20 | Siapa Dalangnya?

66 1 0
                                    

"Ta, kamu serius?" Pertanyaan bernada terkejut tersebut, terlontar begitu saja dari bibir mungil milik gadis bernetra cokelat gelap. Saat si gadis bernetra hitam sedikit abu-abu, baru saja menyelesaikan ucapannya.

Gelengan kepala dan tatapan tidak percaya, menjadi respon Eisha. Saat Leta, terlihat menganggukkan kepala, sebagai jawaban, "Yuk, dah. Keburu bel," ajaknya.

Kedua gadis cantik tersebut, nampak melangkah dengan santai. Ah, ralat! Hanya Leta. Sedang Eisha? Gadis itu memilih berjalan pelan di belakang gadis tomboy itu. Seraya, meremas kedua tangannya, dengan raut wajah khawatir, "Jangan macam-macam, Ta," peringatnya. Menyamai langkah kecilnya, dengan Leta.

Menoleh, gadis berambut pendek tersebut berucap, "Gue cuman satu macem, kok. Lo tenang aja," balasnya tenang. Lalu, kembali fokus menatap ke depan.

Eisha mengamati sekitar. Koridor terlihat masih di penuhi siswa siswi. Sedangkan bel, akan berbunyi dalam beberapa menit lagi. Sepertinya, jam pertama kali ini, ia akan membolos.

"Leta, jangan cari masalah," ujarnya kembali, dengan lirih. Eisha mencoba menghentikan langkah Leta. Dengan cara, memegang pergelangan tangan gadis tersebut. Dan berhasil! Kini, ia dan Leta saling beradu tatapan.

Helaan nafas gusar, terdengar jelas dari Leta. Gadis itu mengerti mengapa Eisha, bersikap seperti ini. Karena, sahabatnya itu merasa khawatir.

"Gue nggak bakal nyari masalah, Eisha," tukasnya, membuat Eisha menghela nafas lega. Setidaknya, hal yang di takutkannya tidak akan terjadi, "Kecuali, dia yang mancing emosi," tambahnya. Lalu, gadis cantik itu kembali melanjutkan langkah. Meninggalkan Eisha, yang nampak diam mematung di tempat.

♥♥♥

"Jawab pertanyaan gue, Nerd," geramnya, menekan setiap kalimat. Ia merasa jengah. Melihat adik kelasnya itu, tak kunjung membuka suara. Padahal, hampir lima belas menit ia berdiri di sini. Waktunya terasa terbuang sia-sia.

"Leta," tegur Eisha. Gadis berkepang dua itu memegang sebelah pundak Leta. Bermaksud, memperingatkan sahabatnya itu, agar tidak melewati batas.

Menoleh sebentar dan mendapati sebuah gelengan kepala, dengusan kasar jelas terdengar dari bibir Leta. Mengapa pula, Eisha harus membela gadis bodoh di depannya ini? Lupakah ia, bahwa dirinya hampir celaka karena gadis cupu itu?

Tak mempedulikan peringatan Eisha, Leta malah menggebrak meja dengan keras. Membuat seisi kelas beserta Eisha dan Citra, terkejut di buatnya, "Jangan buat gue lakuin di luar batas. Cepet kasih tau, siapa yang nyuruh lo buat ngejebak Eisha," ucapnya dingin.

Gadis bernetra cokelat gelap itu, tidak bisa melakukan apa-apa, selain menjadi penonton seperti teman Citra yang lain. Ingin menolong, pun rasa takutnya lebih mendominasi. Leta sepertinya benar-benar telah berubah menjadi singa betina sekarang. Terbukti, dari tatapan gadis itu yang begitu menusuk. Membuat bulu kuduknya, meremang seketika.

"JAWAB ANJING!!! PUNYA MULUT KAN, LO???"

Kesabaran Leta benar-benar di uji oleh Citra. Sepertinya, ia harus melakukan cara kasar agar gadis di depannya ini mau membuka suara.

"Citra, mending kamu jawab aja, ya. Daripada Leta apa-apain, kamu," celetuk Eisha, penuh kelembutan. Mencoba memberi pengertian, pada adik kelasnya itu. Ia benar-benar merasa khawatir, Leta akan berbuat di luar batas. Mengingat emosi sahabatnya, yang kini sudah berada di ubun-ubun.

Gadis berkacamata itu menggeleng kuat. Enggan memberi jawaban, pada kedua kakak kelas di hadapannya itu. Ia hanya memilih menunduk dalam, dengan kedua tangan yang saling bertaut.

Mendapati respon tersebut, membuat Leta tersenyum sinis. Rupanya, adik kelasnya ini, lebih menyukai cara kekerasan. Baiklah, jangan salahkan Leta jika terjadi sesuatu pada Citra.

KenSha [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang