12 - Disc Jockey

387 55 57
                                    

Loverdose : 12
.
.
.

[]

Noina terbangun usai merasakan ranjang yang ditidurinya bergerak. Matanya sayup-sayup terbuka memperhatikan Nekara yang berjalan meninggalkan kamar.

Melihat pintu itu sudah ditutup rapat oleh Nekara, barulah Noina mendudukkan tubuh bersandar pada sandaran kasur. Bibirnya menguap dengan kedua mata yang dikucek pelan. Noina meregangkan tubuhnya karena merasa pegal-pegal, pandangannya menunduk melihat seragam sekolah yang lusuh merekat di tubuhnya.

"Pantes aja gak nyaman." Noina beranjak dari ranjang dan membuka lemari mencari pakaiannya, lalu melangkah memasuki kamar mandi untuk mengganti baju.

Nyaman sudah dengan piyama yang dipakainya sekarang, tangan Noina menggapai knop pintu dan menggesernya. Langkah kakinya terhenti kala memperhatikan Nekara yang sudah rapi dengan setelan sederhana tapi bergaya itu.

"Mau ke mana?" tanya Noina seraya menggantung pakaiannya pada hanger.

"Kerja," jawab Nekara seraya fokus memoleskan Gatsby pada rambut tebalnya.

Mata Noina melirik jam yang berdetak di sisi atas dinding, pukul sebelas malam. "Jam segini? Kerja apaan tuh?" tanya Noina kepo.

"Disc Jockey." Nekara membalikkan badan memperhatikan Noina usai menyisir rambutnya. "Kenapa?"

"Ih, pasti lo sering liat ekhem cewek-cewek di sana, 'kan? Astaga, kukira kau polos, bray." Noina memegang dadanya sok dramatis.

"Gak, ngapain saya lihat yang sama sekali gak saya suka. Saya cuma kerja, lagian saya juga gak minat digoda sama mereka." Nekara berbicara santai seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

"Halah... cowok mah gitu. Gak minat, gak minat tapi dilahap juga, dibabat abis sam–"

"Kalau kamu ragu, kamu boleh ikut saya." Nekara menyela.

"Gak deng, gak minat," tolak gadis yang menyilangkan kedua tangan itu.

Nekara dengan sangat perlahan mendekati gadis itu. Kedua tanganya masih setia bersembunyi di balik saku. "Temenin saya," tekan Nekara dengan suara deep-nya itu.

"Gak mau," tolak Noina menggeleng.

Dengan senyum miring yang perlahan-lahan muncul itu, Nekara berjalan mundur mencari ponsel Noina yang sedang dicharger di atas nakas.

Tangannya mengangkat ponsel itu ke hadapan Noina yang mengerucutkan bibir sebal. "Ponsel kamu saya sita dan kamu hanya sendiri di sini ditemanin Sinta, mau?" ujar Nekara menakut-nakuti.

"Si–siapa Sinta?" Noina was-was.

"Gadis kecil yang suka keliling di kawasan rumah ini." Nekara semakin semangat menakuti Noina kala melihat tangan gadis itu saling bertaut.

"Gak usah nakut-nakutin." Noina melawan dengan tubuh yang mulai bergetar. Tolong Noina tremor kalau soal goib-goib.

"Buat apa saya nakutin kamu, toh kalau nanti dia mau pasti nunjukin diri ke kamu juga."

LOVERDOSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang