22. Bujukan Kamila

21 6 3
                                    

Happy Reading

Arhan sekarang berada di toko bangunan Koh Ari, kembali bekerja.

"Jangan capek-capek, Han." Ara berkata ketika melihat Arhan bolak-balik memindahkan barang. "Lo jaga di depan aja, biar si Dito atau Rizal yang ngurus ini."

"Zal!" panggil Ara ketika melihat Rizal lewat. "Sini!"

Rizal menghampiri Ara dan Arhan. "Kenapa?"

"Gantiin Arhan tuh, pindahin semen. Arhan suruh jaga depan aja."

"Gak papa, saya bisa, kok."

"Udahlah, Han. Gue aja." Rizal berkata, sambil mendirong pelan bahu Arhan agar menjauh.

Arhan hanya bisa pasrah, dia menuju ke depan, melayani pembeli.

"Arhaaaaan!" panggil seorang wanita yang tak asing baginya.

"Fani...," balas Arhan ramah.

"Denger-denger, kamu abis masuk rumah sakit, ya?" Arhan mengangguk. "Maaf, ya, gak sempet jenguk. Sekarang udah mendingan, 'kan?"

"Iya," jawab Arhan sambil tersenyum manis.

"Ganteng banget, sih, jodoh orang," ujar Fani tiba-tiba, membuat Arhan sedikit canggung.

"Hati-hati sama si Fani, Han!" sahut Dito dari kejauhan. "Nanti gila lo!"

"DITOOOK!" Fani memelototkan matanya, ke arah Dito yang berada tak jauh darinya.

"Gak usah didengerin si Ditok, mah. Sedeng dia," ucap Fani lagi ke arah Arhan.

Arhan hanya terkekeh pelan, tetap mempertahankan senyumnya.

"Han ... aku suka sama kamu, sejak pertama bertemu...," ujar Fani, membuat Arhan membulatkan matanya.

"Hah?!"

Fani tertawa lepas. "Gak usah dipikir, gue bercanda." Gaya bicara centil Fani berubah menjadi gaya tengil.

"Tapi serius, Han, kamu ganteng bangeeeet, bikin hati Eneng meleleh." Fani kembali berucap dengan centil, sambil mengedipkan sebelah matanya di akhir juga mendramatis dengan memegang dadanya dengan sebelah tangan.

Arhan teringat ucapan Dito, kalau Fani adalah pengusaha slime sukses. 'Apa Fani adalah Mister X itu? Mungkin, kah?' Arhan segera menghempaskan pikirannya.

Tiba-tiba, suara dengungan melengking memenuhi telinga Arhan. Rasa sakit terasa menjalar ke seluruh bagian kepala. Arhan berusaha menahannya agar tidak terlihat Fani di depannya.

"Udah, gak usah dipikir," ucap Fani kembali terkekeh. "Aku mau beli lem lagu, ya, kayak waktu itu," ucap Fani pada Arhan, sayangnya Arhan tak kunjung membalasnya.

"Han...."

"Arhaan?"

"Iya," balas Arhan saat matanya fokus ke bibir Fani. Gerakan bibir Fani membantunya mengetahui kalau dirinya sedang dipanggil.

"Aku mau beli lem fox putih, yang 10 kg."

Arhan kesulitan memahami gerak bibir Fani. Rasa sakit di kepalanya semakin terasa.

"Aku izin ke kamar mandi sebentar," final Arhan, bergegas pergi meninggalkan Fani.

"Dit!" panggil Fani yang melihat Dito.

Dito menghampiri Fani. "Kenapa? Ditinggalin, ya, sama Arhan?" Dito tertawa lepas.

"Enak aja. Gue nanya dong ... si Arhan kenapa?"

ARHAN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang