18 | Sebuah Jebakan

1.7K 77 2
                                    

Gadis pemilik netra cokelat gelap itu, nampak mengamati sebuah bangunan yang berdiri kokoh tepat beberapa meter darinya.

Meneguk Saliva dengan susah payah, seraya menatap secarik kertas di genggaman. Bergantian, menatap gedung tinggi tersebut, "Alamatnya udah bener kok," gumamnya pelan. Ia kembali membaca tulisan di dalam kertas itu. Memastikan sekali lagi, jika alamat yang di berikan si gadis berkacamata siang tadi, memang sudah benar, "Tapi kenapa agak beda sama yang di bilang Citra, ya?," monolognya lagi.

Ia kemudian menatap sekitar, yang terlihat sepi dan sedikit gelap. Hanya terdapat beberapa lampu temaram, nampak menerangi area tempat dirinya berpijak. Juga kumpulan mobil mewah, ikut terparkir rapi. Seketika, buluk kuduk gadis itu meremang.

Di raihnya ponsel dalam Sling Bag hitamnya. Kemudian, mendial nomor Citra. Bermaksud menanyakan, keberadaan adik kelasnya itu. Cukup lama ia menunggu. Hingga akhirnya, suara di seberang sana terdengar menyapa, "Halo, kak,"

"Halo, Citra. Aku udah nyampe di alamat yang kamu kasih tadi siang. Kamu ada di mana sekarang?" Tanya Eisha. Gadis itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Mewanti-wanti, keberadaan gadis itu.

"Ak... Aku di dalam kak. Kak Eisha masuk aja," tuturnya, sedikit gemetar. Membuat gadis yang mengenakan baju berwarna merah berlengan panjang tersebut, mengerutkan dahi bingung, "Kamu baik-baik aja, kan? Kenapa suara kamu bergetar?,"

"Aku.., aku baik-baik aja, kak," jawabnya dengan pelan, "Kakak buruan masuk! Bentar lagi pestanya di mulai!," tukasnya, terdengar sedikit kesal. Berhasil membuat, si gadis bernetra cokelat gelap itu gelagapan, "I... Iya,"

Tanpa menunggu balasan dari seberang sana, Eisha langsung memutuskan telepon secara sepihak. Melangkah dengan tergesa, memasuki gedung besar di hadapannya. Tanpa tahu, hal apa yang telah menanti gadis itu di dalam sana.

Sedang di tempat lain namun di waktu yang bersamaan, seorang gadis bernetra hijau terkekeh pelan. Menatap raut ketakutan gadis di depannya, dengan senyum penuh kemenangan, "Good Girl,"

♥♥♥

Suara dentuman musik, terdengar begitu memekakkan telinga. Lampu yang berwarna kerlap kerlip, berhasil membuat si gadis berambut panjang tersebut menyipitkan matanya. Bau Alkohol, tercium jelas di indra penciuman. Memaksanya, menutup hidung menggunakan telapak tangan.

Menjelajahi isi ruangan, meringis pelan. Menatap jijik, di sekitarnya. Bagaimana tidak? Orang-orang di dalam ruangan ini, begitu tidak tahu malu. Membuat gadis itu, ingin segera mengeluarkan isi dalam perut. Dalam hati, ia bertanya. Inikah pesta yang di maksudkan Citra?

Aku yang salah tempat, atau Citra yang salah ngasih alamat?

Menggeleng pelan, mencoba menepis pikiran Negatif yang ada di dalam benaknya. Tidak mungkin kan, jika adik kelasnya itu mengerjai dirinya? Tetapi melihat sekeliling, tempat ini bukanlah tempat yang bagus. Mengingat, pakaian mereka yang terlihat seperti..,

"Oh, Hello Beautiful. How Are You?" Suara berat yang terdengar seperti sapaan, masuk ke indra pendengaran Eisha. Dengan segera, gadis bertubuh mungil itu mendongakkan kepala, yang tadinya menunduk. Menatap, siapakah gerangan sosok yang baru saja menyapanya, "Kak Rei," gumamnya.

Ia sedikit terkejut mendapati musuh kekasihnya, berada dalam satu ruangan dengannya. Membuat dirinya, harus bersusah payah menelan Saliva. Saat ucapan Ken, terngiang di ingatan.

KenSha [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang