7 . Te Necesitamos

137 26 6
                                    

***
🌵

Setelah berbagai macam cara Kei lakukan untuk membujuk Danny, akhirnya Kei bisa turun dari ranjang juga. Ya, lima belas menit yang lalu orang suruhan Jun sudah sampai di apartemen Danny. Jun mengirim pesan singkat untuk Kei, memberi taunya bahwa bahan makanan sudah ada di depan pintu. Namun Kei tak bisa segera mengambilnya.

Dia bahkan tak dapat bergerak. Tangan kanannya masih digenggam dengan erat oleh Danny. Anak itu masih memejamkan matanya walau tak dapat tidur sejak tadi.

Sudah Kei jelaskan berkali-kali, dia tak akan pergi dari sana. Gadis itu hanya akan mengambil bahan makanan, itu saja.

"Danny, look at me!" Kei memutar tubuh Danny yang semula membelakangi posisinya saat itu. "Biarkan aku memasak, sekarang sudah hampir jam 2 siang, aku lapar." Kata Kei bohong. Sejujurnya dia sedang tidak nafsu makan. Entah mengapa.

Yang harus segera makan adalah Danny, begiru pikirnya.

Dia tak mau dicap buruk oleh Jun jika sampai Danny tambah sakit karena tak segera diberi makan.

"Jangan lama-lama." Jawab Danny lirih, lengkap dengan bibir poutnya. Membuat Kei gemas.

"I promise." Kei lepas perlahan genggaman tangan Danny, lalu segera beranjak pergi mengambil bahan makanan itu.

Kei kaget sekali, ada setidaknya empat kardus besar dan dua paper bag di depan apartemen. Jun benar-benar luar biasa, mengirim semua ini untuk mereka. Kei senang sekali, apalagi saat dia buka dua paper bag yang ternyata berisi makanan siap santap.

Ada satu termos bubur dan juga sup. Bahkan ada daging dan juga buah-buahan segar siap makan yang sangat menggugah selera.

"Aku akan merapikan ini semua nanti, sekarang lebih baik aku siapkan makanan ini dulu." Gumam Kei sendirian.

Dia tuang bubur ke dalam mangkuk secukupnya, tidak lupa sup juga dagingnya. Sekalian Kei siapkan air hangat dan juga buah, sebenarnya Kei tak begitu yakin Danny mau makan semuanya. Tidak mungkin dalam kondisi seperti ini Danny tertarik untuk makan buah-buahan.

"Hei, Jun membelikan ini semua untukmu." Kei menaruh satu tray berisi makanan di atas meja, lalu dia coba membangunkan Danny yang masih setia memejamkan matanya dengan posisi badan miring membelakanginya.

"Ayolah, makanlah sedikit lalu minum obat." Bujuk Kei.

Jujur saja ini kali pertama Kei merawat orang sakit. Biasanya dialah yang seringkali dimanjakan oleh orang-orang di sekitarnya. Kali ini keadaan berbalik. Anehnya Kei tak merasa keberatan sama sekali melakukan semua ini. Semuanya berjalan secara alami.

"Let me help you." Kei memaksa Danny untuk bangun. Dia tarik kedua lengan Danny, membuatnya duduk walau masih dengan mata terpejam.

"A.. buka mulutmu." Kei berhasil menyuapi Danny beberapa kali. Walaupun tidak habis satu porsi, setidaknya Kei berhasil membuat perut Danny terisi.

"Sekarang minum obatmu." Lagi-lagi Kei dengan telaten membantu Danny untuk minum semua obat yang tadi dia beli di apotik. Ada lima macam obat, semuanya harus Danny minum dengan susah payah.

"Jangan tidur dulu, tetaplah di posisi ini setidaknya satu jam." Kata Kei percaya diri. Setau Kei, setelah makan memang tidak dianjurkan langsung berbaring.

Entahlah, yang dia lakukan kali ini benar atau salah. Yang jelas Kei sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa.

"Aku akan mengembalikan ini ke dapur. Ingat, jangan tidur!" Danny tak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya singkat.

PARADISE CITY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang