Sora berjalan sambil menggandeng tangan Mitsuya, mereka sedang jalan-jalan santai sambil menikmati pemandangan pada kota Roma itu. Kota yang sering disebut sebagai kota cinta oleh banyak orang.
Sepanjang jalan Sora banyak menceritakan banyak hal, dan Mitsuya terkadang akan menimpalinya atau menjawabnya dengan dehaman.
"Hey, kalian pengantin baru?" Tanya orang asing yang menghampiri mereka.
"Oh, yeah." Jawab Sora, pernikahan mereka baru 6 bulan jadi masih bisa disebut pengantin baru kan?
"Kebetulan sekali, kota Roma memang kota yang sangat cocok untuk pengantin baru seperti kalian!" Ujar orang itu antusias. "Kalian harus mampir ke kebun anggur yang tak berada jauh dari sini nanti."
"Kebun anggur?" Ujar Sora.
"Yap! Disana adalah kebun yang dikelola oleh seorang pria bernama hm... Kalau tidak salah hm... Namanya, ah! Taiju Shiba!"
Sora tersenyum pelan. "Terimakasih, kami akan kesana!"
"Baguslah, nanti kalian bisa memanen anggur disana sekaligus mungkin kalian akan diberi wine gratis!"
Sora mengangguk dengan tatapan berbinar ia menatap Mitsuya yang sedaritadi hanya terus terdiam. "Ayo kita pergi kesana!" Ujar Sora.
Mitsuya mengangguk. "Iya." Jawabnya singkat.
"Ah, kalau boleh tahu siapa nama kalian?" Tanya orang asing itu.
"Namaku Akabane Sora, dan dia suamiku Mitsuya Takashi."
"Oh cool! Kalian orang Jepang? Kebetulan sekali Taiju Shiba itu juga orang Jepang!"
"Sungguh? Aku jadi makin tak sabar. Hm... Ngomong-ngomong siapa namamu?"
Orang asing itu memukul kepalanya pelan. "Maaf, aku lupa menyebutkan namaku, namaku Emma!" Ucapnya sambil tersenyum manis.
"Salam kenal Emma, terimakasih karna sudah memberi tahu kami."
"Tentu, ngomong-ngomong apa kalian sudah ke air mancur trovi?"
Sora menggeleng. "Ah... Sayang sekali, padahal disana benar-benar indah. Terlebih da legenda yang mengatakan jika masing-masing dari kalian melempar koin dari sana maka kalian pasti akan kembali lagi ke kota Roma ini." Ucap Emma panjang lebar.
Seketika Sora merasa tertarik dengan itu. "Sungguhkah? Ah... Tapi aku lebih ingin ke kebun anggur sekarang."
"Kalian bisa kesana saat akan pulang nanti." Ujar Emma.
"Tapi ini hari terakhir kami."
"Ah, sungguh? Hm... Maaf tapi sepertinya kalian tidak bisa ke kebun anggur itu kini." Ujar Emma dengan sedikit kecewa.
"Apa? Kenapa?"
"Yah, letaknya memang tidak terlalu jauh namun tidak bisa dibilang dekat juga akan butuh waktu agar kalian sampai disana belum lagi ketika kalian pulang nantinya."
Seketika tersirat perasaan kecewa pada Sora dengan lesu ia menghela nafas. "Sayang sekali."
"Tak masalah, kita bisa datang lain kali." Ucap Mitsuya akhirnya setelah lama berdiam diri.
Sora melirik Mitsuya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Emma jadi merasa tak enak. "Em... Sebagai ganti kebun anggur itu bagaimana kalau kalian ke the mouth of truth saja?"
~
"Ah... Jadi ini the mouth of truth itu..."
"Aneh." Ucap Mitsuya.
"Kamu jangan begitu." Timpal Sora sambil mencubit pelan perut lelaki itu, namun bukannya mencubit ia malah merasakan betapa kerasnya otot perut lelaki itu.
Seketika Sora dengan refleks menjauhkan tangannnya, "maaf." Ujarnya malu dengan wajah yang memerah.
"Kalau kau mau kau boleh menyentuhnya lagi di hotel nanti." Goda Mitsuya.
Sora cengo, ia masih belum terbiasa dengan sikap lelaki itu kini. Ia jdi sering berpikir apakah lelaki yang sedang berdiri dihadapannya itu benar Takashi Mitsuya suaminya yang begitu dingin dengan mulut tajamnya.
"Kamu benar-benar Mitsuya kan...?" Ujarnya memastikan sambil memegangi kedua pipi Mitsuya.
"Iya ini benar aku."
Sora menggerutu pelan. "Bagaimana jika kau memasukkan tanganmu ke mulut itu dan bsrkata bahwa kau adalah Mitsuya." Ujarnya sambil menunjuk the mouth of truth.
"Memangnya apa hubungannya?"
"Bukankah Emma tadi mengatakan bahwa jika kau memasukkan tanganmu kesana dan berkata bohong maka kau akan digigit."
"Itu omong kosong."
"Sudahlah coba saja dulu!" Dengan perasaan gemas Sora menuntun Mitsuya untuk meletakkan tangannya disana.
"Sekarang coba katakan kalau kau itu memang Takashi Mitsuya."
"Yaya, aku ini Takashi Mitsuya," Ucapnya dengan nada yang terdengar cuek.
"Jadi apa kau digigit?"
Mitsuya menggeleng, ia menarik tangannya. "Sudah kubilang itu hanyalah omong kosong, hanya mitos."
Sora mencibir. "Yasudah ayo kita segera ke air mancur trovi!"
"Memangnya kau punya koin?" Tanya Mitsuya.
Sora ketika kaku, dengan cepat ia menggeleng.
Mitsuya merogoh sakunya dan menemukan dua koin disana. "Ini aku punya." Ujarnya menyodorkan satu koin itu pada Sora.
"Hm... Apa kau sengaja menyiapkannya?" Tanya Sora curiga.
"Jangan berharap, itu hanyalah kembalian dari makanan yang kau beli tadi." Jawabnya sambil terkekeh.
Sora seketika kembali mencibir, entah mengapa lelaki itu jadi terasa menyebalkan.
Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju air mancur, selama perjalanan mereka melihat begitu banyak pasangan yang sedang berjalan sambil bergandengan tangan dengan wajah yang bahagia. Seketika Sora dibuat iri oleh itu.
Mereka sampai pada air mancur, Mitsuya melempar koin tadi ke air mancur.
Sedangkan Sora hanya melamun sambil terus mengenggam koin itu pada tangannya.
"Apa kau takkan melempar koin itu?" Tanya Mitsuya sambil menaikkan sebelah alisnya.
Sora menghela nafas. "Entahlah, aku tidak sanggup."
"Kenapa?"
"Jika melempar koin ini, katanya kita akan kembali lagi kesini namun... Saat kembali nanti aku tidak yakin apakah memang kita yang kembali atau hanya salah satu dari kita." Ujarnya lirih sambil menatap Mitsuya dengan pedih.
Mitsuya diam, dia tak tahu harus menjawab apa.
"Lagipula kota ini juga salah satu kota yang memberiku kenangan buruk." Lanjut Sora.
Mitsuya meraih koin itu dari tangan Sora. "Aku sudah melempar koinku dan aku mewakili dirimu untuk melempar koinmu." Ujar Mitsuya sembari melempar koin milik Sora.
"Suatu hari nanti kembalilah kesini lagi meski tanpaku."
—
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret ||Takashi Mitsuya
Romansa"kamu sebenci itu dengan pernikahan kita?" "iya." "kalau begitu, mari kita bercerai." "Kini aku menyerah padamu, dan pada kita." -Regret S1 "Berhentilah hidup di balik bayang-bayang wanita yang sudah lama mati itu!!" "Tapi aku percaya Sora masih hid...