07: Bola Basket

180 26 1
                                    

Bright akhirnya mengusir mereka dan mulai menikmati kencan yang telah lama ditunggu-tunggunya dengan bahagia. Dia tidak lupa mengatur mi goreng dan yogurt Win yang kaya dengan nutrisi. Dia benar-benar pacar yang baik dan perhatian.

Win melihat piringnya dan melihat piring Bright lalu berkata, "Aku mau tukar telur kamu dengan baksoku."

Bright merasa aneh: "Kenapa?" Dia ingat sekali yang Win tidak begitu suka dengan telur.

Win mengerutkan hidungnya: "Aku pikirnya gini, kalo aku bekerja lebih keras saat ini, aku masih bisa tumbuh lebih tinggi, aku mungkin sama tinggi dengan kamu di masa depan."

Bright terdiam beberapa saat dan berkata: "Pendek juga gak apa apa kok, bisa aku peluk waktu tidur."

Win menjulingkan matanya: "Lebih mudah untuk bercium kalo tingginya sama, dan foto pernikahannya kelihatan lebih cantik."

Bright terguncang.

Win: "Kita juga bisa mencoba lebih banyak pose baru."

Bright: "Makannya lebih banyak, aku bisa pesan lagi kalau nggak cukup."

Bright mengambil telur gorengnya dan memasukkannya ke dalam piring Win.

Win tidak bisa menahan senyumannya. Dia hanya merasa yang Bright tidak seperti Bright dulu ketika dia berusia 18 tahun. Dia juga tidak seperti Bright yang berusia 28 tahun. Tetapi dia masih cinta dengan Bright yang ini.

Bright memandang Win dengan wajah remajanya pada saat ini dengan senyuman. Tatapannya menjadi lembut dan dia makan sambil tersenyum dan bertanya: "Kok rasa mi nya jadi semakin enak ya? Seingatku gak seenak gini dulu?

Melihat Win menatapnya, Bright tersenyum dan menjawab pertanyaannya sendiri: "Ternyata karena kamu ada di sini menemaniku."

Win: "..."

"Sudah berapa lama kamu mempersiapkan kalimat ini?"

Bright: "Nggak ada. Kalimat ini datangnya dari hatiku yang tulus."

Win memasukkan bakso ke dalam mulut Bright: "Kalau gitu makannya yang banyak ya."

Bright masih menatapnya.

Win: "..."

Bright terus memberikan Win isyarat.

Setelah Win selesai makan dan meminum yogurtnya, Bright masih memberinya isyarat dengan tatapannya.

     Setelah Win selesai makan dan meminum yogurtnya, Bright masih memberinya isyarat dengan tatapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Win terdiam lalu berkata: "Yah, ini juga sarapan terbaik yang pernah aku makan."

Bright memakan baksonya dengan puas lalu berdiri dan berteriak, "Pak, bayar."

"Iya, iya." Pemilik warung itu menyeka tangannya di celemeknya dan berjalan keluar. Ketika dia melihat Bright dan Win, ekspresinya tiba-tiba berubah dan dia berkata dengan gugup, "Nak, tolong jangan berkelahi di warung bapak!"

Suamiku, Musuhku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang