DUA PULUH TIGA

586 55 6
                                    

Langit berdecak, sedangkan sosok di sampingnya tersebut hanya tersenyum bangga. Sembari menggendong Arash, ia merentangkan tangannya lalu memutar tubuhnya pelan. "Lihat! Bagus, kan? Kamu suka?" tanya Yaksa menunjukan ruang tengah rumah baru mereka.

"Astaga.. Sudah gue bilang kita nggak usah beli rumah, mending uangnya disimpan." jawab Langit.

Yaksa mengedarkan pandangannya. Perfect, pikirnya. Hasilnya tepat sekali dengan desain yang ia pinta. Rumah ala modern dengan tema warna putih dengan abu-abu monoton, terdapat pula kamar utama yang begitu luas sehingga sangat cocok sekali untuk tempat istirahat berdua dengan Langit.

 Rumah ala modern dengan tema warna putih dengan abu-abu monoton, terdapat pula kamar utama yang begitu luas sehingga sangat cocok sekali untuk tempat istirahat berdua dengan Langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pokoknya gue mau kamar sendiri." kata Langit mutlak, sedangkan Yaksa menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"No, kamu tidur dengan saya." jawab Yaksa. Yaksa menggiring Langit pada kamar utama, memang benar itu luas sekali dibandingkan rumah lamanya dulu, kamar utama rumah baru ini berkali-kali lipat luasnya.

Langit berdecih, ia sangat paham jika Yaksa tidak suka kalau dia membantah. Sehingga akhirnya Langit menyerah, ia keluar dari kamar utama tersebut dan menuju kamar Si Kembar yang tepat di samping kamar utama. Kamar Arash dan Eden juga sangat luas, bahkan ada taman bermain mini di sana.

Langit menuju tempat tidur Eden dan membaringkan Eden di sana—berhubung karena Eden sudah tertidur. Yaksa tersenyum sumringah, melihat bagaimana sikap lembut Langit kepada anak mereka membuatnya tak menyangka bahwa sosok itu adalah sosok yang sama di masa lalunya yang begitu begal, keras dan susah diatur.

Sama seperti Langit, Yaksa juga membaringkan Arash di tempat tidurnya karena dia tertidur. Setelah memastikan mereka sudah lelap, akhirnya Yaksa keluar diikuti oleh Langit. Mereka menuju ke halaman belakang, luas sekali terdapat pula kolam renang dan lapangan basket di sana.

"Saya mau kita menikah," kalimat pertama yang Yaksa ucapkan begitu mereka duduk di sana. "Tiga minggu lagi, saya sudah siapkan semuanya. Saya pikir sudah 90% siap, 10% lagi ada di diri kamu." lanjutnya lagi.

"Apa? Nggak." jawab Langit sengit.

Langit mencoba berdiri dan pergi, namun gerakannya tertahan begitu Yaksa menariknya hingga terjatuh di pangkuannya. Yaksa memeluk perut Langit agar tidak bisa meronta.

"Ucapan saya mutlak, Sayang. Jadi kamu nggak bisa menolak itu." ujar Yaksa.

"Tiga minggu lagi, setelah itu kita honeymoon ke Turki. Perihal anak-anak, saya akan menyerahkan mereka sementara kepada Jeffrey."

"APA?? NGGAK BOLEH!!"

・゜✭・.・✫・゜・。.

Setelah mengucapkan janji suci, kini Yaksa dengan Langit tengah mendampingi beberapa tamu undangan. Pesta Pernikahan kini akhirnya diadakan dengan sederhana, hanya dengan tema garden party sesuai dengan permintaan Langit. Tamu yang diundang pun sangat selektif, sehingga tak banyak yang datang sore itu.

FALL  |  WinBrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang