Azan | Part 33

281 26 2
                                    

Nada dering dari sebuah ponsel mengejutkan seorang gadis yang tengah tertidur. Ghea terbangung dari tidurnya lalu mengambil ponsel di nakas.

"Hallo" Ghea mengerutkan dahi saat panggilan itu malah terputus, kurang kerjaan banget sih batinya berkata saat melihat jam tepat pukul dua belas malem. Ghea melirik Nasya yang harusnya di sebelahnya namun kini tidak ada.

Ghea menggelangkan kepala, biarin aja, udah besar gak bakal ilang di rumahnya sendiri. Ghea menarik selimutnya lagi hendak melanjutkan tidur, tapi sebuah notifaksi ponselnya membuat Ghea berdecak.

Terlihat nomor tidak di kenal dari ponselnya, hmm nanti om om yang suka bagi bagi uang itu kekeh Ghea dalam hati. Gadis itu membukanya.

Keluar, ada sesuatu buat lu

Ghea tambah mengerutkan kening, keluar mana dulu keluar rumah atau keluar kamar. Ghea menggaruk kepalanya yang terasa gatal, ah sudah di putuskan dia keluar kamar jika tidak ada baru keluar rumah.

Kaki Ghea perlahan menginjak lantai, rasa dingin sketika menjalara dari kaki hingga keseluruh tubuh.

Dengan mengembuskan nafas, Ghea berlari kencang keluar kamar. Tidak ada orang, gadis itu bergegas menuruni tangga. Tiba diluar Ghea tidak melihat siapa siapa disana, namun bibirnya tertarik keatas saat melihat sebuah balon melayang dengan sekotak kado disampingnya.

Ghea mengambil kotak itu, didalamnya terdapat sebuah kue lengkap dengan lilin. Tak lupa korek api yang terikat pada tali balon. Di balik tutup kue, ada secarik kertas.

Ghea mengambilnya, dengan mata melirik ke sekitar jikalau orang yang mengirim itu masi ada disana.

Maaf gak bisa secara langsung
Pertanda : Matahari yang terbenam

Ghea tertawa, dasar cewek itu batin Ghea. Dia kembali kedalam, melangkah menaiki tangga menuju kamar Nasya. Samar samar terdengar suara gaduh di dalam kamar, dengan cepat Ghea membukanya. Terlihat Nasya yang sudah membawa kue tangah kesusahan mengambil korek api yang terjatuh di lantai.

"Nasya" panggil Ghea membuat Nasya terkejut.

"Yahh gagal gue kasi surprise" ucap Nasya membuat Ghea terkekeh.

"Yaudah gue ulang" Ghea kembali keluar kamar.

Krekkk

"Happy brithday too youuu, happy brithday too yoo..." Nasya menyanyikanya smabil tertawa.

"Astgaaaa Nasya, gue terkejut" ujar Ghea langsung mendapat tabokan dari Nasya.

"Sialaan lu, gak natural banget espresi lu" kesal gadis itu, "ni tiup" suruh Nasya. Namun nasya menariknya lagi saat melihat apa yang di bawa Ghea.

"Itu dari siapa?" tanyanya.

"Tari" jawab Ghea dengan semangat, "sial kalah gue ama dia" celetuk Nasya.

***
Ghea curi curi pandang pada Azan yang tengah duduk bersama anggota inti Gandrioz, sedangkan Ghea duduk bersama Nasya. Kini mereka berada di kantin, tadinya di suruh nasya untuk gabung dengan Azan namun tatapan kakak kakak kelas terlihat horor saat Ghea berada di radius terdekat Azan.

Ghea membatin, apa Azan tau kalau dia hari ini ulang tahun. Tapi cowok cuek seperti Azan mana mau mencari tau tanggal lahir pacaranya, apa dia kasi tau aja kali ya. Tapi kalok di kasi tau, nanti gak surprise dong, ya itu juga kalok Azan ngasi surprise ke dia kekeh Ghea.

"Kenapa lu, jadi gila?" Kata Nasya saya melihat Ghea terkekeh.

"Gue emang jadi gila Sya, kenapa  gue  bisa punya pacar tapi gak pekaan gitu" celetuk Ghea, seketika  mengundang tawa dari Nasya.

"Bwahahahaha, yang ngejer Azan dari dulu kan elu. Tanggung resiko lah, masi mending lu di lirik ama dia" ejek Nasya.

Sialan, punya temen gini banget ya allah batin Ghea. "Gue takut Azan gak tau ultah gueeeee hiks" sedu Ghea.

"Kasi tau aja, ragu gue Azan tau lu ultah" usul Nasya.

"Tapi Syaa gue pengen dapet surprise dari Azannn" rengek Ghea, membuat Nasya semangkin tertawa.

"He, ini perkara Azan tau ultah lu aja masi ambigu. Lu malah mau dapet surprise dari Azan, sedikit kemungkinan itu" celetuk Nasya.

Melihat Ghea sedih, membuat Nasya merasa bersalah. "Gimana kita tunggu sampe pulang sekolah, kalok sepulang sekolah Azan gak ada tanda tanda ngasi surprise ma lu, kita kasi tau dia kalok hari ini lu ulang tahun" usul Nasya langsung mendapat anggukan antusian dari Ghea.

***
Ghea tersenyum saat melihat Azan berlari kearahnya. Namun senyumnya pudar karna perkataan  Azan.

"Ghea maaf ya, aku gak bisa nganterin kamu pulang. Aku udah pesenin taksi, maaf" ucap Azan.

Padahal Ghea berharap Azan membawanya pergi, lalu memberikan surprise ulang tahunya. Memang yah, harapan itu gak sesuai ekspektasi.

"Ta-ta"

"Itu dia, ayok" Azan menarik Ghea membawanya pada mobil yang baru tiba disana. Mendorong Ghea agar masuk kedalam mobil, lalu cowok itu berbicara pada supir.

"Hati hati bawa pacar saya pak" setelah mengucapkan itu, mobil itu perlahan melaju.

"Tapi, Azannn" kesal Ghea.

"Ihhh kok malah di tinggalin sih, semoga aja dia jatuh dari motor" doa Ghea, baru beberapa menit Ghea tampak terkejut dengan ucapan barusan.

"Eh jatuh, tapi jangan luka aminnn" ralatnya.

Di tengah perjalanan Ghea melihat wanita yang ia kenal, "pak berhenti sebentar'' ucap Ghea.

Gadis itu bergeegas menghampiri wanita itu, "Tante" panggil Ghea membuat wanita itu terkejut.

"Ghea" ucap wanita itu yang tak lain mama dari pacarnya.

"Tante Apakabar"

"Baik, kamu gimana" wanita itu tersenyum manis sekali.

"Baik tante, Tante abis dari mana?"

"Ah tante abis belanja, ya biasalah. Kamu baru pulang sekolah?" Ghea mengangguk membuat wanita itu tampak berpikir. "Gimana kalok kamu main kerumah tante, mau?" tanyanya.

Ghea tampak berpikir, apa dia menerima ajakan Mama Azan ya. Lagian dia harus memastikan kenapa azan tadi buru buru banget.

"Mau tante" ujar Ghea.

Layaknya seoarang anak dan ibu, Ghea dan mama Azan mengobrol sepanjang jalan. Membuat mereka lupa jikalau sudah tiba di rumah.

Ghea berinisiatif membawa beberapa belajaan yang di beli mama Azan, sekalian lah ngambil hati calon mertua.

Baru pertama masuk, Ghea sudah di sungguhi pemandangan yang tak enak dimata. Azan yang ia cari tengah duduk disana, dengan seorang gadis yang terlihat seusia denganya tengah berada di atas Azan.

Jantung Ghea berdegum kencang, serasa ada yang salah disitu. Entah perasaanya aja atau enggak, kalau dadanya terasa sakit. Rasanya ingin menarik gadis itu, lalu mendorongnya dari lantai delapan.

"Dinda!" tegur sang mama.

"Dinda gak sengaja" cewek itu berlari lalu mengambil tas belajaan yang di bawak mama Azan lalu pergi dari sana.

"Dinda kekamar dulu" teriak gadis itu.

Suasana menjadi canggung, Azan berdehem. Apalagi sang mama menyusul gadis itu ke lantai atas.

"Kenapa gak pulang?" tanya Azan. Ghea mendengus melihat gadis itu sudah tak terlihat di tangga.

"Tadi ketemu mama kamu di jalan, terus di suruh kesini" ungkap Ghea yang enggan menatap Azan.

"Tadi-"

"Dia adik ku" ucap Azan.

Azan | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang