CHAPTER 61•

434 35 6
                                    

Kini hanya tersisa beberapa jam lagi untuk Kazuo yang akan pergi jauh dari Andira. Pikirannya masih belum bisa tenang untuk tidur saja, tidur? sebentar...Kazuo bahkan tak tidur satu malam, karena pikirannya mengacaukan dirinya.

Ponsel sama sekali tidak berdering, padahal Kazuo menantikan itu, menantikan kabar bahwa Andira yang akan sadar dari mimpi panjangnya.

"Maaf pak, tapi sudah waktunya kita pergi" Ucap sekretaris Kazuo yang akan mengantarkannya ke Bandara.

Kazuo hanya mengangguk dengan meneguk sisa teh hangat yang ia buat sendiri. Paginya begitu sunyi dan senyap, sang pembuat onar dan keributan sedang lelap dalam tidurnya.

Sekretaris Kazuo mulai mengangkuti koper Kazuo, dan memasukannya ke dalam bagasi mobil.

"Ada yang lain lagi pak?"

"Tidak ada"

Kazuo menjadi dingin, tidak tidak dia memang sudah dingin, tapi semakin dingin ketika sang pawang tidak berada dekat dengan dirinya.

Langkah Kazuo kembali masuk ke dalam kamarnya, ia mengambil salah satu foto Andira yang ia cetak dan simpan tanpa sepengetahuan Andira. Foto itu ia letakkan didalam saku kemejanya dengan senyum kecil yang terlihat di wajahnya.

Sepanjang jalan ia menggenggam erat ponselnya, berharap akan ada yang menelpon dirinya.

"Kita mampir ke toko bunga sebentar" Ucap Kazuo pada supirnya.

Bunga digenggaman Kazuo itulah yang akan diberikan kepada Andira sebagai hadiah perpisahan mereka, yang mungkin tak akan lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bunga digenggaman Kazuo itulah yang akan diberikan kepada Andira sebagai hadiah perpisahan mereka, yang mungkin tak akan lama.

Kazuo juga menyelipkan surat kecil di sela sela bunga berwarna merah muda itu.

Di koridor rumah sakit, Kazuo tak henti hentinya memandangi bunga itu hingga berjalan tanpa melihat ke arah depan.

Tidak ada yang berubah, mama dan papanya masih saja menunggu Andira di depan pintu ruang ICU. Andira juga belum menandakan bahwa ia akan sadar.

"Bukannya kamu akan pergi Kazuo?" Tanya Rehan. Papa Kazuo.

"Iya pa, aku mau singgah sebentar aja" Ucap Kazuo yang mengelusi bunga terlapisi plastik itu.

"Aduhh mama jadi iri karena ga pernah dibelikan kembang kayak begitu sama papa" Sahut Laras.

"Kembang pasir mau ma?"

"Papa mah gitu, ga pernah serius ih"

Lumayan bisa mencairkan suasana saat hati Kazuo merasa hampa.

"Boleh Kazuo masuk ma? Ada yang mau Kazuo sampaikan sama Andira" Ujar Kazuo yang ingin melihat Andira lebih dekat.

"Boleh sayang, mama panggilkan perawat dulu"

Kazuo memakai perlengkapan yang disiapkan oleh perawat, untuk menemui Andira harus benar benar memakai pakaian yang serba tertutup.

Kazuo menghampiri Andira dengan memegangi pinggiran tempat tidur Andira yang berwarna biru muda itu. Tangannya gemetar tak sanggup melihat Andira yang masih terbaring lemah dalam mimpi panjangnya itu.

𝑾𝒉𝒐 𝒊𝒔 𝒎𝒚 𝒇𝒖𝒕𝒖𝒓𝒆 𝒉𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang