DUA PULUH

576 67 27
                                    

Sudah dua tahun lamanya semenjak Langit menghilang, kini Yaksa hanya tinggal bertiga bersama dengan Eden dan Arash—Bi Mila dan Mba Ayu tinggal terpisah, namun ketika pagi hingga sore hari beliau pasti ke apartemen.

Perihal Langit, kini Yaksa sudah tidak mencarinya lagi. Bukan karena tidak peduli, Yaksa sudah tau keberadaan Langit, hanya saja Yaksa memberikan waktu untuk Langit sampai lelaki kesayangannya tersebut siap sendiri untuk kembali.

Sekala sendiri kini masih di California, ia keguguran saat kehamilannya memasuki usia tujuh bulan. Sekala begitu terpukul ketika berita kehilangan tersebut, sehingga hingga kini ia belum siap kembali ke Indonesia dan di California sana ia menjalani kelas penyembuhan sementara bersamaan dengan Alina yang sudah memiliki project di sana.

"Nahh, Eden sudah cantik sekarang!" kata Yaksa dengan antusias begitu ia berhasil menguncir rambut Eden.

"Ayo, kita ke mobil! Arash dan Eden sekolah!" Yaksa menggandeng Arash dan Eden, sementara Bi Mila dan Mba Ayu hanya membawa tas berisi perlengkapan Si Kembar. Arash dan Eden ke Baby Class bersama dengan supirnya dan kedua nanny-nya, sedangkan Yaksa sendiri akan diributkan dengan pekerjaannya sendiri. Beruntung Mba Ayu dan Bi Mila masih mau mengurus Arash dan Eden.

Setelah mengantarkan Arash dan Eden, mobil mereka juga sudah pergi dari basement parkir, Yaksa kembali ke unit apartemen dan bersiap-siap ke kantor. Yaksa meraih handuknya dan membersihkan diri dengan waktu empat puluh lima menit. Ia melirik arloji pada nakas, jam menunjukan waktu tujuh lebih sebelas menit, syukurlah ia masih mempunyai waktu untuk mampir ke suatu tempat.

"Hallo, Edward," sapa Yaksa begitu telepon tersambung.

"Gimana kabarnya?" tanya Yaksa.

・゜✭・.・✫・゜・。.

"Selamat pagi!" seru sosok remaja laki-laki dengan rambut sebahunya, dengan penggunakan Bahasa Korea yang sudah cukup fasih.

"Jinan, selamat pagi!" sapanya lagi kepada anak kecil laki-laki yang sedang bermain mobil mini.

"Pagi, Kak Sky!" sahutnya. Jinan berdiri menghampiri Langit lalu meringis.

"Lihat, Kak! Gigi Jinan goyang, Jinan sudah gede!" kata Jinan dengan antusias. Mendengar penuturan antusias tersebut, Langit tertawa lalu mengusap surai Jinan dengan lembut.

"Keren, Jinan sudah gede ya! Sebentar lagi Jinan sekolah."

"Jinan mau sekolah sama Seola, sama Kak Eunjae juga. Jinan mau jadi Pilot!" kata Jinan.

Langit meresponannya dengan tawa karena gemas, Langit mengangguk lalu mencium kening Jinan. "Keren! Kenapa Jinan mau jadi pilot?"

"Biar bisa ajak Kak Sky jalan-jalan keliling negara!" jawab Jinan.

Langit tertawa lagi, ahh.. Pagi ini dia sangat bahagia hanya karena tingkah sederhana Jinan.

Semenjak memutuskan meninggalkan rumah, Langit akhirnya pergi ke Korea. Sederhana, dia hanya ingin menjauh dari hal-hal yang berhasil menghancurkan mentalnya dengan penuh. Syukurlah setelah sampai ke Korea ia diterima di Panti Asuhan sebagai pengasuh, di Panti ia berhasil memulihkan energinya sedikit demi sedikit. Ia tak menginginkan gaji, justru ia bekerja di Panti dengan sukarela. Langit hanya menginginkan kebahagiaan yang diberikan oleh anak-anak Panti di sana bersamaan dengan ia mengikuti terapi dengan salah satu Psikater di Korea.

Ia tersenyum getir, mengingat kembali ketika ia nekat terbang dari Indonesia ke Korea dengan modal uang dan beberapa potong pakaian. Ia tak membawa ponsel, sehingga begitu sampai di Korea ia membeli ponsel lagi itupun ia memilih dengan harga murah. Beruntung uang yang ia tabung, beserta uang yang dikirim oleh Riana tiap bulan cukup untuk modalnya bertahan hidup di Negeri Ginseng ini. Hidup membuka lembaran baru dengan identitas baru dan penampilan baru cukup membuatnya lega, mengingat di Indonesia hidupnya sangat ironis dengan banyak sekali orang jahat yang mengancam hidupnya.

FALL  |  WinBrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang