27 . Last But Not Least

115 16 8
                                    

*****
🌵



Ibu Choi masih sering menelfon Danny, sekedar basa basi menanyakan kabar lalu berakhir dengan bujukan untuk memikirkan keputusannya lagi.

Jawaban Danny masih sama. Dia tidak tertarik dengan harta warisan sama sekali.

Ngomong-ngomong soal harta, baru-baru ini Mr. Will baru saja menambah pundi-pundi kekayaannya. Setelah proses yang cukup panjang akhirnya sebuah gedung mewah di perbatasan kota telah Mr. Will dirikan dengan kokohnya.

Gedung itu akan menjadi supermarket mebel dan property terlengkap yang pernah mereka punya. Bisa dibayangkan, seberapa besar keuntungan yang akan mereka dapatkan. Walaupun lokasinya ada diperbatasan, namun sebenarnya lokasi itu adalah lokasi yang sangat mudah dijangkau siapa saja.

Daya beli masyarakat di sekitar gedung itu juga sangat tinggi. Mr. Will optimis peluang sukses sudah pasti mereka miliki.

"Di mana Justin?" Tanya Danny sambil menguap lebar. Dia masih belum terbiasa bangun pagi, sementara bangun pagi adalah hal wajib di keluarga ini.

"Sudah berangkat ke kantor." jawab Jane.

Tadi malam gadis itu menginap di rumah keluarga Mr. Will karena rapat perusahaan yang diwakili Jun berakhir hingga tengah malam. Jane yang kebetulan menggantikan posisi Sarah terpaksa harus menginap di rumah bosnya karena Jun melarangnya pulang sendirian.

"Justin, Jun dan Mr. Will sudah berangkat sejak 15 menit yang lalu." Lanjut Jane lagi.

Gadis itu masih sibuk menumpuk roti, daging dan beberapa macam sayuran, sedikit mayonise dan saos sambal juga selembar keju sebagai pelengkap. Dia sedang membuat sarapan untuk Danny.

"Aku tidak tau kau menyukai ini atau tidak, tapi Kei memintaku untuk memastikan kau harus makan dulu sebelum berangkat bekerja." Danny mengangguk. Dia rapikan dasi dan kemejanya sambil menunggu Jane selesai menghidangkan makanan.

"Makanlah! Aku dapat resep ini dari Keiyona. Dia bilang kau sangat menyukainya."

"Terima kasih, sebenarnya kau tidak perlu repot-repot. Maaf, kau harus menyiapkan sarapanku padahal kau bisa pergi dengan Jun terlebih dahulu."

Jane terkekeh. Dia letakkan dua potong sandwich di atas piring. Lalu menuangkan susu full cream ke dalam gelas kosong milik Danny.

"Salahmu memang. Kenapa juga harus meliburkan semua maid di rumah ini sih? Kau bayangkan saja 4 orang laki-laki tinggal di rumah sebesar ini tanpa maid? Kalian mau kelaparan?"

Memang Danny yang meminta ijin daddynya untuk meliburkan semua maid selama satu minggu. Dia cukup percaya diri mampu bertahan tanpa maid. Namun nyatanya semua orang dari mereka kelabakan.

Mr. Will dan Justin sangat amat terbiasa dilayani. Berbeda dengan Jun dan Danny yang lebih punya banyak pengalaman hidup mandiri. Sayangnya kesibukan Jun dan Danny membuat Mr. Will dan Justin jadi tidak terurus. Terutama di pagi hari. Danny yang selalu sulit bangun pagi tak pernah sanggup membantu Jun menyiapkan sarapan pagi.

"Iya juga sih. Mau bagaimana lagi, aku dengar selama satu tahun ini mereka tidak libur sama sekali. Kasihan kan mereka? Lagi pula cuma satu minggu, kami pasti bisa bertahan." Danny menguap sekali lagi.

"Kita pakai sopir saja, atau kau mau aku yang menyetir huh?" Tawar Jane. Dia tidak yakin Danny bisa menyetir mobilnya sendirian.

"Why?"

"Aku punya rencana menikah tahun depan. Aku tidak ingin mati sia-sia di jalan."

Danny mengunyah sandwichnya sambil mengangguk mengerti. Dia memang masih sangat mengantuk, kalau saja dia tak punya janji dengan klien, maka Danny lebih senang tidur kembali.

PARADISE CITY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang