"Lang, lo berangkat sama gue aja ya." ucapan tiba-tiba dari Jeff membuat Langit mengernyitkan keningnya. Mereka memang satu sekolah, tetapi tidak biasanya mereka berangkat ke sekolah bareng karena biasanya mereka menggunakan motor masing-masing.
"Tumben." jawab Langit singkat.
Mereka masih menikmati sarapan masing-masing. Langit menikmati sarapannya dengan tenang, sementara Jeff masih dengan pikirannya yang kalut memikirkan pesan misterius yang kemarin masuk pada ponselnya. Memikirkan mereka berdua akan pergi ke sekolah sedangkan Si Kembar hanya di apartemen dengan Bi Mila dan Mba Ayu membuat Jeff khawatir.
"Nggak papa. Bi Mila sama Mba Ayu di apartemen aja ya, jangan pergi jauh-jauh soalnya..." Jeff sedikit berhenti, ia berpikir keras memberikan alasan yang cukup logis agar mereka semua tidak curiga. "Cuacanya lagi panas terus, kasihan Eden sama Ar."
Langit menganggukan kepalanya. Ahhh, benar juga, pikirnya.
"Kamu juga, Lang, jangan pergi jauh-jauh. Jangan bolos, lo sudah kelas dua belas." ujar Jeff kembali.
"Lo tahu betul kalau gue udah tobat." jawab Langit masih dengan kunyahan makanan di mulutnya.
"Lo tobat kalau lo inget doang, Lang."
"Stttt.. Kali ini gue serius, kok. Gue sekarang punya alasan gue harus lulus SMA dengan baik, gue pengin punya pekerjaan bagus buat anak-anak gue."
"Eden dan Arash harus hidup dengan baik." lanjut Langit, matanya menatap Eden dan Arash dengan tatapan yang sangat dalam.
Jeff tersenyum lebar, tangannya refleks terulur mengusap puncak kepala Langit dengan lembut. "Bagus, finaly lo sudah benar-benar dewasa, Lang.".
"Kalau lo lupa gue sudah delapan belas tahun, gue punya 'buntut' dua." ucap Langit dengan kekehan di akhir kalimatnya.
"Makanya jangan doyan ngewe sembarangan."
"Mulut sampah lo, Jeff! Ada anak gue, bangsat."
"Lo juga, dongo! Mulut lo juga harus tahu rem."
・゜✭・.・✫・゜・。.
"Kamu mau jadi guru konseling lagi?" tanya Alina kembali, entah sudah keberapa kalinya untuk hari ini.
Yaksa mengangguk, sementara tangannya tetap merapihkan dasinya di depan cermin.
"Tapi kenapa? Bukannya kamu sudah seharusnya hanya fokus dengan kantor?" tanya Alina lagi.
"Ada Michael. Seperti dulu, saya bisa handle pekerjaan kantor di sekolah kalau memang itu sangat penting." jawab Yaksa enteng. Langit meraih jas-nya lalu berjalan keluar rumah dengan tergesa.
"Adhi, stop!" seru Alina. Alina mengerjar Yaksa hingga Yaksa sudah masuk ke dalam mobilnya.
"Adhi, kamu bisa kasih alasan?" tanya Alina.
Yaksa menghela napasnya. Yaksa juga bingung dengan dirinya sendiri. Entah kenapa ia rasanya masih ingin mengejar Langit. Yaksa tahu Langit masih melanjutkan sekolahnya di sekolah lama, karena itu dia juga ingin kembali. Setidaknya Yaksa masih bisa memantau Langit meski di sekolahannya.
"Hmmm.. Hanya ingin." jawab Yaksa.
Sekala yang memperhatikan Alina dan Yaksa mendengus. Lagi dan lagi. Sifat cuek Ayahnya dan Mamanya yang terlalu over protective.
Ting!
J
| Di tempat biasa.Sekala berseringai, lalu tangannya dengan gerakan cepat membalas pesan tersebut
![](https://img.wattpad.com/cover/286931022-288-k976608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL | WinBright
Fanfiction𝐌𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍𝐓𝐈𝐒𝐈𝐏𝐀𝐒𝐈 𝐀𝐆𝐀𝐑 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐓𝐄𝐑𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐊𝐄𝐒𝐀𝐋𝐀𝐇𝐏𝐀𝐇𝐀𝐌𝐀𝐍, 𝐒𝐈𝐋𝐀𝐇𝐊𝐀𝐍 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐈𝐍𝐈 𝐔𝐍𝐓𝐔𝐊 𝐌𝐄𝐋𝐈𝐇𝐀𝐓 '𝐓𝐀𝐆' 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐓𝐄𝐑𝐋𝐄𝐁𝐈𝐇 𝐃𝐀𝐇𝐔𝐋𝐔. 𝐓𝐄𝐑𝐈�...