23. Pertengkaran

38 5 6
                                    

Happy Reading

Di rumah besar Kamila, Arhan dan Darel diberikan satu kamar, sedangkan Caca dan Vivi satu kamar di kamar Kamila.

Sekarang, mereka sedang berkumpul di meja makan, dengan berbagai makanan mewah terhidang di atas meja. Makan malam besar terjadi di sana dengan keheningan menyelimuti. Hanya Darel dan Kamila yang sibuk bercanda ria.

"Santai saja, anggaplah rumah sendiri," ucap Hellen setelah menyelesaikan makannya. Ia beranjak, menuju lantai dua, masuk ke kamarnya.

"Kok Mama berubah jadi lembut banget, ya?" ucap Kamila polos setelah kepergian Hellen.

"Emang biasanya gak lembut?" tanya Darel asal.

"Iya, biasanya jutek banget," jujur Kamila. "Mama juga jahat sama Kamila."

"Shttt, Kamila gak boleh ngomong kayak gitu, dong." Arhan akhirnya bersuara.

Obrolan berjalan lancar setelahnya, suasana mulai mencair karena kepolosan kedia balita yang banyak omong.

Hingga kemudian, dari lantai dua, terdengar suara teriakan. "Arhan, sini sebentar," panggil Hellen, membuat Arhan menoleh ke arah lantai dua.

"Siniiii!" ucap Hellen lagi dengan suara pelan, sehingga tak terdengar dari bawah. Tapi, gerakan tangannya yang mengibas, membuat Arhan tau, kalau dirinya dipanggil.

"Kakak ke sana dulu, ya," izin Arhan, pada adik-adiknya.

Tapi, saat Arhan bangkit dari duduknya, mama Kamila kembali memasuki kamar, dengan pintu yang sedikit ditutup.

Dengan perasaan ragu, Arhan lanjut melangkah, ke lantai dua. Sampai di depan kamar dengan pintu yang sedikit tertutup, ia mengetuknya pelan.

"Masuk!" Suara dari dalam membuat Arhan membuka pelan pintu kamar itu.

"Masuklah!" ujar Hellen lagi, ketika melihat Arhan diam di depan pintu yang terbuka.

Arhan perlahan masuk, menghampiri mama Kamila. "Ada apa, Tante?"

"Panggil saya Kak Hellen, kalau tidak ada siapa-siapa." Arhan tersenyum canggung.

"Tolong, buka seleting belakang baju Kakak," ucap Hellen lagi, sambil memutar tubuhnya membelakangi Arhan.

"Hah?!" keget Arhan.

"Bukain seleting baju Kakak, Kakak kesusahan dari tadi," ucap Hellen lagi dengan lebih bar-bar.

Tangan Arhan perlahan ke arah seleting baju Hellen. Dengan ragu, ia menariknya perlahan agar terbuka.

"Sudah?"

"Sudah, Tan--eh Kak."

Setelah itu, Hellen terlihat ingin berbalik, tapi tiba-tiba, ia seperti menjatuhkan dirinya, membuat Arhan refleks menahannya. Posisi mereka kini sangat tidak wajar, Arhan yang menahan punggung Hellen dengan kedua tangannya, layaknya di sinetron atau drama ketika pemeran utama wanita terjatuh, dan ditangkap pemeran utama pria.

Arhan mendorong tangannya, membuat Hellen kembali berdiri. "Maaf," ucapnya lirih, kemudian pergi meninggalkan kamar Hellen.

Hellen tersenyum licik, kemudian mengambil ponsel yang berada di sudut ruangan sejak tadi. Ia menekan tombol tengah, agar ponsel itu berhenti merekam.

"Sempurna," ucap Hellen setelah menyaksikan video hasil rekaman ponselnya. Ia mengedit video itu, agar terlihat kalau Arhan telah menggodanya.

💔💔💔

ARHAN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang