10. Pulang atau Pergi?

61 8 7
                                    

"Kamila cantik, kenapa kamu ngomong gitu? Kenapa kamu bilang mama sama papa kamu jahat? Gak boleh gitu, Sayang." Arhan berkata lembut sambil mengusap kepala Kamila. Darel dan Caca hanya menyimak interaksi keduanya. Mereka tidak tahu apa yang Kamila hadapi sebelumnya.

Entah kenapa, tiba-tiba Kamila menangis kencang. Arhan bingung harus berbuat apa sekarang.

Sebenarnya, Arhan masih harus kembali ke toko bangunan Koh Ari, pekerjaannya belum selesai.

"Kamila kenapa, Cantik?"

"Ma-mama jahat, Kak. Ma-mama nyiksa aku, Ma-mama nyakitin aku, Kak. Mama ma-mau bunuh aku." Kamila berbicara sambil menangis kencang, namun, Arhan masih dapat mengerti yang Kamila ucapkan.

Hening, mendengar ungkapan Kamila membuatnya tak dapat berkata-kata. Apakah ada orang tua yang setega itu?

"Ya udah, Kamila boleh tinggal sama kita,  kok. Tapi jangan nangis dong, berhenti nangisnya, ya?!" ujar Arhan lembut. Arhan yang tadinya ingin membujuk Kamila agar mau pulang, memperbaharui niatnya. Mungkin Kamila lebih baik bersamanya untuk sementara. Arhan tidak tega, sepertinya anak kecil ini memang sangat tersiksa sebelumnya. Ia tidak mau membuat Kamila terlarut dalam ketakutan.

Ajaib, Kamila berhenti menangis, menyisakan isakan kecil yang menunjukkan bekas tangis. Entah bagaimana bisa, apa Kamila hanya berakting? Tidak mungkin, 'kan?

"Be-beneran, Kak?" tanya Kamila dengan isakan kecil, yang dijawab dengan anggukan oleh Arhan.

"Sekarang kalian siap-siap, ya. Kakak mau kerja lagi. Nanti, pulang kerja, kita bakal keluar dari rumah sakit ini.

"Yeay!" sorak Darel, Caca, juga Kamila kompak. Kamila sudah terlihat ceria kembali. Ternyata mudah sekali merubah mood anak kecil.

💔💔💔

Pukul setengah lima sore, Arhan sudah berada di kamar rawat Caca. "Udah siap?"

"Sudah," jawab Caca, Darel, dan Kamila kompak.

"Mari kita pulang!"

"Mari pulang, marilah pulang, marilah pulang bersama-sama." Darel bernyanyi sambil memutari kamar rawat Caca.

Kamila memegang bahu Darel ketika Darel melewatinya, disambung dengan Caca yang memegang bahu Kamila, membentuk kereta. Mereka masih diam di tempat.

"Ayo, Kak Arhan. Ikutan!" Caca menyuruh Arhan memegang bahunya.

"Ayoo, Kak!" Darel dan Kamila ikut bersuara ketika Arhan masih diam di tempat.

Dengan ragu, Arhan mendekati barisan yang dibuat adik-adiknya, ikut masuk memegang bahu Caca.

Tepat setelah Arhan memegang bahu Caca, mereka semua bernyanyi sambil berjalan mengelilingi kamar rawat Caca.

Gelang sipaku gelang
Gelang si rama rama
Mari pulang
Marilah pulang
Marilah pulang bersama-sama
Mari pulang
Marilah pulang
Marilah pulang bersama-sama
Sayonara sayonara
Sampai berjumpa pulang
Sayonara, sayonara
Sampai berjumpa pulang
Buat apa susah buat apa susah
Susah itu tak ada gunanya
Buat apa susah buat apa susah
Susah itu tak ada gunanya

Mereka menyanyikan lagu tradisional asal Sumatra Barat, yang juga dikenal dengan lagu anak-anak dengan ceria. Darel yang posisinya di depan, memandu barisam memutari ruangan, kemudian mereka keluar kamar rawat Caca, menuju parkiran motor masih dengan menyanyi ceria. Tidak banyak yang mereka bawa, hanya satu tas yang digendong Caca, juga satu tas lainnya yang lebih besar digendong oleh Arhan.

ARHAN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang