DUA PULUH EMPAT

1K 62 12
                                    

"Sudah gue bilang gue nggak mau jalan-jalan!" seru Langit sembari bibirnya mengerucut.

Yaksa tertawa, ia justru merapatkan tubuhnya dengan tubuh Langit.

"Gue nggak mau nge-sex sama lo!"

Yaksa mengecup bibir Langit, ia justru tertawa tak marah dengan berbagai kalimat selak dari Langit. Kini mereka berada di Venesia, Italia. Tentu saja itu ide dari Yaksa, Langit sama sekali tidak menginginkan liburan apalagi kedua anaknya ditinggal bersama Jeff dan Orion. Meskipun Langit sudah akur dengan Orion, tetapi untuk meninggalkan kedua anaknya bersama mantan rivalnya tersebut ia masih sedikit khawatir, meskipun ada Jeff bersamanya. Jika kalian bertanya kenapa tidak bersama dengan Bi Mila dan Mba Ayu, maka jawabannya adalah mereka diberikan waktu cuti untuk pulang kampung, mengingat bahwa dua tahun lamanya mereka tidak pernah diberikan izin untuk pulang.

"Geli, Kak!"

Langit berusaha melepaskan dirinya dari Yaksa, mengingat Yaksa yang terus-terusan di ceruk lehernya membuatnya kegelian.

"Udah, Kak.. Ahhh.." rengek Langit.

Seakan tuli, Yaksa mengabaikan permintaan Langit. Yaksa justru melumat bibir Langit dengan paksa, sehingga mau tak mau Langit menerima cumbuan tersebut. Mereka pada posisi tersebut hingga lamanya, sampai akhirnya Langit memukul pelan dada bidang Yaksa begitu merasakan kurang napas.

"Boleh?" lirih Yaksa, meminta persetujuan Langit.

Langit mengangguk. Dia berpikir kalaupun dia menolak, Yaksa pasti akan tetap memaksanya.

Kini mereka sudah dalam keadaan tanpa berbusana, Yaksa menunduk di atas tubuh Langit, sedangkan sang submisif hanya terlentang pasrah dengan keadaan wajah penuh dengan peluh dengan bibir yang sudah membengkak. Yaksa berseringai, ia tampak begitu bangga seperti sedang memperhatikan 'seni' buatannya sendiri.

Langit terperanjat ketika Yaksa menggesek 'lubangnya' dengan penis miliknya. Ia meringis, membayangkan rasa sakitnya membuat Langit meragu hingga ingin membatalkan apa yang akan terlaksana, meski ini bukan kali pertamanya, namun ia merasa perih jika mengingat penis besar Yaksa akan masuk ke dalam tubuhnya.

"Tenang, okay?" lirih Yaksa.

Langit menggeleng, ia seolah berkata 'Lo nyuruh gue tenang? Mana bisa."

"Pelan-pelan, ya?"

Tak menjawab, justru Yaksa membaluri penis dan lubang Langit dengan pelumas. Sesekali Yaksa melirik Langit, melihat Langit begitu menggoda di bawahnya membuatnya makin tidak sabar.

"Ahh.. Kak, pelan-pelan.." desah Langit ketika sedikit dari ujung penis Yaksa melesak masuk ke dalam lubangnya.

"I love you, Regulus Langit Davendra."

"Ahhh!!" desah Langit ketika semua bagian penis Yaksa berhasil masuk. Yaksa terdiam sejenak, membiarkan Langit terbiasa hingga akhirnya Langit menganggukan kepalanya, tanda bahwa dia sudah membolehkan Yaksa untuk berlanjut.

"Ahhh, Kak.." desah Langit begitu Yaksa menemukan titik nikmat miliknya. Yaksa berseringai, ia semakin mempercepat permainannya hingga tubuh Langit terguncang keras karena gerakan yang terlampau berutal.

"Kamu suka, hm? Suka, iya?"

Langit mengangguk, membuat Yaksa berseringai dan semakin mempercepat gerakannya hingga desahan panjang keluar begitu Langit mengeluarkan cairannya.

"Kamu suka?" Yaksa menjilat daun telinga Langit dengan seduktif. Langit tak menjawab, Lelaki Manis tersebut memejamkan matanya begitu menikmati permainan dari sosok yang jauh lebih dewasa itu.

FALL  |  WinBrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang