29

53 18 4
                                    

—Satya's

Fira:
Nanti gue susul ke fisip aja ya kak

Satya:
Gue lebih suka kalau ketemu di fib
Mau jajan dulu maksudnya

Fira:
😅😅
Yaudah atur aja sebahagia lo kak

Satya:
Bahagia gue ada di fib
*jajanan fib

Fira:
Super tmi

Satya:
Taman mini indonesia?

Fira:
itu tmii :")
tmi itu too much information

Satya:
Pinter👍

Fira:
Eh sengaja nih yaa-_-

Satya:
Anggap aja kuis interaktif

Fira:
Please lah :")

Satya:
Kenapa ya tmii disebut taman mini?
Padahal luas bgt

Fira:
Saya kurang paham ya kak
Coba hub langsung ke humasnya
Saya taunya martabak mini

Satya:
Ya, nanti beli

Fira:
Gue nggak mintaa

Satya:
Kalau dikasih gratisan mau?

Fira:
Mau sih...
i mean who doesn't?

Satya:
Ok
Besok gue bilang ke penjual martabak mini terdekat supaya bikin promo buy 1 get 1

Fira:
😴😴😴😴
Udah ah gue mau kelas

Gue nggak bisa nahan diri buat nggak ketawa sewaktu baca chat sama Fira tadi pagi.

Waktu gue bilang kalau kehadiran Fira bak angin segar di tengah kota yang penuh polusi ini, gue nggak bercanda. Omongan itu serius, asli, bukan asal ceplos. Fira selalu berhasil memberi gue sensasi yang nggak pernah ada sebelumnya. Lidah yang mendadak kelu, perasaan gugup, efek kupu-kupu berterbangan yang menurut gue lebay tapi ternyata benar adanya, dan segala bentuk pengorbanan yang rela gue berikan demi bisa bikin dia senang. Contohnya sekarang ini, gue rela berdesakan di tengah lautan manusia Kantin FIB demi menunggu Fira seorang.

Kalau kata Syahrini, sesuatu banget. Ehe, maaf ya kalau referensinya random bin jadul. Yang terlintas di otak gue cuma itu.

"Gue tebak, pasti lagi nungguin calon," kata Raihan begitu kita nggak sengaja papasan. Dia baru selesai makan sama pacarnya.

"Emang Satya lagi deket sama anak sini?" Kinar, pacar Raihan, jadi ikut kepo.

"Dia mah deket sama semua cewek," jawab Raihan. "Tinggal asdos aja sih yang belum pernah. Takut katanya."

"Yeeee apaan!" protes gue. "Jangan didengerin Nar, cowok lu penyebar hoax. Ati-ati aja sih, jangan gampang percaya. Apalagi kalau mendadak romantis."

"Elu kali yang kudu hati-hati. Ngasih tau aja gue mah," balas Raihan. Iseng kayak biasanya.

Mana ada sih temen gue yang nggak iseng? Apalagi yang namanya Aji. Kalau Raihan ini MULUTNYA suka iseng, tapi nada bicaranya datar. KAN NGESELIN.

"Kak Satya."

Kita bertiga refleks menoleh ke sumber suara. Berbeda dengan Raihan dan Kinar yang memasang wajah datar, gue berusaha mati-matian mengontrol ekspresi wajah agar sosok yang memanggil gue tadi nggak tersinggung. Sebab, kali ini gue harus menelan kekecewaan karena bukan suara Fira yang menyapa kedua telinga gue, melainkan milik Gita. Jangan tanya gimana, soalnya gue juga nggak paham kenapa bisa dia ada disini. Di Kantin FIB yang super ramai dan penuh sesak, yang katanya bikin dia nggak berminat untuk menginjakkan kaki disini. Sama halnya dengan nada ramah yang menyelimuti sapaan Gita barusan, nggak membuat gue berminat untuk berlama-lama ada disini.

Maybe, ProbablyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang