—Fira's
"Fir," Nugi menyikut gue pelan.
"Apa?"
"Lu kalau bibirnya pecah-pecah gitu pake apaan sih namanya? Gue mau beli tapi nggak tau namanya."
Gue mengernyitkan dahi. Tara, Ibas, dan Tyo langsung ikut menghujani Nugi dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Larutan cap kaki tiga?" celetuk Ibas.
"Baaassss!" kami semua melayangkan protes, tapi nggak bisa nahan ketawa juga.
"Apaan sih? Bener kan kalau pecah-pecah minum yang ada badaknya?" Ibas masih kekeuh dengan jawabannya. Benar juga sih, tapi kan bukan itu maksud Nugi.
Duh, ngeselin tapi lucu. Mubazir kalau nggak ketawa.
"Liat noh si Fira, gampang banget dibikin bahagia nih gue liat-liat," tunjuk Tyo ke gue.
"Emang lucu kok!" gue membela diri sambil menyeka air mata yang keluar karena saking hebohnya ketawa.
"Lip balm Gi," gue memberi jawaban ke Nugi begitu tenaga gue sudah terkumpul untuk berbicara dalam mode normal.
"Naaah, lip balm!" pekik Nugi. "Belinya yang merk apa? Gue nggak paham."
"Apa aja. Bebas."
"Bisa jadi karena kurang vitamin C tuh Gi," timpal Tara. "C alias ciuman."
"NAH! Ini baru bener," giliran Tyo yang memekik heboh. "Itu penyakit orang baru putus, Gi. Terima aja dah. Nasib."
By the way, hari ini agak nyebelin—iya, ini curcol. Bisa-bisanya diprank sama Yth. Dosen, bilangnya ada kelas pengganti jam tujuh, ternyata doi lupa lihat jadwal kalau pagi ini ada urusan di tempat lain. Mundur lagi deh kelas penggantinya, rusak sudah deh rencana gue leha-leha.
Seharusnya kelas pertama gue pagi ini jam 10. Huft.
Berhubung nggak bisa berbuat apa-apa, akhirnya tadi gue numpang tidur di Kosan Tara. Lumayan bisa merem sedetik—hehe, nggak juga sih. Bangun-bangun jam 9, abis itu lanjut cari sarapan. Sekarang sudah jam 2 siang, dan gue baru selesai makan siang bareng yang lain di Kantin.
"Abis ini balik, Fir?" tanya Tara.
"Iya lah, kemana lagi emang?" gue membalas dengan agak nyolot. Bukan karena ada maksud tertentu kok, emang kelepasan aja.
"Siapa tau siapa tau kaaaan," balas Tara dengan nada jahil.
"Siapa tau mau ngerayain doi yang abis menang juara dua futsal Dekan Cup. Gitu bukan?" celetuk Tyo.
Yaelah, dibahas lagi.
"Menang? Juara dua?" tanya Ibas. "Kereeen. Cowok atletis emang lagi naik daun sih, Fir."
"Naik daun," cibir Nugi. "Cowok apa ulat teh pucuk tuh, pake naik-naik daun segala?"
Sumpah deh, kalau nggak ada celetukan-celetukan ajaib dari sekumpulan manusia di sekeliling gue, mungkin gue bakal merasa tertodong dengan candaan seputar Kak Satya.
Nggak ada yang salah sih, guenya aja yang belum terbiasa. Rasanya masih agak aneh kalau tiba-tiba nama Kak Satya diungkit. Apalagi setelah kejadian confess nggak jelas waktu itu. Padahal gue yang nggak jelas, mengambang tanpa jawaban pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe, Probably
FanfictionSebuah kisah klasik masa muda dengan bumbu FTV. Ketika yang kelihatannya nggak mungkin, jadi mungkin.