TUJUH BELAS

579 68 23
                                    

"Bi, maaf, bisa tolong bantu saya?" Langit berjalan tertatih menuju Bi Mila yang sedang bermain bersama Eden di depan televisi.

Bi Mila berdiri dan dengan sigap membantu Langit duduk di sofa. "Bantu apa, Mas? Pasti bisa dong." jawab Bi Mila dengan yakin.

Langit menghela napasnya dengan kasar. "Bantuin saya packing pakaian Si Kembar ya, Bi. Minggu ini kita harus tinggalin kontrakan ini."

"Loh, kenapa, Mas? Kan kita belum seminggu di sini?" kata Bi Mila.

"Karena rumah ini sudah ada yang beli," Langit tersenyum tipis, miris banget ya untuk cari tempat tinggal saja susah. "Nggak papa, Bi, nanti kita cari kontrakan lain." lanjut Langit lagi.

Bi Mila mengangguk. Langit memijat tulang hidungnya guna menghilangkan sedikit rasa pusing. Astaga, bahkan dia masih sakit sedangkan lusa nanti mereka harus meninggalkan tempat ini?

Bel berbunyi dan dengan sigap Bi Mila keluar untuk membuka pintu. Langit mengabaikan itu dan berpikir Mba Ayu dan Arash mungkin pulang dari pusat perbelanjaan, namun nyatanya yang datang malah sosok yang tidak pernah dia duga.

"Hallo, Eden!" sapaan tersebut sontak membuat Langit terperanjat. Yaksa berjalan menghampiri Eden yang sedang bermain dengan boneka dino-nya.

"Ngapain lo kesini?!" gerakan Langit yang refleks berdiri sontak membuat kepalanya semakin pusing. Ia bahkan hampir terjatuh jika Bi Mila tidak menahan badannya.

Yaksa sudah membawa Eden pada pangkuannya. Langit langsung berdiri dan menarik kerah crewneck Yaksa.

"Lo pergi atau gue akan bunuh lo!" ancam Langit.

"Bi Mila, seharusnya Bi Mila jangan dengan mudah nerima tamu orang asing." ucap Langit kepada Bi Mila, tangannya di lepas dari kerah crewneck Yaksa.

Bi Mila membungkukkan badannya. "Maafkan Bi Mila, Mas. Tuan bilang katanya temennya Mas Langit."

"Hallo, sweety, ahh.. Cantiknya." Yaksa mengusap surai lembut milik Eden. "Dad baru sadar kalau mata kamu mirip sekali punya Daddy." ujar Yaksa lagi membuat Langit sontak membulatkan matanya.

"Apa? Siapa yang lo sebut dengan Daddy? Dia nggak punya orangtua selain gue!" seru Langit, membuat Eden terkejut karena suara kerasnya dan menangis.

"Bi Mila, ambil Eden dan masuk ke kamar. Biarkan saya yang hadapin orang gila ini." titah Langit.

Bi Mila mengangguk dan meraih Eden dari gendongan Yaksa. Yaksa berdiri dan berbaring pada sofa.

"Lo gila? Pergi!" Langit berkacak pinggang dan menatap Yaksa yang malah bersantai sembari bermain ponsel.

"Saya ada penawaran bagus buat kamu." Yaksa kembali memusatkan atensinya kepada Langit. "Tinggal lah bersamaku. Kamu nggak perlu cari tempat tinggal baru, selain itu kita bisa bergantian menjaga anak-anak."

"Lo gila? Gue nggak butuh lo, sialan." jawab Langit.

"Besok saya jemput, kalian sudah harus siap, oke?" Yaksa berdiri dan berjalan keluar.

"Gila lo, bangsat! Gue nggak akan mau ikut sama lo! Woi, dengarin gue, setan!" teriak Langit sementara Yaksa sendiri sudah pergi dengan mobilnya.

Langit menghela napasnya sendiri. Ternyata menghadapi seorang Adhiyaksa sangat memakan tenaga. Langit pikir dia harus siap-siap menyediakan stock kesabaran mulai detik ini.

・゜✭・.・✫・゜・。.

・✫・゜・。

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FALL  |  WinBrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang