19 . Kali Pertama

120 18 3
                                    

******
🌵

Bisa dibilang Kevin dan Jane adalah orang yang nampak biasa saja saat mendengar Jun memanggil Mr. Will dengan sebutan daddy tempo hari. Bukan hanya karena rumor yang mengatakan bahwa Jun adalah putra dari seorang Mr. Will, namun juga karena seringnya melihat kemesraan diantara mereka berdua yang terlalu terpampang nyata.

Kevin yang punya hobby hampir sama dengan Jun, yaitu menggosip bahkan sudah sering mendengar Jun memanggil Mr. Will dengan panggilan tersebut sejak lama. Walaupun memang tidak ada pernyataan resmi dari mereka berdua, tapi Kevin yakin keduanya punya hubungan yang tidak biasa.

Sedangkan untuk Jane, entahlah ini bisa dikatakan sebuah kebetulan yang indah atau buruk. Yang jelas Jane yang sedikit kesulitan berpura-pura dihadapan Keiyona dan Nara merasa sedikit tersiksa dengan beban rahasia yang dia punya.

Ingin sekali Jane mengatakan semuanya, jika Jun tak memohon kepada Jane malam itu, jika saja Jun tak berhasil meyakinkan Jane, dan jika saja bukan demi kebaikan Keiyona, maka Jane tak mau menyimpan beban ini sendirian.

"Naik ke punggungku! Cepat!" Kevin segera membantu Jane menaiki punggung Jun. Sebenarnya Kevin bisa saja menggendong Jane, tapi jika dilihat situasi dan kondisi mereka saat ini rasanya niat untuk membantu harus ditahan.

"Kevin, tolong telfon Danny, suruh dia segera ke sini menggantikan aku! Dan juga tolong sampaikan permintaan maafku kepada semua dewan direksi." Kevin mengangguk, segera dia kembali ke ruang meeting untuk melakukan apa yang Jun minta. Sementara Jun sudah melesat ke luar dengan Jane yang bertengger lemah di punggungnya.

"Taxi!" Teriak Jun frustasi, beruntung mereka berhasil mendapatkan taxi setelah beberapa kali Jun berteriak. "Pak tolong antar kami ke rumah sakit! Tolong lebih cepat ya pak!" Rancu Jun tak sabaran.

Lima hari yang lalu setelah tanpa sengaja Jane harus menginap di apartemen Danny dia tampak biasa saja. Bahkan keesokan paginya Jane masih dengan cekatan menyiapkan sarapan bersama dengan Keiyona. Tadi pagi gadis cantik itu juga masih terlihat sehat walau memang jika diingat lagi dia tampak sedikit pucat.

"Kau dengar aku Jane?" Jun meletakkan kepala Jane di dadanya. Sesekali Jun belai kepala gadis cantik itu hingga punggung. "Kau masih bisa bertahan kan?"

Jane tak menjawab. Sebagai gantinya dia genggam erat tangan Jun hingga akhirnya kegelapan perlahan menguasainya.

*****

"Sudah makan malam?" Danny mengangguk di balik panggilannya. "Danny kau dengar aku?"

Yang dipanggil hanya terkekeh, dia baru sadar orang yang sedang diajaknya bicara tidak ada dihadapannya. Itu sebabnya Keiyona tak dapat melihat anggukan kepalanya.

"Aku sedang merebus ramyon."

"Kau tidak makan ramyon Danny." Danny terkekeh lagi.

"Aku makan sesekali. Jika terpaksa." Katanya singkat. "Tenang saja, aku masih punya sisa telur dan sosis, makan malamku tidak terlalu buruk."

Keiyona tersenyum kecut. Seandainya dia ada di Seoul, sudah pasti Kei langsung meluncur ke apartemen Danny untuk memasak sesuatu. Namun lagi-lagi dia harus puas bermalam di luar kota tanpa Danny.

Bisa dibilang ramyon, telur dan juga sosis adalah makanan terakhir yang akan Danny pilih untuk makan. Jika tidak dalam kondisi terdesak, Danny tidak akan makan itu. jika dipikir-pikir memang semenjak Jun kecelakaan kulkasnya jarang sekali terisi. Karena Jun tidak bisa belanja sendirian dan juga karena dia tak lagi punya asisten maka keduanya hanya bisa belanja jika punya waktu luang.

Kei sebenarnya seringkali menawarkan diri untuk membantunya belanja bahan makanan, namun dengan alasan apartemen mereka jarang dihuni karena semuanya sering bekerja di luar kota, jadilah kulkas besar itu sering tidak terurus.

PARADISE CITY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang