Daritadi mau up tapi jaringan tidak mau bersahabat:) hmz. Jadi mohon maaf ya kalau jadi telat upnya. Enjoy !
"Pakailah dasi ini." Sora menyodorkan sebuah dasi pada Mitsuya, namun Mitsuya segera menepis lengan perempuan itu.
"Aku sudah memilih, jadi aku takkan memakainya."
Sora mengangguk. "Baiklah, setidaknya biarkan aku yang memasangkannya."
"Tidak perlu, aku bisa sendiri."
Dengan kesal Sora menarik kerah jas suaminya itu.
"Apa yang ka—"
"Aku ini istrimu, hal seperti ini adalah kewajiban ku." Ujarnya cepat.
Sora dengan cepat memasangkan dasi Mitsuya sebelum lelaki itu protes lagi akan tindakannya.
"Selesai."
Mitsuya menghela nafas lalu mengambil tasnya yang berada diatas meja, ia berlalu begitu saja dari hadapan Sora tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Namun baru ingin membuka pintu apartemen Mitsuya terhenti ketika Sora berucap.
"Hei... Aku mencintaimu." Ujarnya.
"Dan aku tidak."
Brak.
Pintu tertutup, Mitsuya sudah pergi kini hanya Sora sendirian didalam apartemen itu.
Sora tersenyum simpul sambil menatap pintu yang baru saja tertutup itu, ia ditolak lagi hatinya terasa sakit. Ia sudah sering ditolak oleh lelaki itu namun tetap saja ia tak bisa terbiasa dengan penolakannya rasanya selalu sama. Menyakitkan.
Sora terduduk pada samping kasur ia menatap pada cermin dihadapannya.
"Lihat betapa menyedihkannya dirimu." Lirihnya sambil mentertawakan dirinya sendiri.
Tanpa ia sadari air matanya mulai turun. Hah... Dia tidak mengerti bagaimana dia bisa jatuh cinta kepada lelaki itu, ia benar-benar tak mengerti kenapa hatinya malah tersangkut pada lelaki yang tak punya hati itu.
Sora mendongak, "hah.... Dasar lelaki jahat." Makinya sambil mengusap air matanya.
Sora bangun dari tempat tidur. "Arghhh! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku!!!" Teriaknya geram.
"Lihat saja kau akan menyesali dirimu."
~
Mitsuya tersenyum pelan ketika melihat sahabatnya terus saja bercerita tentang kesenangannya akhir-akhir ini.
"Kau senang sekali ya... Padahal aku benar-benar menderita karena pernikahanku."
Pria yang bernama Ran itu menatap Mitsuya dengan bingung. "Kenapa? Apa kau sedang ada masalah dengan istrimu?"
Mitsuya tertawa hambar. "Masalah apanya, kau tahu sendiri pernikahanku ini hanya didasari oleh perjodohan. Terlebih wanita itu benar-benar cerewet bukan main." Mitsuya memegangi kepalanya yang terasa pusing.
Ran terkekeh, "Jangan seperti itu, cobalah untuk membuka hatimu kepada istrimu itu."
"Untuk apa?"
"Ya... Siapa tahu kalian berdua bisa bahagia jika kau membuka hatimu untuknya kan?"
"Omong kosong, Ran."
"Jangan seperti itu Mitsuya nanti kau menyesal."
Mitsuya tertawa remeh. "Itu tidak akan pernah terjadi.
"Kamu terlalu menganggap remeh istrimu, aku bersungguh-sungguh suatu hari kau pasti akan menyesal."
"Yaya, terserah kau saja."
"Kalau dilihat-lihat lagi kau benar-benar mirip denganku ketika itu."
"Hah? Apanya yang mirip, kau bercanda."
"Kau sekarang ini menepis hal itu dengan keras namun akhirnya kau benar-benar akan menyesal."
"Sudahlah kenapa pembicaraan kita maah mengarah kesana?" Kata Mitsuya mulai dongkol.
Ran tersenyum, bisa Mitsuya lihat siratan rasa kecewa dan pedih pada matanya.
"Kau tahu bukan...? Aku, benar-benar menyesal karna selalu menolaknya dulu. Sama sepertimu sekarang ini."
Ran mengenggam kalung yang selalu melingkar di lehernya, ah lebih seperti liontin. Ia perlahan-lahan membuka liontin itu dan tampaklah wajah seorang wanita yang terlihat sedang tersenyum bahagia.
"... Yang tersisa padaku hanyalah penyesalan, dan kuharap kau tak mendapat penyesalan yang sama. Mitsuya."
Ran terlihat hampir menangis ketika mengingat dulunya dirinya juga sama seperti Mitsuya yang terus-menerus menolak perasaan dari wanita yang dengan tulus mencintainya.
Hingga suatu hari wanita itu pergi ketempat yang begitu jauh darinya, jauh... Sangat-sangat jauh.
Sejak kepergian wanita itu Ran benar-benar hancur ia barulah menyadari perasaannya ketika wanita itu meninggalkannya.
Seandainya bisa memutar balikkan waktu ia pasti akan membalas setiap pernyataan cinta dari wanita itu, namun mau dibagaimanakan lagi? Semua sudah terjadi.
Ran bangkit dari duduknya. "Kuberi saran, terimalah perasaan istrimu itu dan jangan pernah menolaknya lagi."
—
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret ||Takashi Mitsuya
Romance"kamu sebenci itu dengan pernikahan kita?" "iya." "kalau begitu, mari kita bercerai." "Kini aku menyerah padamu, dan pada kita." -Regret S1 "Berhentilah hidup di balik bayang-bayang wanita yang sudah lama mati itu!!" "Tapi aku percaya Sora masih hid...