Happy Reading
"Kamu membebaskan penculik Kamila?!" tanya Rasya pada istrinya yang baru keluar dari kamar mandi. Entah dari kapan saminya berada di sana.
"Mas kapan pulang?" tanya Hellen mengganti topik.
"Aku nanya, kenapa malah balik nanya? Kamu membebaskan penculik anak kita?!"
"Iya," jawab Hellen kemudian.
"Kenapa?!"
"Karena ...." Hellen terlihat berpikir. "Karena dia gak salah," lanjutnya.
"Gak salah dari mana?! Jelas-jelas dia nyulik Kamila!" bentak Tasya tepat di depan muka Hellen.
"Sudahlah, Mas. Sudah berlalu ini. Lagi pula, Kamila udah di sini, 'kan?"
Plakk!
"Mas!" Hellen berteriak saat satu tamparan keras mengenai pipi kirinya.
"Aku udah susah-susah nyari Kamila, aku udah susah-susah ngurus sama pihak hukum, kamu seenaknya membebaskan tanpa bilang!" marah Rasya.
"Kamu ngapain aja selama Kamila menghilang?! Bahkan kamu gak mau bantu nyari sedikit pun. Dan sekarang, dengan entengnya kamu bebasin penculik itu?!"
"Mas! Lagi pula dia masih kecil.... Gak mungkin anak sekecil itu nyulik Kamila, 'kan? Terus, emang Kamila luka? Emang bagian tubuh Kamila diambil? Emang Kamila disuruh jadi pembantu? Emang Kamil--plakk!" Tamparan kedua dari Rasya menghentikan ucapan Hellen.
"Kita gak akan tau apa yang terjadi sama Kamila! Walaupun keliatannya dia baik-baik aja, bisa jadi selama ini dia disiksa!"
Brak! Suara pintu terbuka mengalihkan atensi dari pasangan suami istri itu.
"Enggak!" Suara nyaring gadis kecil memenuhi ruangan kamar orang tua Kamila. "Mereka gak nyiksa Kamila, Ma, Pa! Justru kalian yang nyiksa Kamila!"
"Sayang--"
"Mama yang nyiksa Kamila, makanya Kamila kabur. Kamila gak diculik, Pa!"
"Kamila!" bentak Hellen yang tak didengar oleh Kamila.
"Mama nyiksa Kamila terus, semenjak Kamila ngasih tau Papa saat Mama ciuman sama om om waktu itu...."
Kedua orang tua Kamila terdiam membisu.
"Dan Papa ... Papa sibuk terus, gak ada waktu buat nolong Kamila dari siksaan Mama!"
"Kamila gak betah di sini! Kamila mau tinggal sama orang yang sayang sama Kamila!"
Kamila pergi, kembali kabur dari rumah. Tapi kali ini, aksinya gagal. Penjaga rumah lebih dulu menangkap Kamila yang menangis tersedu.
"Pak, lepasin Kamila."
"Non, jangan kabur lagi...." ujar Bi Ayu yang membantu menahan Kamila kabur. Rasya dan Hellen berhasil bergabung di tempat Kamila berada saat ini--di halaman besar rumahnya.
"Kamila mau tinggal sama Kak Naila, Kak Caca, Darel, Kak Arhan, juga Kak Vivi...!" ucapnya sambil menjerit. Air matanya sudah membasahi seluruh wajahnya.
"Kamila," panggil Rasya melunak. "Maafin, Papa."
"Kamila mau tinggal sama mereka!"
Saat-saat dirinya disiksa oleh mamanya sendiri terngiang-ngiang di kepala Kamila.
"Siapa dia, Hellen!" bentak papanya mengagetkan. Kamila memperhatikan pertengkaran orang tuanya sejak tadi.
"Ma-ma-maaf!" ucap mamanya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARHAN || END
ChickLitREKOMENDASI CERITA BAHAGIA!!! Kehilangan membuatnya hampir putus asa, tapi keberadaan memaksa dirinya untuk terus bertahan. Takdir telah ditentukan, waktu telah ditetapkan, kebahagiaan sudah direncanakan. Percaya! Percayalah akan ada waktunya unt...