Happy Reading
Rasya mendekati Arhan dengan gunting di tangannya. Mata merah dengan seluruh wajah yang juga memerah, menandakan bahwa dirinya dipenuhi amarah.
Belum sempat gunting di tangannya menembus perut Arhan, Kamila dan Caca datang menghalangi aksi Rasya.
Caca memegang salah satu lengan Rasya, menghentikan pergerakannya. Sayangnya, tenaga lemah Caca tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Rasya.
Rasya menghempaskan tangannya, membuat Caca terlempar, terjatuh tepat di depan Arhan.
Sayangnya, saat tangannya menghempaskan tangan Caca, satu tangan Rasya yang lainnya tak terkendali. Tangan yang memegang gunting itu tak sengaja menggores wajah Kamila yang juga menahan aksi papanya itu.
"AKHHHHHHHH!" teriak Kamila sedikit mundur beberapa langkah.
Wajah Rasya seketika terkejut melihat anaknya kesakitan akibat ulahnya. "Kamila!" lirihnya pelan.
Hellen terdiam membisu, menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia memilih meninggalkan kamar itu, menghindar dari masalah.
Rasya ingin menghampiri Kamila, tapi, saat matanya menangkap Arhan yang sedang berpelukan dengan Caca, amarahnya kembali membuncah. Ia kembali mendekati kakak beradik itu perlahan. Gunting di tangannya siap menusuk tubuh Caca yang dipeluk Arhan. Arhan langsung membalik tubuhnya, sehingga badannya berganti menutupi Caca.
JHEPPPPPP!
"AKHHHH!"
Tusukan pisau menghantam dalam tubuh tegak berdiri itu. Tubuh itu seketika tumbang, dengan tangan yang masih membawa gunting. Darel lebih dulu datang dan menusuk Rasya, menyelamatkan kakak-kakaknya dari tusukan gunting.
"Darel!" teriak Caca, membuat Arhan membalikkan badannya.
"Darel?!"
Melihat Darel yang penuh darah dengan pisau di tangannya membuat hati Arhan meluruh.
"Apa yang kamu lakukan?" ucap Arhan dengan tangisan yang kembali keluar dari matanya.
Seketika dunianya terasa hancur, telinganya berdengung, menutupi suara lain dari luar, kepalanya terasa sakit yang sangat menyayat. Arhan pingsan tepat di atas tubuh kecil Caca.
"Kak Arhaaan!"
💔💔💔
Dua ambulans datang ke rumah Kamila, salah satu mengangkut mayat, dan satunya mengangkut orang sekarat. Mereka, bersama beberapa orang yang berada di sana, dibawa ke rumah sakit.
Rasya dinyatakan meninggal di tempat, karena tusukan Darel tepat mengenai jantungnya.
Lain dengan Arhan dan Kamila, mereka menjalani perawatan masing-masing. Wajah Kamila yang sobek, langsung ditangani oleh dokter bedah. Dan Arhan, kondisinya sangat mengenaskan.
Darah menggumpal di kepalanya, trauma otak yang dialaminya sudah sangat parah. Kemungkinan hidupnya sudah tidak ada harapan lagi.
Mata Arhan terbuka perlahan, langsung disambut dengan suara tangisan di sekitar.
"Kak Arhan!" Caca yang pertama kali menyadari mata Arhan terbuka.
"Ca-ca...," ucap Arhan perlahan.
"A-rel...."
"Vi-vi...."
Arhan memanggil satu per satu orang yang ia lihat. Yang dipanggil hanya menangis.
"Ja-ga di-ri ba-ik-ba-ik, ya... Kak Ar-han iz-in pa-mit...."
"Kak Arhan! Jangan ngomong begitu.... Kak Arhan pasti bisa sembuh!" Caca menjerit tak mengizinkan. "Dokter! Dokter! Tolong kakak saya!" teriak Caca lagi, memanggil dokter.
Bukan dokter yang datang, melainkan Naila.
"Kak Naila!" panggil Darel langsung memeluk Naila erat. "Tolong sembuhin Kak Arhan, Kak...."
"Nai," panggil Arhan berusaha tegar. "Tolong titip adik-adikku, ya...." Pertahanan Arhan lutur, air matanya jatuh membasahi bantal di bagian kanan dan kiri Arhan.
Naila tak sanggup berkata-kata.
"Adik-adikku baik, kok, kamu tau sendiri, 'kan? Tolong jaga mereka, ya." Arhan sudah lebih lancar bersuara, tak seberat saat awal membuka mata. Tapi kini, suaranya dibarengi dengan tangis, membuatnya kurang jelas.
"Kalo mereka nakal, marahin aja.... Bantu mereka jadi anak sukses, ya, jangan kayak kakaknya." Entah mengapa, Arhan ingin banyak berbicara saat ini.
"Dan ... Arel, kamu harus serahin diri ke polisi.... Kamu harus tanggung jawab atas apa yang telah kamu perbuat."
"Oh iya, Kak Arhan masih punya hutang sama Koh Ari.... Seharusnya, bayarnya pakai gaji Kakak, tapi sepertinya, Kakak gak bisa kerja lagi sama Koh Ari."
"Dok, tolong ambil organ tubuh saya yang bisa terjual nanti, saya harus menyelesaikan hutang saya, Dok. Tolong jual organ tubuh saya, untuk membayar hutang, juga tagihan rumah sakit ini...."
"Arhan! Kamu ngomong apa, sih?!" Naila membentak Arhan.
"Kak Arhan, udah, jangan ngomong lagi. Kakak jangan ngomong yang gak mungkin terjadi. Kakak pasti bisa sembuh...." Caca kembali berkata.
"Ini pesan saya, Dok. Tolong jual organ tubuh saya yang masih bisa berfungsi." Arhan tak menggubris perkataan Naila maupun Caca.
"ARHAN!" bentak Naila. "Jangan, dengerin, Dok!"
"Kakak gak bisa ngomong banyak lagi, Mama sama Papa sepertinya udah nunggu Kakak.... Makasih kalian udah nemenin Kakak, membuat suasana hati Kakak selalu baik.... Makasih karena kalian udah sayang sama Kakak. Oh iya, sampaikan makasih juga buat Mister X, ya, kalau kalian udah tau orangnya. Kembaliin uang seratus juta yang dia kasih, cek-nya ada di dalam koper kita."
"Kak Arhaaaan!" teriak Darel tak Terima dengan perkataan kakaknya.
Arhan seperti menebalkan telinga, ia terus berujar sendiri. "Makasih banyak, semuanya. Maaf atas segala kesalahan Kakak, ya. Maaf, Kakak gak bisa bikin kalian hidup enak. Maaf, Kakak gak bisa membantu kalian sukses.... Maafin, Kakak ... karena gak bisa bersama kalian lagi...."
"Kak Arhaaaan!" teriak Caca dan Darel bersamaan dengan tangisan yang deras. Naila tak bisa membantu menenangkan, karena dirinya juga sama keadaannya. Bahkan, Vivi yang baru bersama Arhan, ikut menangis sedih.
"Maaf, Kakak gak bisa bersama kalian lagi," ujar Arhan mengulang permintaan maaf terakhirnya. "Tapi kalian harus yakin, kalau Kakak selalu bersama kalian di sini," lanjut Arhan sambil memegang dadanya.
Sore itu, keinginan Arhan menyusul langkah mamanya terpenuhi. Matanya terpejam, jantungnya berhenti berdetak.
"KAK ARHAN!"
💔💔💔
*
*
*
*
*
Gimana part ini? Ini part akhir, ya, gaess... Aku harap kalian ngerasain sama kaya yang aku rasain saat nulis part inii....
Semoga selalu suka dengan cerita ini, yaa....
Bantu Jo dengan vote, komen, dan share cerita ini....
Semoga kita selalu dalam kesuksesan dan keistiqomahan....
Thanks for Reading
KAMU SEDANG MEMBACA
ARHAN || END
ChickLitREKOMENDASI CERITA BAHAGIA!!! Kehilangan membuatnya hampir putus asa, tapi keberadaan memaksa dirinya untuk terus bertahan. Takdir telah ditentukan, waktu telah ditetapkan, kebahagiaan sudah direncanakan. Percaya! Percayalah akan ada waktunya unt...