8. Wanita Hebat

60 7 28
                                    

Arhan menuju toko bangunan Koh Ari setelah mengantarkan Darel dan Kamila ke rumah Naila. Ia sudah mulai bekerja hari ini. Tidak terlalu sulit, walau toko bangunan Koh Ari besar, tetapi pekerjanya banyak, ada lima orang termasuk Arhan, jadi pekerjaan terasa mudah. Arhan hanya cukup melayani pembeli, menjelaskan harga dan kualitas barang, ia juga harus membereskan, dan memindah-mindah barang yang terlihat berantakan. Sejauh ini, hanya itu pekerjaannya.

"Ngapain polisi ke sini?" tanya seseorang di belakang Arhan, membuat Arhan menoleh tetapi tetap diam.

"Ngapain polisi ke sini, tau gak?" tanya orang itu lagi melihat Arhan hanya terdiam.

Arhan yang sudah yakin, kalau dirinya yang sedang diajak berbicara menggeleng pelan. "Polisi ke sini?" Arhan bertanya balik pada Dito--teman kerja yang sudah lebih senior.

"Itu polisi," unjuk Dito ke arah Ara di depan toko, sedang berbicara dengan dua orang polisi. Ara juga salah satu karyawan Koh Ari.

Selain Arhan, Dito dan Ara, ada dua karyawan Koh Ari lainnya, Mega dan Rizal, mereka sedang sibuk melayani pembeli.

Tak lama, dua polisi pergi. Dito yang super kepo langsung menghampiri Ara. "Kenapa, Ra?"

"Nanyain anak ilang." Ara yang memang super cuek menjawab singkat. Terbalik dengan Dito, cowok ini mulutnya sangat rempong, gak bisa diam.

"Anak siapa ilang?"

"Anak orang."

"Ara Ara, gue juga tau kali, masa anak tuyul? Maksud gue, anaknya siapa yang ilang?"

Ara memilih menyibukkan diri, membereskan paku-paku berserakan yang tak sengaja disenggolnya. Setidaknya, ini lebih baik dari pada meladeni Dito.

Arhan yang juga kepo, mendekati Dito dan Ara.

"Ngapain, Han?" Dito bersuara saat Arhan sudah berada dekat dengan dirinya dan Ara.

"I-itu ... ada yang mau beli." Beruntung ada seseorang yang datang melihat-lihat, sehingga Arhan bisa beralasan.

"Mau apa, Mbak?" tanya Arhan sopan.

"Mas baru ya di sini? Saya baru liat." Bukannya menjawab Arhan, wanita itu malah bertanya balik. Suaranya seperti sedang menggoda.

"I-iya, Mbak."

"Jangan panggil mbak dong, Mas. Panggil aku Fani." Arhan dibuat ngeri melihat wanita di hadapannya. "Mas, namanya siapa?" ujar Fani centil sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Arhan, Mbak. Mbak di sini mau beli apa?"

"Mau beli mas-nya, boleh?"

"Udah, jangan diladenin. Dia tuh orang gila," bisik Dito yang entah sejak kapan ada di samping Arhan.

"Hah!" kaget Arhan, sedikit berteriak.

"Kenapa, Mas? Kok kaya ngeliat setan, di mana?" Wanita itu bersuara.

"Kenapa gak ngasih tau?" bisik Arhan tak memedulikan wanita di depannya lagi.

"Lo main pergi aja tadi, padahal gue mau kasih tau," balas Dito terkekeh.

"Dito, lo ngomong apa sama calon pacar gue?" Wanita bernama Fani menyentak Dito.

"Gak ngomong apa-apa, kok." Dito menggoyangkan kedua tangannya di depan dada, mengisyaratkan bahwa ia tidak melakukan apa-apa. "Arhan tuh udah punya bini, jangan ngarep lo!"

"Hah, serius kamu udah punya istri?" Fani kembali menatap Arhan. "Aku bersedia jadi istri kedua, kok," lanjutnya membuat Arhan tersentak.

"Lo bohong, ya?" bisik Arhan pada Dito, menghiraukan Fani yang berbicara aneh. Dito hanya nyengir.

ARHAN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang