07 | Penawaran?

2.4K 105 0
                                    

Pingsan selama kurang dari sejam, akhirnya netra cokelat gelap tersebut perlahan terbuka. Mengerjap beberapa kali, penglihatan yang terasa sedikit mengabur. Ringisan kecil keluar dari bibir tipisnya. Memegang kening yang berdenyut nyeri, ia mengubah posisinya menjadi duduk.

Di mana lagi ia sekarang? Apakah dirinya sudah mati? Bertemu kedua orang tuanya? Tapi, tempat ini seakan tidak asing baginya.

"Nggak usah di paksa," suara berat terdengar datar tersebut, membuat pergerakannya terhenti.

Gadis berwajah pucat itu menoleh. Menatap pemilik suara tersebut. Ia mengerjap beberapa kali. Memastikan, bahwa penglihatannya tidak salah.

Hei! Apakah itu Ken? Kakak kelasnya? Sejak kapan manusia es itu duduk di sana? Menatapnya tanpa Ekspresi? Di manakah Leta? Apakah gadis itu yang menyuruh cowok itu untuk menjaganya di sini? Tapi kenapa?

Haruskah ia tanyakan? Tapi dirinya terlalu takut. Melihat Ken yang menatapnya secara Intens, membuatnya meneguk Saliva susah payah. Mengapa aura cowok itu terasa mencekam sekarang? Apakah ia kesal karena dirinya yang terlalu lama tertidur? Membuatnya bosan menunggu? Tapi ini bukan keinginannya.

Kepalanya masih terasa pusing. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Terlebih lagi, lepuhan di tangannya yang sampai sekarang belum ia obati. Sama sekali. Di tambah, rasa lapar yang menderanya. Sungguh malang sekali nasibnya.

Lamunannya buyar. Merasakan deru nafas hangat menerpa kulit wajahnya. Ia menoleh. Menatap cowok bernetra hitam pekat, yang kini juga balas menatapnya. Jaraknya hanya berkisar tiga Centi. Membuat Eisha, mencium aroma Maskulin Khas milik Ken yang menguar.

Jarak seperti ini, membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Pipinya bersemu merah. Gelenyar aneh muncul ke permukaan.

Ada apa ini? Mengapa rasanya ribuan kupu-kupu bertebaran di perutnya? Menggelitiknya, merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya?

Ya Tuhan! Rasanya begitu nyaman. Ia ingin menghentikan waktu. Membiarkan tatapan tajam bak elang itu, bertubrukan dengan netra cokelat meneduhkannya.

Ken tersenyum tipis. Sangat tipis, sehingga gadis cantik di hadapannya tidak menyadari hal itu. Ia terkekeh geli dalam hati. Reaksi Eisha, benar-benar lucu. Tangan kekarnya ingin sekali mencubit kedua pipi gembul itu. Namun di urungkan. Alhasil, ia hanya diam. Menatap netra cokelat gelap tersebut dalam-dalam.

Netra cokelat gelap milik gadis itu, mengapa meneduhkan sekali? Membuatnya tak kuasa untuk mengalihkan pandangan. Ia sangat menyukainya. Seakan, netra tersebut di ciptakan hanya untuknya.

Berlebihan? Mungkin. Tapi itulah yang sebenarnya. Netra tersebut telah menjadi candu untuknya. Membuat dirinya tidak tahan tidak menatap netra itu sehari saja. Apakah saat ini, ia boleh menyimpulkan? Menyimpulkan bahwa hatinya telah berlabuh pada gadis di hadapannya? Secepat itu?

Hei! Dirinya tidak main-main. Ia mengaku. Mengaku telah jatuh cinta pandangan pertama. Dan cintanya, untuk Eisha. Siswi baru di Sma Pelita. Lucu memang.

Bertatapan kurang lebih 20 detik, Ken tersadar. Cowok itu menjaga jarak. Memutuskan kontak mata, memalingkan wajah salah tingkah. Ia merutuki kebodohannya. Karena kegemasannya, ia berani menatap Eisha dari jarak yang sangat dekat. Gadis itu pasti merasa tidak nyaman.

Leta? Gadis itu sedang mengikuti KBM. Di karenakan, nilai ulangan harian mata pelajaran Kimianya mendapat nilai merah. Alhasil, mau tidak mau ia harus meninggalkan Eisha di Uks sendiri.

KenSha [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang