06 | Pingsan

2.4K 105 0
                                    

Plak...

Satu tamparan keras tersebut, mampu membuat pipi si gadis bernetra cokelat gelap itu, berdenyut sakit. Rasa perih pun menjalar di pipi kanannya. Meninggalkan jejak merah di sana.

Terkejut? Pasti. Siapa yang tidak akan terkejut jika di tampar tiba-tiba? Tanpa tahu apa alasannya?

Gadis itu baru saja pulang dari sekolah. Dan Anita, sudah menghadangnya di pintu utama. Tatapannya yang menajam, membuat Eisha seketika menciut. Dan tanpa kesalahan apapun, tamparan itu melayang ke pipinya. Membuat wajahnya, tertoleh secara paksa.

Memegang pipinya yang terasa perih, ia menatap Anita dengan mata yang berkaca-kaca, "Ma," gumamnya lirih.

Hanya itu yang mampu keluar dari bibirnya. Lidahnya terasa keluh hanya untuk menanyakan alasan wanita itu menamparnya. Rasa sesak itu tiba-tiba menghantam kuat dadanya. Saat cairan kristal itu berlomba-lomba berjatuhan di kedua pipinya. Hah, lagi-lagi dirinya terlihat lemah sekarang.

Beralih menghapus jejak air matanya, Eisha tersenyum. Menatap Anita, yang saat ini menatapnya penuh dengan kilatan amarah, "Assalamu Alaikum, ma," salamnya, mencoba meraih tangan mamanya hendak di ciumnya.

Berdecih pelan, ia menepis tangan anaknya kasar. Sedetik kemudian, dirinya mencengkeram sebelah lengan Eisha dengan kuat. Membuatnya meringis merasakan sakit, "Saya muak melihat kamu berkeliaran di rumah ini," desisnya tajam.

Ia memejamkan kedua matanya. Ucapan Anita begitu menusuk di relung hatinya. Ia tersenyum miris. Sepertinya, wanita itu sudah tidak menyukai kehadirannya di rumah ini. Hah, harusnya ia sadar posisi. Jika bukan karena Mahdi sahabat bundanya, pria itu tidak akan mungkin mau memberinya tempat tinggal dan menerimanya sebagai putri bungsunya.

Sepertinya, ia harus segera meninggalkan rumah dan mencoba untuk mandiri. Ia tidak mau terus-terusan membebani keluarga ini dengan menampungnya sebagai putri mereka. Meskipun waktunya hanya singkat, namun ia merasa bersyukur karena Fely sudah mau menganggapnya sebagai adiknya. Dan Anita yang sudah berbaik hati menganggap dirinya sebagai anak kandungnya.

Lamunannya buyar ketika sesuatu yang panas, mengenai kulit tangannya. Membuatnya berteriak kesakitan. Ia menatap kulit tangannya yang sudah berubah melepuh. Rasanya begitu panas dan perih. Isakannya pun mulai terdengar. Membuat Anita dan Fely tertawa senang, "Ini baru awal, sayang," ucapnya menyeringai.

Ya Tuhan! Ia tidak tahan jika harus di perlakukan seperti ini. Ia tidak sanggup. Penyiksaan ini akan membunuhnya secara perlahan nantinya. Haruskah ia melarikan diri? Tapi ia akan ke mana? Dirinya tidak punya siapa-siapa di kota ini. Argh!

Belum puas membuat kulit tangan gadis itu melepuh, wanita tersebut beralih menendang kaki Eisha. Membuatnya memekik dan terjatuh di lantai teras. Tangisannya pun semakin menjadi saat Fely turun tangan menjambaknya.

♥♥♥

Kruyuk... Kruyuk... Kruyuk...

Gadis yang masih mengenakan seragam sekolah itu, mengusap pelan perutnya yang terus berbunyi sedari tadi.

Setelah kejadian di mana Anita dan Fely memberinya pelajaran, ibu dan anak itu tidak berhenti di situ saja. Keduanya menyeret dan mengurungnya di gudang. Dan membebaskannya, saat jam makan malam telah selesai. Alhasil, dirinya belum menyentuh nasi sedikit pun.

KenSha [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang