Hmz jadi saya gabut... Lagi. Hehe.
Jadi up xixi greget juga sebenernya.
Untuk song recomendection silahkan putar sesuka hati kalian saja.Selamat membaca( ◜‿◝ )♡
Sora dengan sekuat tenaga membopong Mitsuya, menggendong lelaki itu dipunggungnya.
Ia sedaritadi terus meneteskan air matanya dan bergumam. "Jangan mati, Mitsuya... Jangan mati." Rintihnya dibawah salju.
Tadi... Saat Mitsuya menyebrang Sora juga ada disana, dia awalnya melihat lelaki itu terus saja berdiri didepan kediamannya dan tak lama setelahnya ia pergi, Sora merindukan lelaki itu jdi dia mengikutinya tanpa sadar.
Hingga lelaki itu menyebrang dan ada mobil yang entah darimana melaju dengan cepat kearahnya, Sora berteriak sekencang mungkin sambil menghampiri Mitsuya. Ia mendekap lelaki itu dan berakhir mereka berdua tertabrak mobil bersama.
Mereka terlempar, Sora terbangun sial sekali kepalanya berdarah dan sepertinya tangannya pun patah. Sora meringis pelan ia melirik kearah Mitsuya, jantungnya rasanya berhenti berdetak.
Ia lngsung menghampiri Mitsuya yang terkapar tak perduli pada keadaannya yang mengenaskan.
Sora menangis. "Mitsuya, hei! Kau mendengarku??" Ucapnya panik setengah mati.
"Ah! Ambulance! Siapapun!" Teriaknya namun nihil disana terlalu sepi tak ada siapapun kecuali mereka bertiga, sekaligus dengan pengendara mobil tadi yang tidak diketahui keadaannya. Karna mobilnya terbalik, Sora tak memperdulikannya.
Sora merobek pakaiannya dan mengikatkannya pada perut lelaki itu yang berdarah.
"Mitsuya... Kumohon..." Rintihnya sambil mengguncang pelan tubuh lelaki itu.
"Bagaimana ini...? Kepalanya juga berdarah..." Isaknya. "Ah! Ayah! Ayah!" Teriaknya gelagapan mencari ponselnya namun nihil ponselnya rusak, layarnya bahkan sudah tak berbentuk lagi.
"Aaaaaaaaarghhh!!!" Sora berteriak kesakitan rasanya ia ingin gila karna tak tahu harus melakukan apa.
Sora jadi ingat bahwa didekat sana ada rumah sakit, dengan tekadnya yang kuat Sora mulai mengangkat Mitsuya. Awalnya ia terhuyung dan tak sanggup mengangkat lelaki itu.
Terlebih tangannya juga patah, namun ketika darah lelaki itu mengalir di punggungnya ia langsung menangis, dengan sekuat tenaganya ia menggendong Mitsuya.
Ia berjalan menuju rumah sakit, ia mencoba berlari namun ia tidak sanggup karna adanya salju yang tebal.
"Bertahanlah... Kamu tidak boleh mati..." Isaknya.
Sora menangis dengan deras, kepalanya juga terasa pusing, darah terus menguncir dari kepalanya.
Namun ia tetap menguatkan dirinya, setidkanya ia harus sampai di rumah sakit. Ia harus sampai agar lelaki yang ia cintai itu bisa selamat.
Sora dengan terengah-engah, tersungkur kearah hamparan salju, kakinya terasa sangat lemah, ia melirik kearah kakinya.
Ah... Pantas saja i susah berjalan, kakinya juga terluka, ada beling kaca mobil disana. Namun seakan tak perduli Sora memaksakan dirinya bangun. Yang ada di kepalanya saat ini hanyalah keselamatan Mitsuya.
Ia bahkan tak perduli pada salju putih yang mulai berubah warna menjadi merah akibat darahnya.
"Bertahanlah Mitsuya, rumah sakitnya sudah terlihat." Lirih Sora sambil mencoba untuk menguatkan dirinya.
"Hei... Aku sangat mencintaimu, karna itu kamu tidak boleh mati." Ucap Sora dengan pedih.
"Mitsuya... Aku mencintaimu, tidakkah kau juga mencintaiku..?" Tanya Sora dengan susah payah, kesadarannya benar-benar hampir habis, sekitarnya mulai buram.
Namun ia tetap memaksakan dirinya, ia harus bertahan demi lelaki itu. Harus.
Sora menangis tersedu-sedu, "Maafkan aku, karna setelah ini aku benar-benar akan pergi jauh."
~
Sora tersenyum pedih melihat Mitsuya yang berada diatas bangsal. Ia benar-benar menggendong Mitsuya sampai kerumah sakit itu.
Ia berdiri dengan tegar, dengan dara yang mengalir dari seluruh tubuhnya. Pandangannya mulai buram kesadarannya benar-benar hampir habis.
Ia melihat Mitsuya. "Mitsuya, kau tidak boleh mati." Ucapnya kemudian ia ambruk, tak kuasa lagi menahan sakit diseluruh tubuh serta kepalanya.
Para perawat dan dokter segera memasukkan Mitsuya keruang UGD sedangkan Sora baru saja dianikkan ke bangsal, dengan panik perawat disana segera memberinya alat pernapasan.
Dengan cepat Sora dilarikan kearah kamar UGD, pendarahannya bukan main.
"Jantung pasien tidak berdetak!"
Ayah Sora yang baru saja menerima telpon bahwa Sora masuk rumah sakit, bahkan hampir pingsan. Dengan cepat ia datang kerumah sakit itu, dan menanyakan pada perawat disana.
"Pasien sedang di operasi." Ucap perawat itu.
Dengan cepat ayah Sora berlari menuju ruangan tempat Sora di operasi, dengan perasaan cemas serta khawatir setengah mati ayah Sora tak berhenti memanjatkan doa kepada Tuhan agar putrinya selamat.
Ia tak ingin... Ia tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya.
Sedangkan ayah dan ibu Mitsuya pun ikut menyusul, mereka berdua terduduk didepan ruangan dengan perasaan kalut.
Ran dan Hina pun datang tak lama setelahnya, Hina tak henti-hentinya menangis mengingat sahabatnya yang sedang berada didalam ruangan itu berjuang untuk bertahan hidup.
1 jam sudah berlalu dan dokter yang bertugas diruangan Mitsuya pun keluar.
"Bagaimana keadaan putraku?!" Teriak ibu Mitsuya sambil mencengkram kerah dokter itu.
"Tenanglah." Ucap Ayah Mitsuya.
"Tulang rusuk, serta kepalanya mengalami pendarahan namun untungnya kami dapat menanganinya, semua ini berkat wanita yang membopongnya hingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan."
Ayah Sora membulatkan matanya. "Apa maksudmu?! Putriku yang membopong pria itu kesini?!" Ucapnya marah.
"Be-benar..."
Ayah Sora melirik kearah orang tua Mitsuya. "Lihatlah! Lihatlah apa yang selalu dilakukan oleh putra kalian pada putriku!" Ujarnya marah.
"Kenapa putra kalian itu selalu membuat putriku menderita!! Kenapa hah!!!"
Ayah Sora marah bukan main, emosinya benar-benar berada dipuncak pada saat ini. Rasanya ia ingin menghancurkan segalanya.
Sedangkan orang tua Mitsuya hanya terdiam, mereka tak tahu harus bagaimana karna wajar sekali jika ayah Sora marah akan hal ini.
Ibu Mitsuya meneteskan air matanya. "Maaf... Ini semua salah kami." Ucapnya sambil membungkukkan badannya.
Ayah Mitsuya pun seperti itu, ah... Ia jdi mengingat hal buruk yang sudah ia lakukan pada putranya.
"Maaf, karna kamilah Takashi jadi menyakiti putrimu... Kami memohon maaf."
Dengan perasaan hancur, ayah Sora pergi dari sana tanpa mengucapkan apapun. Ia takut emosinya terus naik dan malah mencelakai orang-orang disana.
"Sora..." Gumam Hina sambil terisak.
Ran sedaritadi hanya terdiam sambil bersandar pada tembok, wajahnya datar sambil memandang lurus kedepan.
"Jadi inilah... Akhir yang terjadi."
—
TbcGimana perasaan kalian tentang chap ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret ||Takashi Mitsuya
Romance"kamu sebenci itu dengan pernikahan kita?" "iya." "kalau begitu, mari kita bercerai." "Kini aku menyerah padamu, dan pada kita." -Regret S1 "Berhentilah hidup di balik bayang-bayang wanita yang sudah lama mati itu!!" "Tapi aku percaya Sora masih hid...