀𝐍, 𝐒𝐈𝐋𝐀𝐇𝐊𝐀𝐍 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐈𝐍𝐈 𝐔𝐍𝐓𝐔𝐊 𝐌𝐄𝐋𝐈𝐇𝐀𝐓 '𝐓𝐀𝐆' 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐓𝐄𝐑𝐋𝐄𝐁𝐈𝐇 𝐃𝐀𝐇𝐔𝐋𝐔. 𝐓𝐄𝐑𝐈�...