14.5

65 24 2
                                    

Disclaimer: chapter ini masih satu waktu sama part sebelumnya


—Ibas'

"Itu tadi... mereka lagi PDKT, Ra? Kok random banget tau-tau ama anak FISIP?"

Gue melontarkan pertanyaan barusan ke Tara. Enggak kok, gue nggak ada apa-apa sama dan atau ke Fira, ini karena kepo aja. Selain itu, wajahnya si cowok tuh kayak familiar... tapi gue nggak inget.

Kalian inget nggak?

Wkwkwkwk ya jelas enggak sih. Iseng aja gue nanya biar akrab yekaaann. Siapa tau lo semua bingung kenapa tiba-tiba gue yang muncul.

TAPI SERIUSAN CUY. Cowok tadi siapa ya? Kok gue ngerasa nggak asing, tapi otak gue terlalu lemot buat dipake mikir.

Aduh, jangankan sama orang. Gue aja sering lupa sama jadwal kelas dan tugas. Doain gue bisa lulus dengan selamat deh ya.

"Awalnya gara-gara dompet itu, inget kan?" tanya Tara.

"Oohh yang keselip?"

"Iya. Nah, abis itu mereka jadi sering nggak sengaja ketemu gitu deh. Maybe the cupid has pulled his arrow."

"Anjay," respon gue dengan cengiran lebar. "Orangnya cakep betewe, sangar tapi cakep gitu dah keliatannya."

"Pas SMA banyak fansnya tuh dia."

"Hoooo, dia temennya kakak lo yak?"

Gue sama Tara ngobrol sambil jalan ke FIB, menerjang teriknya panas matahari jam dua siang. Ini nggak ada niatan masang kanopi di sepanjang trotoar Perpus-FIB apa yak?

P p p p p p @ Rektor

"Wajahnya familiar Ra, tapi gue lupa banget pernah ketemu dimana," curhat gue. "Atau dia sering nongkrong di Kantin?"

Kelihatannya Tara ikut mikir juga, soalnya raut wajah dia berubah. "Hmmm... mayan sih, mungkin iya. Dia kenal sama anak Sejarah yang dulu rambutnya kek iklan shampoo itu."

"Aaahh, Raihan ya? Iya berarti, karena sering liat dia di Kantin."

"Nah, iya kali."

Iya guys, kayaknya bener. Yaudah anggap aja bener yak, gue udah males mikir nih. Kepala gue panas. Abis ini mau otw ke Rektorat minta dipasangin kanopi di sepanjang terotoar dari Perpus ke FIB.

Canda rektorat. Tapi kanopinya mah nggak bercanda. BENERAN PANAS BANGET ANJENG. Rip my ubun-ubun.

****

—Satya's

"Tadi abis nugas?" gue berbasa-basi sambil menyerahkan helm ke Fira yang menatap gue dengan wajah agak aneh. Mungkin dia grogi. Ge'er dikit nggak apa-apa kan?

"Iya," jawabnya singkat sambil memakai helm.

Gue sengaja mindahin motor ke Parkiran Perpus, biar dia nggak perlu jalan jauh lagi ke FISIP. Sebenernya nggak jauh-jauh amat, tapi kan namanya proses PDKT harus effort dikit lah.

"Lo tau nggak mau diajak kemana?" tanya gue.

Fira ketawa, "Sabindo?"

"Lah? Ketebak. Tau darimana lo?"

"Feeling aja," jawabnya sambil tersenyum ceria.

"Biasanya lo kemana? Setau gue yang enak Sabindo doang deh," respon gue.

"Ada Kak, deket rumah. Tapi menunya nggak selengkap Sabindo."

Maybe, ProbablyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang