Entah saja kapan semuanya jadi seperti ini, tiba-tiba saja ayahku menjodohkan ku dengan wanita yang pertama kali kutemui. Awalnya aku menolak namun setelah melihat wanita itu aku langsung menerimanya.
Entahlah aku tak mengerti... Hanya saja ketika melihat kedalam manik kelam wanita itu, aku ikut terhanyut.
Ia wanita aneh yang sangat blak-blakan, ia menyatakan perasaannya setiap ada kesempatan dan pada setiap kesempatan itu pula aku menolaknya, aku mendorongnya menjauh.
Aku selalu menyuruhnya untuk menyerah terhadapku, tapi... Dalam lubuk hati aku juga berharap agar dia tetap memperjuangkan ku.
Aku tahu aku egois. Melihatnya tersenyum seperti orang bodoh ketika melihatku itu... Rasanya benar-benar menenangkan.
Keberadaan wanita itu benar-benar sangat berarti baginya... Namun ia benar-benar tak bisa membalas perasaan wanita itu.
"Maaf Sora..." Gumam Mitsuya memandangi wanita itu dari kejauhan.
Mitsuya termenung. "Kamu tak seharusnya mencintai lelaki sepertiku."
Mitsuya menyerngit pelan. Ia mengingat ketika wanita itu mengajaknya untuk bercerai serta berkata bahwa ia menyerah.
Hati Mitsuya terasa pedih dan lega disatu waktu yang sama. Ia bersyukur akhirnya wanita itu menyerah terhadapnya, namun... Ia juga merasa tak rela karna pada akhirnya wanita itu menyerah terhadapnya.
Mitsuya mengingat dirinya yang terasa menyedihkan, sejak kecil ia tak tahu harus hidup seperti apa. Ayahnya selalu menuntutnya untuk menjadi yang terbaik.
Ia bahkan tak diberi hak untuk menentukan cita-citanya, ia bahkan tak tahu bagaimana rasanya dicintai oleh keluarga.
Ayahnya yang tegas dan gila kerja tidak pernah memperhatikannya, ibunya dia bukanlah tipe ibu yang jahat hanya saja ibunya terlalu kaku dalam mengekspresikan rasa sayangnya sehingga kerap kali ia jadi mengabaikan Mitsuya.
Semenjak itu Mitsuya menjadi pribadi yang dingin, tak banyak bicara dan cara bicaranya pun cukup tajam. Ia berlaku seenaknya, dan ayahnya tak mempermasalahkan itu asal nilai Mitsuya selalu tinggi.
Jangankan menerima Sora dalam kehidupannya menerima keluarganya saja ia merasa tak mampu bagaimana dengan Sora? Yang hanyalah orang asing yang singgah.
Dengan tatapan nanar Mitsuya memandangi istrinya yang sedang berlutut dilantai sambil membelakanginya, Mitsuya bisa tahu bahwa wanita itu sedang menangis karna bahunya bergetar.
Mitsuya ingin menghampiri Sora dan menenangkannya namun jangankan menghampiri mengambil satu langkah saja ia tak bisa.
Bagi mereka malam itu adalah malam yang paling menyakitkan untuk satu sama lainnya.
~
"Apa kini kamu akan bersikap baik padaku?"
"Entahlah."
"Jangan begitu, sebentar lagi kita akan berpisah... Setidaknya perlakukan lah aku lebih baik lagi untuk tiga bulan terakhir ini."
Mitsuya menghela nafas. "Baiklah aku akan memperlakukanmu lebih baik lagi, tapi sekarang uruslah matamu yang membengkak itu."
"Memangnya ini gara-gara siapa..." Cibir Sora.
"Terserah," Mitsuya pergi dari hadapan Sora entah ingin kemana, Sora tak perduli ia hanya bengong sambil mencoba mengatasi hatinya yang masih terasa sakit akibat kejadian semalam itu.
Sebenarnya Sora tak menyangka bahwa ia akan mengatakan hal itu semalam, kata-kata itu mengalir dengan sendirinya.
Namun ia tak menyesali itu, mungkin memang sudah seharusnya ia menyerah. Untuk apa lagi ia mempertahankan hubungan yang ditentang oleh semesta dan isinya. Bahkan mungkin pencipta semesta itu sendiri juga menentang hubungan mereka.
Sora terkejut ketika mendapati Mitsuya yang kembali kehadapannya dengan membawa sekantong kompres es.
"Setidaknya kompres matamu, kau itu benar-benar." Ujarnya sambil menaruh kompres itu dihadapan Sora.
Sora cengo, tiba-tiba ia mati kutu maksudnya wow sekali lelaki itu benar-benar jadi bersikap baik padanya.
Mitsuya mendecih ia lalu mendorong wanita itu agar berbaring di kasur. "Jangan berbicara apapun." Ujarnya cepat sambil meletakkan kompres itu pada mata Sora.
"Jika kau bisa bersikap baik seperti ini untuk tiga bulan kedepannya maka aku takkan memiliki penyesalan apapun saat kita bercerai nanti."
Mitsuya hanya berdeham. "Kesepakatan kita masih berlanjut untuk tiga bulan kedepannya Mitsuya." Ujar Sora.
"Jadi kau belum menyerah."
"Tidak, aku sudah menyerah. Hanya saja nanti... Aku ingin bertanya padamu untuk terakhir kalinya. Apakah kamu menyesal atau tidak."
Sora tersenyum. "Maafkan aku Mitsuya aku tahu aku sangat merepotkanmu, tapi mengertilah... Aku hanya memperjuangkan perasaanku padamu."
Mitsuya diam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia duduk disamping Sora dan mengusap rambut wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.
Sora menangis dalam diam, usapan tangan lelaki itu membuatnya goyah.
"Ah... Aku sangat mencintaimu!" Desisnya. "Bahkan meskipun kau terus menerus menolak dan mendorongku menjauh darimu aku tetap tidak bisa memungkiri bahwa aku mencintaimu!"
Mata Mitsuya berkaca-kaca, ia jadi bersyukur karna sudah menutup mata wanita itu dengan kompres. Setidaknya wanita itu tidak akan melihat ekspresinya sekarang ini.
"Maafkan aku, Sora."
-
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret ||Takashi Mitsuya
Romance"kamu sebenci itu dengan pernikahan kita?" "iya." "kalau begitu, mari kita bercerai." "Kini aku menyerah padamu, dan pada kita." -Regret S1 "Berhentilah hidup di balik bayang-bayang wanita yang sudah lama mati itu!!" "Tapi aku percaya Sora masih hid...