Masih pagi hari namun matahari sudah dengan sempurna menyinari bumi. Sorot cahaya nya yang menyilaukan, membuat beberapa pasang mata menyipit saat menatap keatas. Terlihat sebuah bendera yang terus di berjalan naik dengan diiringi sebuah lagu.
Tari melirik jam yang berada di pergelangan tangannya, masi lamaa batin gadis itu. Sedangkan di belakangnya, Ghea meraba perutnya yang berbunyi. Tadi ia lupa untuk sarapan, atau memang tidak sempat sarapan.
Matanya berkunang-kunang sekarang, sabar Ghea sedikit lagi. Gadis itu bernafas lega saat lagu sudah berhenti.
"Aduhhh matahari, punya masalah apa sihh lu" bisik Nasya di belakang Ghea yang curi curi kesempatan untuk mengipas wajahnya yang terasa panas.
Ghea memutar tubuhnya kebelakang ingin berbicara pada Nasya, namun semangkin lama pandanganya semangkin gelap dan tubuhnya ambruk.
Brughttt
Nasya melongo menatap Ghea terjatuh di depannya. Seketika barisan itu mengerubungi Ghea yang sudah tersungkur di lantai.
"Eh anjirr, tolongin bego malah pada di liatin" ketus Nasya. Mau tak mau sang ketua kelas ambil alih. Cowok itu menggendong Ghea, baru selangkah sudah di hadang oleh Azan. Dalam sekejap Ghea berpindah tangan ke gendongan Azan. Cowok yang memang dari dulu jarang bicara itu lekas membawa Ghea ke uks.
"Ini kenapa?" tanya guru yang bertugas disana. Azan meletakan Ghea dengan perlahan, cowok itu tetap disana melihat guru itu memberikan minyak kayu putih di hidung Ghea.
"Kamu kembali ke barisan sana" suruh guru itu namun Azan tetap disana. Merasa masi ada kehadiran seseorang di belakangnya, Guru itu menatap kebelakang, dan benar Azan masi disana.
"Kamu ngapain tetapa disitu!"
"Dia pacar saya buk" ungkap Azan yang membuat Guru itu terdiam. "Zaman sekarang, yaudah kalau gitu kamu tetap disini. Kamu oleskan minyak kayu putih dulu, ibuk mau buatkan teh anget" ujar Guru.
Wajah Ghea terlihat pucat, membuat Azan khawatir. Tangan cowok itu mengusap keringat pada dahi Ghea, dan menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah pacar nya itu.
Perlahan kelopak mata Ghea bergerak membuat Azan mengangkat tanganya, tak lama Ghea membuka matanya dengan meringis sambil memegang kepalanya. Refleks Azan ikut memegang kepala Ghea.
"Sakit?" tanya Azan yang kini memijat kepala Ghea dengan lembut.
"Hm" gumam Ghea, gadis itu kembali memejamkan mata meinikmati pinjatan pada dahinya.
Sesorang masuk kedalam, "akhirnya kamu sadar juga. Lain kali kalok kamu tidak tahan, sebaiknya langsung ke uks" ucap guru itu. "Ini di minum yah, ibuk mau keluar dulu kalian jangan macam macam di dalem. Tetap di buka pintunya ya" peringat sang guru. Sebelum keluar guru itu membuka pintu uks dengan lebar.
"Kamu sakit?" tanya Azan.
"Enggak, cuman belum sarapan aja tadi" balas Ghea. Cowok itu tadinya berniat keluar ingin mencari makanan namun matanya melirik ke brangkas sebelah, tampak cowok salah satu anggota geng nya tertidur pulas disana.
"Mau makan apa?" tanya Azan. Ghea menggelengkan kepalanya, dia tidak mau makan sekarang tubuhnya sedang mati rasa mau bergerak saja rasanya males.
"Bubur ya" Ghea memanyunkan bibirnya mendengar kalimat Azan. "Harus mau" Ghea berdecak, kenapa bertanya kalau akhirnya di tentukan sendiri. Cowok itu mengmbil ponsel di saku celananya lalu mengetik pesan disana.
Ting
Langit yang berada di barisan langsung mengambil ponsel di sakunya, "Aduhh sih bos ini mengadi ngadi. Gak tau lagi asik asik liatin adik kelas apa" gerutuk Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azan | END
Ficção AdolescenteAl Azan Nugroho, murid baru yang sudah menggegerkan seantero SMA Wismagama. Cowok bak es itu bukan hanya saja wajahnya tampan, namun juga seorang ketua geng motor. Ghea Moureta, cewek yang di cap ratu jomblo di SMA Wismagama. Ghea termasuk populasi...