Loverdosis : 51
.
.
.[]
Senyum malu-malu yang sedari tadi tak bisa menghilang itu membuat Noina resah sendiri. Masalahnya, di saat dirinya mencoba fokus mengerjakan tugas yang diberikan Bu Dangdut, justru otaknya kembali merefresh kejadian menggilakan tadi secara tiba-tiba.
Padahal cowok sialan itu sudah sering memberinya kejutan tak waras, tapi yang tadi itu entahlah kenapa sangat argh, Noina tidak bisa menjabarkannya karena terlalu mendebarkan. Semua seolah ter-slowmotion sendirinya di benak gadis itu.
"Noina!"
Gadis itu segera mengangkat kepalanya terkejut. "Ya?" Bu Dangdut menegurnya.
"Masih aman? Kabel kewarasannya belum putus, 'kan?" tanya guru berambut sebahu itu berkacak pinggang.
Noina seketika merasa malu ditatap puluhan mata di kelas itu. "Hehe, aman, Bu."
Bu Dangdut mengangguk mengerti. Kembali fokus mengerjakan dokumen yang berada di tangannya seraya menunggu para siswa menyelesaikan tugas yang diberikan.
Pena itu hanya menari-nari di atas secarik kertas yang dirobek Noina. Pikirannya berkelana entah ke mana, ada apa dengan dirinya? Apakah ia sudah benar-benar jatuh cinta dengan cecunguk sialan itu?
Deringan yang sedari tadi dinanti akhirnya berbunyi juga, segera para siswa berhamburan merapikan alat tulis dan bersiap untuk kembali ke rumah masing-masing. Begitupun Noina yang tersadar, segera merapikan barang-barangnya.
Gadis itu melangkah keluar kelas, menggenggam erat kedua tali tas yang berada di samping masing-masing pinggangnya. Pandangannya menyapu pekarangan sekolah yang ramai dengan keributan para siswa yang sibuk menanti kendaraan pulang.
"Lagi liatin apa sih?" Noina seketika terkejut segera berbalik badan menatap Nekara yang juga menatap ke arahnya dengan senyum tipis.
Noina membalas dengan gelengan. Dahinya seketika mengernyit bingung memperhatikan Nekara yang tiba-tiba menyodorkan jari kelingking ke arahnya. "Apa?"
"Gandengan."
Noina seketika terkekeh geli. Gadis itu mengangkat tangannya dan menyatukan jari kelingking kecilnya menyatu dengan kelingking besar cowok itu. "Udah," lapornya seraya melirik Nekara malu.
Nekara tertawa singkat, menampakkan deretan gigi rapinya seraya mengelus rambut Noina pelan. "Good girl."
𝓛𝓸𝓿𝓮𝓻𝓭𝓸𝓼𝓲𝓼
Malam ini Noina sangat bosan menonton siaran televisi sendirian. Bibong dan Tama sudah tertidur lelap di sebelahnya. Nekara? Cowok itu kembali dipanggil Ariana Granat karena sudah sering absen dari pekerjaan.
Tak ada yang bisa ia lakukan selain keluar masuk aplikasi di ponsel, kemudian menonton televisi yang sangat membosankan. Noina ingin membeli sesuatu ke luar, tapi ia sudah janji pada Nekara tidak akan keluyuran tanpa sepengetahuan cowok itu.
Drrt!
Getaran dari ponselnya membuat Noina menoleh, menarik tombol hijau itu membuat suara berisik Pangeran terdengar memenuhi pendengarannya.
"Woi, mbel! Gue di depan rumah lo nih. Bukain pintu dengan hormat kerajaan dan jangan lupakan red karpet menyambut kedatangan sang Pangeran. Okey?"
Noina berdiri, menyibak tirai di jendelanya. Benar, ada Pangeran berdiri di sana dengan menjinjing sebuah kresek. "Iya, bentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVERDOSE [END]
Romance"I overdosed should've known your love was a game." Semua tidak menyangka bahwa ada pasangan sejenis yang menggemparkan warga sekolah. Noinara sungguh tak mengerti dirinya hanya dijadikan alat untuk menutupi hubungan terlarang dua lelaki terpandang...