💔Happy Reading💔
"Arhan!"
"Mama?" Entah di mana dia berada sekarang, semua serba putih. Tempat dia berpijak, langit-langit, serta sekelilingnya, semuanya putih. Alya--mama Arhan--pun memakai pakaian putih. Senyuman manis terlihat menatap ke arahnya. "Mama gimana kabarnya?"
"Mama baik kalau kamu baik. Jangan pikirin keadaan Mama, pikirkan dirimu dan adik-adikmu. Karena itu yang membuat Mama selalu baik."
"Mama sudah bersama Papa, kamu gak perlu khawatir." Entah dari mana, Papa Arhan sudah ada di samping Alya.
"Papa?" Sosok yang sudah lebih dari tiga tahun tak dijumpainya, kini ada di hadapannya.
Arhan tak dapat berkata apa-apa, ia sangat bahagia melihat kedua orang tuanya tersenyum indah.
"Nak, kamu kuat! Kamu bisa! Jangan pernah menyerah!" Suara Alya begitu lembut terdengar di telinga Arhan.
"Dan jangan terlalu berlebihan dalam segala sesuatu. Jangan terlarut dalam kesedihan ketika kamu sedih, jangan juga terlalu merasa senang di saat bahagia," tambah papa Arhan yang membuat hatinya bergetar.
Ya, jangan terlalu berlebihan dalam kesenangan. Mungkin, ini teguran dari Tuhan. Karena sebelumnya, ia berlebihan terlarut dalam kebahagiaan.
Dalam sekejap mata, mama dan papa Arhan sudah menghilang tanpa jejak. Hati Arhan yang sudah bergetar hebat, meluruh seketika. "Mamaaaa! Papaaaa!" teriaknya, menjatuhkan tubuh di atas alas putih di tempat serba putih yang kosong. Sendirian.
💔💔💔
"Kak Arhan gak papa 'kan, Kak?" desak Darel pada Caca. "Kak Caca! Kak Arhan gak papa, 'kan?" Air mata anak laki-laki itu mengalir deras, tak jauh beda dengan kondisi Caca juga Kamila.
"Gak papa, Arel! Kak Arhan baik-baik aja, kok. Kak Arhan baik-baik aja!" jawab Caca yang terkesan seperti memaksa takdir.
"Kalo kak Arhan gak papa, kenapa gak mau bangun?"
Caca tak sanggup mendengar kalimat yang dilontarkan adiknya. Mereka kembali ke rumah sakit, rumah sakit yang sama, dengan kamar yang juga sama. Arhan sudah dipindahkan dari ruang UGD, adik-adiknya sudah diperbolehkan melihat kondisinya.
Wajah segarnya tak terlihat sama sekali, wajah yang selalu berusaha ceria, wajah yang selalu tersenyum, tergantikan dengan wajah pucat tak berekspresi. Mata biru yang indah, kini menutup sempurna. Perban putih, melilit kepalanya.
"Kak Arhan, banguuun!" Caca berteriak histeris, melupakan kehadiran Darel dan Kamila di sampingnya. Air matanya tak mau berhenti tumpah. Ditambah, suara tangisan dua anak kecil yang masih sangat polos, semakin membuat hatinya terasa sakit.
"Kak Arhan tega banget, sih! Kak Arhan jahat! Kak Arhan gak mau ngurusin kita lagi? Kenapa, Kak?!"
Kamila tiba-tiba terjatuh ke lantai, ia memegang perutnya, menatap sendu ke arah Arhan yang berbaring. Caca ikut turun dari kursi, berjongkok, agar dapat menggapai Kamila.
Panas, punggung tangan Caca merasa panas saat menyentuh kening Kamila. "Kamu sakit?" Kamila hanya terdiam, tapi wajah pucatnya menjawab pertanyaan Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARHAN || END
ChickLitREKOMENDASI CERITA BAHAGIA!!! Kehilangan membuatnya hampir putus asa, tapi keberadaan memaksa dirinya untuk terus bertahan. Takdir telah ditentukan, waktu telah ditetapkan, kebahagiaan sudah direncanakan. Percaya! Percayalah akan ada waktunya unt...