Chapter 49

61.9K 7.8K 602
                                    

'Nggak ada yang tau takdir'

****

Saat sampai di apartemen yang sudah di siapkan jauh-jauh hari oleh orang kepercayaan Brata, Zahra langsung bergegas merapikan tempat itu. Apartemen yang memiliki ukuran tidak terlalu besar namun tidak bisa dikatakan kecil itu terlihat lebih elegan ketika barang-barang di susun rapi.

Gedung apartemen Zahra dan ketiga sahabatnya berbeda, mereka lebih memilih menyewa apartemen yang lebih luas, yang bisa menampung mereka bertiga sekaligus.

Kalau kata Keanu, "Biar irit,"

Jarak gedung apartemen tempat Zahra tinggal hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk sampai di tempat ketiga sahabatnya.

Kulkas berukuran sedang yang berada di dapur milik Zahra sudah terisi penuh dengan berbagai macam bahan makanan, dari yang segar sampai makanan kaleng.

Zahra memilih membuat roti isi karena lebih hemat waktu. Para sahabatnya mungkin akan sampai beberapa menit lagi. Niatnya, mereka akan jalan-jalan mengelilingi kota sepuasnya sebelum dipusingkan dengan materi kuliah.

Tangannya dengan lincah mengetik beberapa kata di ponselnya, ia sedang mengabari Brata kalau ia sudah sampai di apartemen. Mengingat jarak waktu Indonesia dan Amerika Serikat terpaut kurang lebih sebelas jam, kemungkinan pesan itu tidak akan mendapat balasan langsung.

Zahra bergegas keluar dari apartemennya, menuju lobi untuk menemui para sahabatnya yang sudah menunggu.

"Jalan kaki?"

"Jalan aja kali, ya? Nggak usah jauh-jauh, cuma sekitar sini aja." Jawab Keanu.

"Setuju. Gue mau buat vlog," sahut Liam menyetujui, di tangannya sudah ada kamera yang selalu menemaninya ketika membuat video.

"Kok gue kangen Mama, ya?" kata Keanu menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Sadar! Belum juga tiga hari, udah kangen aja lo." Cibir Raden tak habis pikir.

"Maklum, dulu di pondok nih bocah suka kabur buat ketemu Mamanya," ejek Liam sambil mulai merekam keadaan sekitar.

"Bentar, kalian udah makan?" tanya Zahra saat mereka melewati sebuah restoran.

"Udah. Tadi dimasakin Ken,"

"Ini cuma jalan gini doang? Nggak ada tujuan gitu?" heran Keanu menatap sekeliling.

"Emang lo mau gimana? Kayang di sini? Ayo, biar konten gue makian seru," kata Liam mengarahkan kameranya pada Keanu membuat pria itu melotot namun tetap melambaikan tangan pada kamera.

Liam tidak merekam Zahra, seluruh vlog yang ia unggah tentang kegiatan bersama para sahabatnya tidak memperlihatkan Zahra sedikitpun. Mungkin hanya terdengar suaranya saja.

"Ok, kita buat list dulu." Ujar Raden berhenti melangkah dan duduk di kursi yang berada tak jauh dari jalan raya.

"Kalian mau ke mana dulu?" tanya Liam.

"Di sini ada pameran nggak sih?"

"Nggak tau, gue belum searching."

"Ke Museum Seni Harvard, The American Repertory Theatre, Museum Sejarah Alam Harvard, Harvard Square, Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody, sementara itu aja." Raden mengisi list yang ia buat di memo ponselnya. Raden memilih lokasinya yang berdekatan, jadi mereka tidak perlu membuang waktu untuk menempuh perjalanan jauh. Sementara itu, mereka bisa jalan-jalan sekaligus menambah wawasan pengetahuan tentang banyak hal nantinya.

Double Z [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang