17. Firasat

262 31 5
                                    

Brak

Kenma membuka kasar pintu ruang kerja milik Kuroo, dan sang pemilik tentu saja tersentak kaget dan langsung menoleh kearah pintu.

"Hey ada a-"

"Kuroo, kau tidak papa?" Kenma bertanya dengan nada panik sembari bergegas menghampiri Kuroo yang masih terduduk dikursinya.

Kuroo kebingungan, kenapa Kenma tiba-tiba bertanya seperti itu? Ia bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Kenma yang berdiri tepat disamping mejanya.

"Tentu saja tidak papa, ada apa denganmu?" Tanya Kuroo sambil menyeka surai Kenma kebelakang telinganya.

Kenma menghela nafas lega mendengar itu, "Syukurlah."

"Ada apa? Kau terlihat sangat panik."

Kenma meraih tangan Kuroo yang mengusap lembut pipinya, "Entahlah, aku mempunyai firasat buruk tadi."

Kuroo tersenyum mendengar itu, "Pada saat meeting tadi?"

Kenma mengangguk, "Iya..."

Kuroo tertawa kecil, "Bahkan saat rapat pun kau masih memikirkanku? Sial, kau sangat menggemaskan."

"Tidak! Bukan seperti itu!" Bantah Kenma dengan wajah yang sedikit memerah.

"Buktinya kau memiliki firasat buruk tentangku, itu berarti kau memikirkanku."

Kenma menurunkan tangan Kuroo yang mengusap wajahnya, "Kau menyebalkan."

Kuroo tertawa sebentar mendengar itu, "Terimakasih karena selalu memikirkanku, tapi aku baik-baik saja sayang."

Kenma menatap Kuroo sedikit ragu, "Sungguh?"

Kuroo mengangguk, "Sungguh, ingin mengeceknya?"

"Caranya?"

Kuroo mengeluarkan smirknya, "Kira-kira apa ya?"

Kenma tersenyum kemudian memukul tangan Kuroo pelan, "Dasar."

Kuroo terkekeh, "Jadi, bagaimana meetingnya tadi? Lancar?"

Kenma menyilangkan kedua tangannya didepan dada, "Harusnya aku yang bertanya padamu, apakah lancar?"

"Tentu saja lan-" Perkataan Kuroo terhenti pada saat netranya mendapati handsaplast yang membungkus jari kekasihnya.

Kuroo menarik tangan kanan Kenma untuk melihat itu, sedangkan Kenma menatapnya bingung. "Ada apa Kuroo?"

"Apa yang terjadi?" Kuroo bertanya sambil fokus menatap jari telunjuk Kenma.

"Kau terluka? Apakah parah? Perlu ke dokter?"

Kenma menggeleng, "Tidak perlu, ini hanya luka kecil."

"Bagaimana jika itu infeksi? Lebih baik kita kedokter!"

Kenma menggenggam tangan Kuroo, "Tidak perlu Kuroo..."

Kuroo menghela nafasnya mendengar itu, "Tapi benar-benar tidak papa?"

"Iya."

"Bagaimana kau mendapatkan luka itu?"

"Pada saat membereskan pecahan gelas."

"Dimana kau meeting? Apakah restoran itu tak memiliki pelayan? Haruskah aku mempekerjakan pelayan disana?"

Kenma menatap Kuroo dalam seolah berkata sudahlah Kuroo. "Kuroo..."

Kuroo yang paham apa maksudnya pun mengangguk, "Maaf," Kuroo mengusap jari telunjuk Kenma yang terbungkus hansaplast.

"Kurasa aku harus memarahi Lev." Ucap Kuroo.

Kenma tersenyum miring, "Kau ingin membuatnya mengadu kepada Yaku?"

"Mengapa tidak?" Tanyanya diiringi kekehan kecil.

•••••

Tsukishima menatap datar berkas yang tadi Kuroo berikan kepadanya. Kemudian percakapannya dengan Kuroo terputar kembali diotaknya.

"Bagaimana jika aku mengatakan bahwa orang yang aku cintai adalah kau?" Tsukishima bertanya dengan datar, tapi dimatanya terpancar keseriusan.

Kuroo tertawa menanggapi itu, "Jika kau memang mencintai aku, kurasa kau harus berhenti. Kau tahu kan? Hatiku sudah ditempati oleh Kenma."

"Tapi aku bisa menggantikan tempatnya."

Kuroo menaikan satu alisnya tak percaya, "Benarkah?"

"Perlu aku buktikan?"

Kuroo tersenyum miring, "Mari kita lihat, jika memang benar bisa. Kau akan menjadi kekasihku."

"Yang kedua tentunya."

Tsukishima tersenyum tipis mendengar itu, "Hal mudah, aku hanya perlu mendekatinya terus menerus dan tak lama dia akan menyukaiku sedikit demi sedikit."

"Menjadi yang kedua kurasa tak terlalu buruk," Monolog Tsukishima.

"Jika aku sudah menjadi yang kedua aku hanya perlu menyingkirkan Kenma agar Kuroo-san menjadi milikku."

First Love || Kuroken[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang