09 | Sebuah Perhatian?

2.3K 102 0
                                    

Netra berwarna hitam bercampur abu-abu tersebut, terlihat gusar. Mendudukkan bokong di atas Sofa, memandang langit-langit ruangan dengan kosong. Menghela nafas pelan, Ekspresi wajah terlihat datar. Mengundang tatapan aneh, dari cowok berambut cokelat.

"Cewek bar-bar, Why lo?" tanyanya,
mendapat jitakan di kepala, "Bahasa lo. Kek gado-gado aja. Campur aduk," cibir sang empu.

Menelan keripik di mulut, ia berujar, "Wah, ngelawak lo," menepuk pundak cowok di sampingnya dengan keras.

Hal itu, mampu membuat cowok berbaju kaos berwarna merah tersebut mendelik kesal, "Sakit anjing!," sentaknya.

Sedang cowok berbaju kaos putih polos tersebut, mencibir pelan. Membuatnya mendapat tatapan tajam dari orang yang di cibirnya.

Menggeram marah, gadis berbaju hitam polos yang di padukan dengan jaket Jeans-nya, segera melempar kaleng kosong. Membuat kedua cowok yang sedang asyik berdebat di atas karpet berbulu, terkejut, "Bacot lo berdua," sentaknya dengan kesal.

Rio dan Danial mengelus dada. Untung saja, kaleng minuman bekas Leta tidak mengenainya. Bisa-bisa, di antara keduanya akan meringis sakit. Mengingat, lemparan gadis itu tidak main-main.

"Ya ampun, Leta. Kita berdua bukan tempat sampah. Ngapain tuh, kaleng bekas lo lempar ke sini?" gerutu Rio

Tersenyum sinis, Leta mengangkat sebelah alisnya, "Tapi wajah lo bedua mirip tempat sampah. Gimana dong?," jawabnya, mengerjap polos.

Mendengar hal itu, Keano yang sedari tadi duduk di sebelah Leta, tertawa terbahak, "Cie.., yang wajahnya mirip tempat sampah. Hahaha!," ledeknya, terbahak.

"Sialan lo, Ta," umpat keduanya, menahan kesal.

"Makanya, lo bedua jangan berisik! Gue lagi pusing," lirihnya, di akhir kalimat.

Keano yang tadinya tertawa, seketika mengatupkan bibir rapat. Menatap bingung Leta yang sedang memejamkan kedua mata, "Kenapa dah? Sakit?," tanyanya.

Membuka perlahan kelopak mata, ia menggeleng. Membuang muka.

"Pusing karna efek PMS?" terka Danial, membuatnya mendapat decakan kesal.

"Ya terus lo kenapa, maemunah?" tanya Rio geram, memutar bola mata malas.

Menghela nafas berat, Leta menatap ketiga sahabatnya dengan sendu. Mood-nya sedang tidak baik saat ini. Pikirannya melayang. Memikirkan seseorang. Apakah saat ini, semuanya sudah baik-baik saja? Bagaimana kondisinya sekarang?

Menoleh, saat merasakan tepukan lembut di bahu kanannya. Ketiga cowok itu duduk di Sofa. Keano yang tetap duduk di sampingnya, sedang Rio dan Danial, keduanya duduk di Sofa yang terpisah dengannya dan Keano.

"Ada yang mau lo ceritain?" tanya Keano.

Mengangguk ragu, Leta berujar, "Ini tentang Eisha,"

Mendengar nama gadis itu di sebut, Rio dan Danial mengubah posisi duduknya menjadi tegak. Eisha? Kenapa dengannya?

"Eisha?," beonya, yang di angguki oleh Leta.

"Tunggu. Apa hubungannya sama dedek emes?," tanya Rio bingung, seolah mewakili pertanyaan Keano Dan Danial.

Leta pun segera menceritakan kejadian di sekolah hari ini. Tentang sikap aneh, dari seorang Zeline Zakaeisha. Seharian tadi, Leta dan ketiga cowok tersebut tidak sempat saling sapa. Di karenakan mereka membolos, untuk yang kesekian kalinya.

KenSha [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang