15 - Jealous Much

509 72 109
                                    

Loverdose : 15
.
.
.

[]

Tas merah muda yang dikenakan gadis itu ditaruh ke pangkuanya. Noina lebih memilih menaiki angkot ketimbang taksi biru yang diperintahkan Nekara. Karena bagi Noina, AC alami lebih segar dan tidak bikin sakit kepala.

"Ya gak, Dek?"

Noina hanya diam tak menanggapi ucapan preman di hadapannya itu, tatapannya hanya fokus menatap jalanan yang sebentar lagi sampai menuju rumah Nekara dan dirinya tentu saja.

"Rumahnya di mana nih? Mau Abang temenin sampai tujuan?"

Lagi-lagi Noina hanya memberikan tatapan sinis dan membuang wajah seolah tak melihat seorang manusia di depannya.

"Sekarang cuaca panas banget, ya. Mau Abang ademin?"

Noina bergeser menuju pintu menjauhi dirinya dari pandangan lelaki gatal itu.

"HEH!" Noina berteriak kala tangan lelaki itu menyentuh lengannya yang menumpu menutupi tas.

"Aduh, galak juga nih. Senggol dong." Lelaki itu tertawa menatap Noina yang sungguh risih.

Noina menatap kaca yang bergantung di sebelah sopir, seolah paham dengan maksud Noina sang sopir hanya mampu mengangguk dan mengucapkan kata maaf melalui gerakan bibir.

Tahan, Noina mencoba menahan diri hanya beberapa meter lagi dan gerbang rumah Nekara akan terlihat. Ketika tangan lelaki itu hendak menyentuh paha Noina yang tertutup tas, dengan cepat gadis itu menempelkan stun gun yang membuat preman itu berteriak kesakitan.

Noina mengusap alat pemberian Nekara yang baru dibelikan cowok itu ketika beristirahat tadi, ada untungnya juga. "Kiri, Pak."

Sopir itu menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang menjulang rumah Nekara. Noina memberikan uang lima ribu rupiah kepada sang sopir yang merasa tak enak. "Maap atuh neng, saya gak bisa ngelawan, takut dipalak." Sopir itu berbisik.

Noina mengangguk mengerti dan berjalan mendekati gerbang yang tertutup.

"Ini rumahnya, ya?"

Ah, sh*t.

Preman itu masih memegang lengannya dan menatap Noina dengan senyuman licik.

Noina menggerutu dengan tatapan kesal. Sungguh sial sekali dirinya hari ini.

"Ayo masuk Dek, Abang temenin."

"Temenin pala lo, ini rumah gue, ya. Awas!" Noina menggeser tubuh preman yang menghalangi pintu masuk gerbang itu.

Tangan preman itu mengelus dagu Noina.

Plak!

"Heh, bangs*t, gausah sentuh ya, setan!" Noina rasanya ingin meledak-ledak hendak mengucapkan kata-kata suci lainnya.

"Aduh, galak, ya. Takut deh."

Noina mengeluarkan dengan cepat alat kejut di tasnya dan–sial. Preman itu lebih cepat merebut dan membuang alat itu hingga masuk ke dalam selokan.

LOVERDOSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang