25 . Daddy dan Daniel

100 17 8
                                    

*****
🌵


Marcedes silver hasil pinjaman dari papa Kim terparkir dengan gagah di halaman rumah keluarga William. Yah, sebut saja itu rumah keluarga, walau pada kenyataannya hanya Mr. Will, Justin dan juga beberapa maid dan security saja yang tinggal di sana.

Danny keluar dari mobil silver itu dengan penuh keraguan. Dia sendirian pagi itu, jadi maklum saja tidak ada orang yang bisa memberinya sedikit dukungan.

"Selamat pagi Justin." Sapa Danny canggung. Rasanya aneh bertemu Justin di sini. Anak itu terlihat sangat ceria dan lebih muda dengan pakaian yang dia kenakan saat ini. Beda sekali saat dia berdiri di depan pintu ruangan Mr. Will dengan pakaian formalnya.

"Selamat pagi." Sapanya ramah. "Ah.. bagaimana aku harus memanggilmu di rumah? Mr. Daniel atau tuan muda?"

Danny tertawa terbahak-bahak, membuat Justin kebingungan. Dia sedang serius, kenapa juga Danny justru menertawakan pertanyaannya? Semua pegawai di rumah ini memanggil Jun dengan sebutan tuan muda juga, walau Jun sudah sering kali melarang mereka. Apalagi yang datang kali ini Danny, yang merupakan anak kandung dari boss besar mereka.

"Panggil Danny saja." Jawab Danny enteng, tawanya sedikit mereda. Tak enak juga melihat Justin kebingungan.

"Tuan muda saja." putus Justin sepihak. Danny terlihat ingin protes namun Justin sudah melesat pergi. Membuatnya harus mengurungkan niatnya tadi. "Kenapa diam di sana? Ayo ikut aku." hardik Justin.

Danny geleng-geleng kepala saja. Ternyata Justin tetap bersikap bodoh walau dia sedang di rumah.

Danny sedang mengekor ke mana Justin membawanya pergi. Kedua matanya terus memperhatikan setiap sudut rumah yang dia lewati. Rumah mewah itu dibangun dengan perpaduan nuansa modern, klasik dan tradisional. Sangat indah dan juga nyaman.

Selain itu rumah ini juga dibangun dengan konsep menyatu dengan alam, terbukti dengan banyaknya tanaman yang ditata baik di dalam maupun di luar ruangan. Disepanjang jalan yang Danny lewati, dia bisa melihat banyak jenis pepohonan dan juga tanaman yang tumbuh di sekitar rumah ini.

Danny dibawa ke sebuah ruangan bernuansa tradisional, dengan warna dinding yang didominasi warna cream dan putih. Lantai ruangan ini berbahan kayu dengan konsep duduk lesehan, sangat nyaman.

Satu sisi dinding dibuat setengah terbuka, membuat Danny bisa melihat pemandangan yang sangat indah dari sana. Karena ruangan ini ada di lantai tiga, otomatis jarak pandang Danny dari sana juga semakin luas. Ruangan itu tak terlalu ramai property, selain satu set meja dan juga bantal sebagai alas duduk, ruangan tersebut hanya diisi dengan sebuah meja kayu yang atasnya diberi hiasan bunga tulip.

Satu hal yang membuat Danny tertarik, ada sebuah mobil-mobilan kecil terbuat dari kayu yang diletakkan di dalam kotak berlapis kaca. Benda itu tidak diletakkan di dalam lemari, melainkan diletakkan tepat di dekat bunga tulip tersebut.

"Silahkan duduk tuan muda." Kata Justin, wajah tololnya menginterupsi lamunan Danny. "Sebentar lagi Mr. Will akan datang." Lanjutnya lagi.

"Kau memanggilnya Mr. Will juga saat di rumah?" tanya Danny. Lelaki itu kemudian duduk dengan santai sambil mengistirahatkan kakinya yang lumayan pegal. Maklum saja, walaupun Danny sudah sembuh tapi dia masih sering merasa lemas dan mudah lelah.

Salah Danny juga karena ngeyel minta diijinkan menyetir sendiri tanpa supir, padahal papa Kim sudah melarangnya pergi sendiri. Perjalanan dari rumah Kei ke rumah keluarga William memakan waktu sekitar satu setengah jam, untung saja perjalanannya tadi terbilang lancar walau hari ini adalah hari minggu.

"Aku memintanya untuk memanggilku daddy tapi Justin menolak." Mr. Will tiba-tiba muncul dari balik pintu, diikuti dua orang maid yang membawa banyak cemilan dan juga minuman.

PARADISE CITY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang