17. Pengakuan

4K 673 293
                                    

Selamat membaca꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

Mitsuya mengusap kepalanya yang dirasa pening ketika ia bangun. Ia tak ingat apa yang terjadi kemarin, hal terakhir yang ia ingat hanyalah ia kerumah Ran dan meminum alkohol untuk melampiaskan segala perasaan putus asanya.

Namun tahu-tahu saat bangun ia sudah berada di apartemennya, dan hal yang pertama kali ia cari adalah Sora.

Namun wanita itu tidak ada dimanapun hingga ia ingat bahwa wanita itu pergi kerumah ayahnya. Mitsuya meraih ponselnya memeriksa apakah ada pesan atau telpon masuk dari wanita itu. Namun nihil tak ada satupun.

Mitsuya menghela nafas, sepertinya wanita itu benar-benar marah padanya. Ia sepertinya memang harus meminta maaf terlebih dahulu.

Mitsuya mengetik sebuah pesan dan mematikan handphonenya, ia mengambil handuknya dan menuju kekamar mandi agar pikirannya sedikit jadi lebih segar.

Mitsuya memejamkan matanya ketika dirasa seluruh tubuhnya terkena air dari shower. Hah... Rasanya benar-benar menenangkan, kepalanya yang terasa pening tadi langsung berhenti ketika terkena air.

Namun tak lama Mitsuya menggeram ketika sebesit ingatan lewat pada kepalanya.

"Tapi, di lain sisi... Aku juga mencintainya."

Mitsuya seketika membuka matanya dengan lebar. "Apa? Ingatan apa itu?" Ucapnya terheran-heran.

Mitsuya kalut, ah... Sial sepertinya ia sudah berbicara yang tidak-tidak saat mabuk.

Dengan cepat Mitsuya menyudahi mandinya, ia melilitkan handuk itu pda pinggangnya dan segera keluar memeriksa ponselnya apakah ada balasan dari Sora atau tidak.

Namun nihil, wanita itu bahkan tak membaca pesannya dan itu membuat Mitsuya sedikit khawatir. Ia jadi berpikiran bagaimana jika wanita itu tidak sampai dirumah ayahnya melainkan diculik seseorang ditengah jalan?

Dengan cepat Mitsuya memakai pakaiannya, ia harus memastikan sendiri keadaan wanita itu.

Mitsuya turun ke parkiran apartemennya dan segera mengendarai mobilnya menuju kediaman Akabane.

~

"Aku tidak menyangka kau berani menunjukkan wajahmu disini." Ketus ayah Sora.

"... Maafkan saya ayah mertua, tapi saya benar-benar ingin melihat Sora sekarang."

"Untuk apa? Kau ingin menyakiti putriku lagi?"

Mitsuya menghela nafas, inilah mengapa ia sangat tak suka pada ayah mertuanya itu. Mertuanya itu sejak dulu sudah membencinya terlebih ketika mengetahui bahwa ia sering menyakiti putrinya kebenciannya itu semakin menjadi-jadi.

"Aku tidak akan menyakitinya ayah."

Ayah Sora mendecih. "Omong kosong."

"Pergilah, putriku tak ingin menemuimu." Lanjutnya dengan nada suara yang masih ketus.

"Ayah mertua, kumohon biarkan aku memastikan keadaannya sekali saja."

"Tidak. Sekarang pergilah toh sebentar lagi kalian akan bercerai."

"Saya mohon ayah mertua, setidaknya sekali. Saya hanya ingin melihatnya sekali saja lalu pergi." Ucap Mitsuya sambil memohon dihadapan ayah Sora.

Ayah Sora menghela nafas, ia mengeluarkan rokok dari sakunya. Ia menyalakan rokok itu dan menyesapnya.

"Baiklah, namun setelah ini jangan pernah menemui putriku lagi."

~

Mitsuya masuk kedalam kamar Sora dengan perlahan, ia melihat wanita itu sedang terbaring dikasurnya sambil memejamkan matanya.

Dengan hati-hati Mitsuya duduk di kursi yang tersedia disamping tempat tidur Sora.

Dengan pelan Mitsuya mengusap dahi wanita itu, sekedar mengecek suhu tubuh wanita itu apakah masih panas seperti kemarin atau tidak.

Mitsuya menghela nafas lega, demam wanita itu sudah turun. Kekhawatirannya benar-benar tak ada gunanya ia bahkan sampai dimaki oleh mertuanya.

Mitsuya memandangi wajah wanita itu dengan seksama, ia bahkan tidak berkedip sedikitpun. Melihat wajah wanita itu yang tertidur dengan pulas membuat hatinya menjadi damai.

"Lihatlah perjuanganku untuk menemuimu." Gumamnya pelan.

Mitsuya menurunkan tangannya dan mengenggam tangan Sora.

"Saat berpisah denganku nanti kau benar-benar harus bahagia."

"Jangan terlalu sering memakan coklat, kau bisa gendut."

"Nanti temuilah lelaki yang lebih baik dariku, yang dapat membalas perasaanmu, dan yang dapat membuatmu bahagia."

Mitsuya tersenyum tipis. "Setelah ini tidak akan ada lagi yang menyakitimu, yang menantimu didepan sana hanyalah kebahagiaan Sora."

Mitsuya bangkit ia mendekatkan wajahnya pada wajah Sora, lantas ia kecup lama kening wanita itu.

"Aku mencintaimu." Ucapnya pelan sangat pelan hampir tak terdengar sama sekali.

Dengan langkah pelan Mitsuya mulai pergi dari sana, ia teringat begitu banyak kenangan ketika ia bersama dengan wanita itu. Seketika hatinya terasa sesak.

Mitsuya merasa tak rela harus berpisah seperti ini, ia berbalik dan memandangi wanita itu diambang pintu.

Dengan hati yang dirasa sakit Mitsuya memandangi Sora dengan nanar.

"Kamu harus bahagia."


Tbc

Sy gabut jadi up( ◜‿◝ )♡

Regret ||Takashi MitsuyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang