Chapter 37

58.8K 7.5K 1.2K
                                    

'Ayah, laut jahat'

****


Dua minggu berlalu, Zahra sampai di rumah miliknya sendiri. Kedatangannya di sambut oleh kucing peliharaannya. Sebenarnya, tidak bisa dikatakan menyambut karena mereka sibuk kejar-kejaran dan melompat ke sana kemari. Sepertinya, orang yang ditugaskan Zahra untuk mengurus rumah itu sengaja tidak mengunci kandang.

Satu minggu lebih  Zahra benar-benar menguras tenaga untuk cepat meyelesaikan pekerjaannya di China. Bahkan masalahnya ia abaikan dan fokus untuk bekerja, bukan tidak perduli, tapi ia harus menyelesaikan semuanya dengan cepat agar bisa melanjutkan masalah dirinya sendiri. Berkat bekerja juga, ia sedikit melupakan permasalahan keluarganya.

Memilih mengabaikan mereka, Zahra menuju tempat kamarnya berada. Rumah yang dilengkapi dengan dua kamar tidur, ruang tamu dan ruang keluarga, satu dapur yang luas. Di area samping ada kolam renang dilengkapi dengan gazebo, sedangkan di belakangnya terdapat tanah lapang yang sudah di alih fungsikan sebagai tempat bercocok tanam. Zahra mengisi waktu luangnya untuk menanam berbagai macam sayuran hidroponik. Selain ramah lingkungan, menanam sayuran hidroponik sedang trend di kalangan masyarakat pecinta tanaman. Sedangkan di samping lahan sayuran, ada sepetak tanah yang ditanami beberapa jenis bunga. Dan berjalan lebih ke-samping lagi, ada kebun buah yang menyatu dengan halaman rumah.

Setelah membersihkan diri, Zahra menuju dapur. Hari semakin siang dan ia belum mengisi perutnya sedari pagi. Makanan yang disediakan di dalam pesawat terlihat tidak menggunggah selera, meskipun enak, tapi entah kenapa rasanya terasa berbeda.

Sup ayam dan sepiring nasi putih tersedia sebagai menu lunch kali ini. Sangat sepi, membuat Zahra tidak menghabiskan makanannya. Ia benci suasana seperti ini. Rasa laparnya lenyap seketika, memilih membungkus makanan yang masih tersisa banyak dan berlalu menuju kamarnya. Ia akan keluar, mencari tau letak makam Ayahnya, sekalian membagikan makanan yang belum sempat ia sentuh untuk orang-orang yang lebih membutuhkan di luar sana.

*

Di lain tempat, Brata menatap ponselnya tanpa riak berarti yang terlihat di wajahnya. Salah satu bawahannya melaporkan kalau Zahra terlihat di Bandara beberapa jam yang lalu. Brata tidak menyuruh bawahannya untuk mengikuti Zahra, ia tidak ingin melanggar privasi gadis itu. Zahra sendiri yang akan mendatanginya, cepat atau lambat. Mengetahui Zahra dalam kondisi baik-baik saja sudah lebih dari cukup.

"Pak, beberapa menit lagi, meeting dimulai," suara Tirta mengalihkan perhatian Brata.

Bangun dari kursi kebesarannya, Brata mengancing jas mewah miliknya, "Mereka sudah datang?" tanya nya.

"Mereka berada di lobi, sedang menuju ruang rapat," lapor Tirta.

Brata keluar dari ruangannya diikuti Tirta yang membawa beberapa map di genggamannya.

*

Bel pulang sekolah menggema disetiap sudut sekolah. Para murid berhamburan menuju parkiran.

"Hari ini panas banget," keluh Liam di samping Laluna.

"Abang mau?" tawar Laluna menyodorkan satu cup milkshake rasa vanilla. Masih tersisa banyak karena ia baru saja membelinya sebelum menuju parkiran.

"Kenapa minum sambil berdiri? Mau jadi sapi?" delik Liam.

"Abang su'udzon! Luna minumnya di kantin sambil duduk," bela Laluna tak terima.

Double Z [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang