58 - Home

206 23 5
                                    

Loverdosis : 58
.
.
.

[]

Pemberhentian terakhir dari stasiun itu akhirnya sampai. Noina merentangkan tangan menghirup udara pedesaan yang sangat dirindukannya. "Ahh, kangen banget."

Gadis itu menarik koper yang dibawanya juga menjinjing sebuah kandang kecil yang terdapat Tama di dalamnya. Inilah dunia baru bagi Noina, tak akan ada lagi Nekara dan hanya ia juga Tama yang akan menemani hari-harinya.

Noina mencoba mengingat-ingat rumah kayu yang dulu pernah ditempatinya sewaktu kecil. Di mana keluarganya masih lengkap dengan kehangatan yang begitu harmonis.

Itu adalah rumah nenek, meskipun tidak menetap di sana, namun setiap weekend Noina dan ibunya selalu berkunjung ke sana. Sementara, papanya hanya sesekali itupun harus dipaksa.

Noina hanya bermodalkan bertanya-tanya pada penduduk yang ada, menumpangi ojek hingga sampailah ia di sebuah rumah kayu yang sudah terlihat usang. Noina mendekat perlahan, sepertinya rumah ini sudah tidak layak huni lagi.

"Eh, nak Nara, ya?"

Noina menoleh. Menemukan seorang ibu-ibu yang tengah membawa tampah di tangannya. "Bu Dewi?"

Noina berjalan mendekat, menyalami wanita yang merupakan sahabat dekat ibunya itu. "Apa kabarnya? Udah lama banget gak ke sini," ucap Dewi menatap Noina tersenyum.

"Hehe, baik, Bu. Oh, iya, Noina punya sesuatu buat Ibu." Gadis itu menyerahkan sebuah kresek hitam yang sengaja di bawa untuk dirinya, namun siapa sangka ia akan menemukan wanita yang cukup dekat dengannya itu di sini.

Dewi menerima dengan senang hati. "Wah, apa ini?"

"Brownis, Bu. Dicoba deh, enak." Dewi mengangguk mengerti, dari baunya saja sudah terbayang betapa lembut makanan ini.

"Mau masuk dulu? Saya lagi masak banyak, ada anak-anak juga di rumah," lanjut Dewi menggandeng tangan Noina agar mengikutinya.

"Oh, iya, Bu. Rumah nenek kok udah serem gitu, ya?" tanya Noina di sela-sela perjalanan menuju rumah Dewi yang hanya berjarak beberapa meter.

"Iya karena sudah lama tidak ditempati. Saya juga kadang masih merawat halamannya, tapi ya gimanapun namanya udah tua ya pasti gak bisa kelihatan bagus lagi, bukan?" Noina mengangguk mengerti.

"Kenapa memangnya? Kamu mau mencari tempat tinggal?"

Noina menggaruk tengkuk canggung. "Hehe, iya."

"Loh, kenapa di kota memangnya? Bukannya lebih seru di sana?" tanya Dewi seraya mempersilakan Noina untuk memasuki rumahnya.

"Lagi ada masalah, Bu. Jadi ya, Noina mau balik aja. Di kota kehidupan keras soalnya."

Dewi mengangguk paham. "Iya, kota memang tidak seindah yang kita bayangkan. Ada-ada saja kriminal yang terjadi. Saya juga tidak betah tinggal di sana."

"Memang Ibu pernah tinggal di kota?"

"Pernah dulu, sebentar. Eh, ini mau saya bikin minuman apa? Serek nanti kalau ngomot terus." Noina terkekeh menanggapi, mengatakan apa yang ada di rumah saja karena gadis itu juga tidak mau merepotkan nantinya.

LOVERDOSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang