22. Maaf

359 33 7
                                    

"Keluar lagi?" Tanya Kenma yang sudah melihat Kuroo berpakaian rapih.

Kuroo berjalan kearahnya kemudian mengecup dahi mulus itu singkat, "Iya, ada urusan."

"Jika kau ingin tidur, tidur duluan saja tak perlu menungguku."

Kenma mendongakan kepalanya agar ia bisa melihat wajah Kuroo, "Urusan apa?"

"Temanku ada yang meminta tolong agar membantu bisnisnya jadi kami akan membahasnya sekarang."

"Aku ikut!"

Kuroo menggeleng cepat, "Tidak, nanti kau bisa masuk angin jika keluar malam-malam."

Kenma menatap Kuroo datar, "Kalau begitu kau jangan pergi, itu bisa dibicarakan besok."

Kuroo mengacak surai itu, "Maaf sayang, harus sekarang."

"Jika seperti itu bawa aku bersamamu!"

"Tidak bisa Kenma.."

Kenma menyerngit heran, "Kenapa? Aku bisa membantunya juga, bahkan aku juga bisa memberinya saran yang mungkin akan lumayan berguna,"

"Jadi kenapa aku tidak boleh ikut?"

"Apakah kau terganggu jika aku ikut?"

"Tidak! Mana mungkin aku terganggu denganmu!" Bantah Kuroo.

"Lalu kenapa aku tidak boleh ikut?" Lirih Kenma.

"Aku tidak ingin kau sakit jika keluar malam bersamaku."

"Aku juga tidak ingin kau sakit jika teeus keluar malam tanpaku."

Kuroo mencubit hidung Kenma, "Tenang saja kau kan obatnya jika aku sakit."

Kenma menepuk tangan Kuroo yang mencubit hidungnya agar Kuroo melepaskannya, "Obat untuk apa?"

"Semuanya!"

"Bosan juga termasuk?" Kenma menceletuk asal.

Kuroo menyerngit heran mendengar itu, "Maksudmu?"

Kenma menggeleng, "Kemarin Haru datang kesini untuk mengunjungi kita."

Deg

"Katanya dia sudah berhenti minum karena Sakura tidak menyukai jika dia selalu minum," Kenma bangkit dari duduknya kemudian berdiri dihadapan Kuroo.

"Dan rumah tangga mereka juga baik-baik saja."

Kenma meremas bajunya untuk menenangkan dirinya, "Kemarin kau pergi kemana dan dengan siapa Kuroo?"

"Baiklah aku mengaku, sebenarnya aku pergi dengan Yaku kemarin."

"Tapi parfum yang menempel di bajumu bukan parfum Yaku."

"Ah parfum itu ya? Aku baru membelinya kemarin."

"Tetapi parfum itu menempel pada bajumu sudah dari berbulan-bulan yang lalu."

Kuroo membalikkan badannya, "Aku memakai punya temanku, dan kemarin aku baru sempat membelinya."

Kenma menarik ujung baju Kuroo, "Apakah kau selalu pergi dengan temanmu ini?"

"Kau selalu pulang subuh atau bahkan tidak pulang karena kau pergi dengannya?"

"Apakah kau tidak menepati janji padaku juga karenanya?"

Kenma meremas ujung baju Kuroo yang ia pegang, "Apakah dia benar-benar hanya temanmu?" Kenma bertanya dengan suara yang pelan.

"Kuroo...."

Kuroo hanya diam tidak membalas perkataan Kenma.

"Lihat aku Kuroo, bukankah jika orang yang sedang berbicara kita harus melihatnya?"

"Diam Kenma..."

"Parfum serta orang yang selalu keluar bersamamu ini satu orang kan?"

"Tidak jangan seperti ini!"

Kenma berhenti meremas baju Kuroo, ia melepaskan genggamannya pada ujung baju itu, Kenma menatap punggung yang lebih besar yang ada dihadapannya dengan tatapan sayu.

"Apakah kau menduakan ku dengan teman mu ini?"

PLAK

Suara tamparan yang sangat kencang menggema didalam ruangan itu, sesaat setelah perkataan itu keluar dari mulut Kenma. Kuroo refleks berbalik dan menampar pipi kekasihnya itu.

Rasa jengkel, kesal, marah, kasihan, bersalah tercampur jadi satu pada tatapan Kuroo.

"Jaga bicaramu! Aku tidak pernah menduakanmu!"

Kenma memegang pipinya yang memanas akibat tamparan Kuroo, ia menundukkan kepalanya. Tak berani menatap Kuroo. "Maaf.."

"Kenapa kau bisa mengatakan bahwa aku menduakanmu hah?!"

"Apakah kau melihatku berkencan dengan orang lain?!"

"Kau melihatku bercumbu? Berpelukan dengan orang lain?!"

"Apa buktinya hingga kau berkata seperti itu!"

"Maaf..."

Kuroo mengatur nafasnya ia mencoba menetralkan emosinya, "Sudahi ini, aku akan pergi. Mungkin tidak akan pulang!"

"Maaf.."

Kuroo segera melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Kenma yang terus menerus menggumamkan kata maaf itu. Ia segera mengendarai mobilnya dan melesat menuju ke apartemen Tsukishima.

Kuroo menekan bel apartemen Tsukishima kemudian menunggu sang pemilik membukakannya pintu.

Ceklek

Beberapa saat setelah pintu itu dibuka Kuroo langsung melangkah dan memeluk Tsukishima erat sambil menghirup aromanya dalam-dalam.

Tsukishima yang dipeluk secara tiba-tiba tersontak kaget namun ia membalas pelukan itu, "Ada apa Kuroo?"

Bukannya membalas Kuroo malah mengeratkan pelukannya, "Kurasa Kenma tahu jika aku selingkuh."

Tsukishima terkejut mendengar itu, "Bagaimana bisa?"

Kuroo melepas pelukannya kemudian menggeleng, "Tidak tahu."

"Ia sudah lama mengetahuinya?"

"Kurasa iya." Kuroo menatap Tsukishima bingung. "Apa yang harus ku lakukan sekarang? Bagaimana jika Kenma meninggalkanku?"

Tsukishima meraih tangan Kuroo dan menggenggamnya erat, "Tenang ada aku."

Kuroo menggeleng, "Aku tidak tahu harus apa jika Kenma meninggalkanmu, bahkan jika ada kau."

"Kau tahu? Aku tadi bahkan sempat membentak dan menamparnya.."

"Dan berkat perlakuanku aku rasa Kenma sedang menangis saat ini..."

First Love || Kuroken[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang