Loverdose : 19
.
.
.[]
"Apa?"
"Udah bisa ya ngancam saya sekarang."
Nekara memencet kedua pipi Noina dengan telapak tangannya, membuat bibir gadis itu mengerucut. "Twinggal dibhalik dwong."
Aish, Nekara tidak bisa Nekara tidak kuat. Cowok itu memajukan wajahnya dengan cepat dan–
Hachin!
Nekara segera memundurkan kepalanya menjauhi air hujan dadakan itu. "Gak sopan sama yang lebih tua," sabdanya.
"Lagian situ suka nyosor." Noina menggosok hidungnya dengan jari telunjuk. "Bedaknya bikin hidung gue gel-hachim!"
"Hahahak, sini saya bersihin." Nekara mengeluarkan tisu basah dari sakunya dan melepaskan ikatan rambut di kepala Noina, membuat rambut itu tergerai menerbangkan jutaan butiran bedak.
Hachim!
HUACHEN!!
Noina memegang dadanya terkejut, sungguh shock. "Lo bersin kira-kira dong, mau hancur ni gedung sekolah."
"Hehehe, kamu berlebihan, ih. Sungguh ter-la-lu."
Ha, kan. Gemesin lagi.
Nekara terkekeh dan fokus mengelus kepala gadis itu dengan tisunya. Setelah itu, Nekara kembali mengikatkan rambut Noina walaupun berantakan dan ala kadarnya.
Tubuh cowok itu sedikit dicondongkan, membersihkan sisa bedak dari leher Noina yang terbuka. Noina menggerakkan tubuhnya risih di saat hidung Nekara mengendus lehernya itu. "Lo ngapain sih?"
"Kamu pakai parfum saya, ya?"
Noina memberikan senyum tipesnya. "Hehe, iya. Habis baunya gue suka."
"Nanti saya beliin kamu lima."
"Hehehe, makaseh!" Tisu-tisu basah itu bercecer di sebelah Noina, menandakan sudah banyak sampah yang dihasilkannya untuk membersihkan diri dari bedak itu.
Namun, cowok yang sedari tadi tak hentinya menghirup aruma lehernya itu membuat Noina risih. "Lo ngapain sih?"
Nekara hanya terkekeh dan mengecup singkat leher mulus gadis itu. "Aromanya cocok untuk kamu."
𝓛𝓸𝓿𝓮𝓻𝓭𝓸𝓼𝓮
"Udah, ayo."
Malam ini, Nekara mengajak Noina untuk makan malam di luar bersama. Berhubung Noina juga suntuk sepulang sekolah berdiam diri di rumah, ia mau-mau saja asal bukan duitnya yang keluar, karena Noina tak punya duit.
Noina berdecak melihat Nekara yang masih saja bengong menatapnya, padahal hari ini Noina tak menggunakan make up berlebihan atau hal yang membuat speechless lainnya. Tapi, cowok di depannya itu malah diam membantu dengan mata yang menatapnya lurus tanpa kedipan.
"Buruan woi! Ah, elah, malah bengong. Awas gue mau keluar." Noina menggeser tubuh Nekara dan melangkah meninggalkan cowok itu.
Ketika Noina hendak memilih sepatu yang akan dikenakannya, tiba-tiba perutnya terasa dililit dari belakang. "Kenapa rambutnya diikat kayak gitu, embh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVERDOSE [END]
Romance"I overdosed should've known your love was a game." Semua tidak menyangka bahwa ada pasangan sejenis yang menggemparkan warga sekolah. Noinara sungguh tak mengerti dirinya hanya dijadikan alat untuk menutupi hubungan terlarang dua lelaki terpandang...