Mitsuya terus saja fokus berkutat pada berkas-berkas dihadapannya yang tak ada habisnya. Ia sebenarnya sangat lelah namun ia juga tak mungkin mengabaikan semua berkas penting itu.
Selama hidup sebenarnya ia tak tahu harus hidup untuk apa, ia tak memiliki cita-cita atau apapun kehidupannya murni diatur oleh ayahnya.
Mitsuya terkadang merenung sebenarnya apa yang benar-benar ingin ia lakukan namun ia tak pernah mendapatkan jawaban.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk."
Pintu ruangannya perlahan dibuka dan tampaklah seorang wanita dengan rambut hitam semapai, ia terlihat begitu anggun.
Tercium aroma yang menenangkan bersamaan dengan masuknya wanita itu kedalam ruangan Mitsuya.
Senyum wanita itu mengembang ketika melihat Mitsuya. "Aku membawakanmu makan siang!" Serunya senang sambil menghampiri Mitsuya.
Mitsuya hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada berkasnya. "Aku tidak lapar. Bawa itu kembali." Katanya dengan dingin.
Sora tersenyum simpul mendengar tutur kata suaminya itu, hem... Yah reaksinya kali ini tidak buruk karna pada awalnya Mitsuya bahkan melempar kotak makan yang ia bawa itu.
Mitsuya tidak tanggung-tanggung dalam memperlakukannya dengan dingin. Ia bahkan sering kali tidak menggubris perkataan Sora.
Sora tentunya kecewa hatinya juga sakit namun ia tidak akan menyerah hanya karna diperlakukan seperti itu.
Menyerah? Yang benar saja, dia tidak akan pernah menyerah untuk memperjuangkan sesuatu yang sangat ingin ia dapatkan. Meski sesulit apapun tantangannya.
"Aku tau kamu belum makan apa-apa seharian ini. Jadi kalau kamu makan ini aku nggak bakalan gangguin kamu sampai besok."
Mitsuya terlihat tertarik dengan perkataan wanita itu. "Kau berjanji?" Tanya masih ragu.
Sora mengangguk. "Ya, aku berjanji."
"Kalau begitu kemarikan makanan itu."
Dengan senang hati Sora berjalan kearah Mitsuya dan memberikannya kotak makanan yang sudah ia siapkan dirumah tadi.
Mitsuya melirik kearah Sora. "Setelah aku memakan ini kau harus pergi dari sini mengerti?"
"Tentu."
Mitsuya memakan makanan yang sudah dibuat Sora itu dengan lahap hingga Sora tersenyum lebar bahkan matanya pun ikut tersenyum.
Setelah makanan habis Mitsuya baru sadar apa yang baru saja ia lakukan, "eherm... Masakanmu lumayan."
Sora terkekeh pelan sambil membereskan kotak makanan yang isinya tidak tersisa sedikitpun itu.
"Aku sangat senang, karna aku belajar memasak karenamu dan melihatmu yang lahap memakan masakanku benar-benar menyenangkan!" Serunya dengan gembira.
Mitsuya hanya menatap datar. "Biasa saja."
"Sesuai janji jangan ganggu aku seharian ini."
Sora tertawa kecil. "Baiklah-baiklah tuan Takashi Mitsuya, kalau begitu aku pergi dulu. Jangan merindukanku!" Katanya sambil berlari kecil menuju pintu.
Mitsuya menatap kepergian wanita itu dengan datar. "... Merepotkan." Gerutunya dengan telinga yang memerah.
~
"Kau itu sebenarnya bagaimana sih? Sudah jelas suamimu tidak akan mencintaimu tapi tetap saja."
"Jangan berkata begitu, aku yakin dia akan mencintaiku. Ngomong-ngomong lihat! Dia memakan habis seluruh makanan yang kubawakan untuknya." Seru Sora perasaan senang bukan main.
Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sahabatnya yang sedang merasa bahagia hanya karna hal kecil dari lelaki yang ia sukai.
"Kau sesuka itu dengan Mitsuya?"
"Tentu saja! Dia cinta pertamaku!"
Hinata meringis. "Katanya cinta pertama nggak bakalan berhasil."
Sora menaikkan sebelah alisnya. "Kata siapa?"
"Kataku barusan." Tunjuk Hinata pada dirinya.
"Menyebalkan." Cibir Sora.
"Kuberi nasehat ya... Cinta boleh bodoh jangan."
"Iya, aku tau tapi kalau sudah menyangkut perasaan mau bagaimana lagi? Terkadang logikaku bilang yang aku lakuin itu hal bodoh tapi tiap ngeliat dia logikaku itu langsung ilang."
"Bucin."
"Sudahlah aku mau lanjut bekerja saja." Hinata pergi dari hadapan Sora.
Sora tersenyum simpul lalu melanjutkan kegiatan menggambarnya, ia bukan seniman dia hanya menggambar desain gambar pakaian yang akan ia jahit nanti. Pekerjaan Sora adalah seorang desainer ia cukup terkenal karna karyanya yang unik dan terlihat elegan di satu waktu yang bersamaan.
Alasan utama Sora bisa menikah dengan Mitsuya pun itu karna ia adalah anak dari sahabat ayah Mitsuya dan juga seorang desainer terkenal.
Sora tersenyum-senyum sendiri sambil memikirkan nanti ketika ia akan pulang dan bertemu dengan Mitsuya.
Memikirkan lelaki itu saja bisa membuatnya bahagia, apalagi jika nantinya mereka bertemu.
Meskipun sering mendapatkan penolakan yang tegas dari Mitsuya Sora tak pernah menyerah ia tetap memperjuangkan perasaannya terhadap lelaki yang seperti kulkas 23 pintu itu.Sora tak tau berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk meluluhkan hati lelaki itu namun jelasnya ia pasti bisa membuat lelaki itu membalas perasaannya. Dia sangat yakin.
-
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret ||Takashi Mitsuya
Romantizm"kamu sebenci itu dengan pernikahan kita?" "iya." "kalau begitu, mari kita bercerai." "Kini aku menyerah padamu, dan pada kita." -Regret S1 "Berhentilah hidup di balik bayang-bayang wanita yang sudah lama mati itu!!" "Tapi aku percaya Sora masih hid...