Mata Kenma perlahan terbuka karena terganggu oleh sinar matahari yang menerobos paksa masuk kedalam kamar tidurnya.
Kenma melirik ke sebelah kanannya dan didapatinya Kuroo yang masih terlelap. Tangannya tergerak untuk mengusap wajah kekasihnya itu lembut. Setelah puas mengusap wajah Kuroo, Kenma menyingkirkan tangan Kuroo yang memeluk dirinya kemudian bangkit dari tidurnya.
"Kau terlihat lelah Kuroo," Ucap Kenma diiringi kekehan kecil. "Maaf."
Kenma melepas kooling faver yang menempel di dahinya kemudian berjalan ke dapur untuk membuat sarapan. Tetapi sesampainya di dapur Kenma terkejut dengan pemandangan didepannya. Dapurnya sangat berantakan sekali.
"Mengagumkan, hanya sehari kau memasak dan dapur menjadi berantakan seperti ini." Monolog Kenma sambil menatap sekelilingnya.
Kenma menghela nafasnya dan setelah itu berjalan kearah kulkas ia yakin Kuroo membuat bubur lebih kemarin dan tentunya itu masih tersisa.
Kenma mengambil panci berukuran sedang yang Kuroo masukan kedalam kulkas mereka. Kenma mencicipi bubur tersebut dan rasa yang ia dapatkan adalah asin.
Iya, asin.
Bubur itu sangat asin.
"Apakah Kuroo ingin kawin sampai-sampai ia memasak bubur se asin ini?" Tanya Kenma sambil memasak kembali bubur itu.
Sembari memasak, Kenma juga membereskan dapurnya yang sudah diacak-acak oleh Kuroo kemarin. Dan ketika ia sudah selesai bersih-bersih dan memasak. Kenma menatanya di meja dan pada saat ia menatanya tiba-tiba saja Kuroo menghampirinya.
"Kau memasak?" Tanya Kuroo sambil mengucek matanya.
Kenma beralih menatap Kuroo, "Iya, pergi mandi kemudian kita akan ke kantor."
Kuroo menyerngit kemudian mendekat kepada Kenma, "Kantor? Tidak ada, kau masih sakit."
"Aku sudah sembuh Kuroo.."
Karena tak percaya dengan perkataan Kenma, Kuroo meletakkan punggung tangannya di dahi Kenma. Dan benar saja, suhunya sudah kembali normal.
"Aaa kau benar,"
Kenma hanya mengangguk kecil, "Jadi ayo segera mandi dan kita sarapan."
Kuroo mengangguk kemudian mengecup dahi Kenma singkat, "Baiklah sayang." Setelah itu berlalu menuju ke kamar mandi.
•••••
Setelah selesai makan, Kuroo memperhatikan Kenma yang sedang menaruh piring-piring yang mereka gunakan barusan ke wastafel sambil menopang dagunya.
Sedangkan yang diperhatikan merasa risih, "Ada apa Kuroo? Apakah ada yang salah denganku?"
"Tidak, hanya saja..." Kuroo menjeda kalimatnya kemudian bangkit dari duduknya dan mendekat kepada Kenma yang sedang mencuci piring di wastafel.
"Kukira kau menghilang, tadi." Kuroo memeluk Kenma dari belakang.
"Kenapa kau berfikir seperti itu?" Tanya Kenma tanpa mengalihkan fokusnya.
Kuroo menaruh kepalanya pada bahu Kenma kemudian menghirup aromanya dalam-dalam. "Semalam aku tidur dengan memelukmu, dan tadi aku tak merasakan dirimu di sampingku. Tentunya itu membuatku terkejut."
"Hanya memasak Kuroo..."
Kuroo hanya menganggukan kepalanya kecil, kemudian ia mencium cium leher jenjang nan mulus Kenma berkali-kali. Tentunya itu membuat sang empu merasa geli.
"Kuroo, hentikan. Itu geli," Ucap Kenma sambil menggerakan kepalanya kesana kemari agar Kuroo berhenti mencium lehernya.
Kuroo berhenti melakukannya, "Eh? Biasanya kau menyukainya sayang."
Wajah Kenma memerah mendengar perkataan itu, "Beda cerita Kuroo,"
Kuroo terkekeh pelan, "Baiklah baiklah."
Kenma yang telah selesai mencuci piring langsung memutar badannya agar menghadap Kuroo tanpa membuat pelukan Kuroo terlepas.
Kuroo tersenyum tipis, "Kenapa hm?"
"Kapan kita akan berangkat jika kau terus memelukku seperti ini?" Heran Kenma.
Kuroo melirik arlojinya kemudian berkata, "Masih ada waktu 55 menit sebelum klien datang, jadi kita masih bisa berpelukan selama itu."
"Kau ingin kita terjebak macet?"
"Tidak akan Kenma, kita tidak akan terjebak macet. Kau tenang saja,"
"Lagi pula memangnya kau tidak ingin memelukku?" Goda Kuroo.
Telinga Kenma memerah mendengar itu, "Bodoh sekali pertanyaanmu," Kenma mengalungkan tangannya pada leher Kuroo. "Sudah tentu jawabannya iya."
Kuroo makin mempererat pelukannya dengan Kenma. Dan pada saat mereka sedang asik berpelukan Kenma berkata.
"Sial, dokumen hari ini." Gumamnya sambil melepas kalungan tangannya di leher Kuroo.
Kuroo yang melihat itu langsung cemberut, "Ayolah Kenma, kenapa kau melepasnya?"
"Dokumen hari ini Kuroo, aku belum me-"
"Sudah kuselesaikan."
"Apa?"
"Aku bilang sudah ku selesaikan, jadi kau tenang saja."
"Kau serius?"
Kuroo mengangguk, "Ya, jika tidak percaya kau bisa mengeceknya di mobil nanti."
Kenma tersenyum mendengar itu, "Aku percaya, tapi ada apa denganmu? Mengapa tiba-tiba kau mengerjakannya?"
Kuroo melepas pelukannya dari Kenma, "Karena aku berfikir kau terkena demam karena terlalu banyak mengerjakan tugas sehingga kau tak cukup istirahat,"
"Maaf."
Kenma mengambil dasi Kuroo yang berada didalam saku kemejanya. "Itu bukan salahmu Kuroo, aku demam karena hujan kemarin lusa."
"Jika memang karena hujan, namun kenapa aku tak sakit?" Tanya Kuroo.
Kenma yang sedang memasang dasi mengalihkan pandangannya, "Kau tahu? Ada yang mengatakan bahwa orang bodoh tidak bisa sakit."
Kuroo mencubit pipi Kenma pelan, "Arghh kau menyebalkan Kenma."
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love || Kuroken[✓]
RandomKata orang cinta pertama itu gak pernah berhasil. Judul awal: Dream || Kuroken