Chapter 53

66.8K 9.6K 3.7K
                                    

'Sah!'

****

Zahra duduk diam di dalam kamarnya sendiri. Saat ia tiba, ia mengira jika dirinya salah alamat. Tapi ketika melihat ada sosok Ayahnya, ia meyakini kalau dirinya datang dialamat yang tepat.

Ia segera keluar untuk menemui Ayahnya, ia penasaran kenapa rumahnya didekorasi sedemikian rupa.

"Ayah.." panggil Zahra pelan.

"Hm?" Brata tidak mengalihkan pandangannya dari koran yang ia baca.

"Ayah mau adain pesta?" tanya Zahra menatap orang-orang yang masih sibuk dengan peralatan yang Zahra sendiri tidak tau namanya.

"Pesta?" ulang Brata.

Zahra mengangguk cepat, "Ayah mau buat pesta anniversary buat tante Mei, 'kan?" tanya Zahra cepat. Sebab ia tau, Meira menyukai warna putih dan gold, sedangkan dekorasi itu menggunakan warna yang sama.

"Nggak. Tanggalnya udah lewat bulan lalu," jawab Brata.

"Oh, mau buat pesta ulang tahun tante Mei?" tebak Zahra lagi.

Saat Zahra ingin bicara lagi, Brata segera memotong kalimat putrinya, "Pernikahan kamu," ujarnya santai.

Zahra terdiam sebentar, lalu melotot kaget. Ia dengan garang menatap ayahnya sampai terbangun dari duduknya, "Ayah bercanda, 'kan?" tanya nya penuh harap.

"Emang Ayah keliatan lagi ngelawak?" Brata balik bertanya.

Zahra kembali duduk, ia syok dengan kenyataan itu, "Ayah! Masa nikahnya dadakan? Nggak mau!" protes Zahra tak terima.

"Lah, undangan udah disebar. Kamu mau malu-maluin diri sendiri? Terus bakalan keluar berita tentang 'keluarga Mahardika membatalkan pernikahan putrinya'."

"Tapi Ayah nggak minta persetujuan Zahra."

"Dari mananya? Kamu lupa, waktu Ayah telpon kamu dulu?"

Zahra terdiam sebentar, "Ayah nggak minta izin,"

"Kamu nggak denger pas akhir?" heran Brata.

Zahra terdiam, ia ingat jika Brata bilang pihak pria menentukan tanggal pernikahan dan langsung diurus oleh pihak mereka.

Zahra memejamkan matanya sebentar, "Cowoknya siapa? Biar Zahra samperin,"

"Mau ngapain?"

"Ya kenalan, Ayah.. Masa mau nikah tapi nggak kenal calon suaminya, 'kan nggak lucu,"

"Lagi di pingit,"

"Kita bukan orang Jawa, mana ada pakai pingit segala," balas Zahra tak terima.

"Kamu pikir yang dipingit cuma orang Jawa?"

"Lupain. Pernikahannya kapan?"

"Besok. Akad pagi, langsung resepsi. Mungkin kelarnya sore,"

"Ayah, Zahra nggak kenal sama cowoknya. Apalagi keluarganya, Ayah tega kirim Zahra ke orang asing?"

"Loh, kenapa salahin Ayah? Kan dulu Ayah udah tanya, kamu aja yang nggak dengerin Ayah ngomong, asal iya-iya aja." Omel Brata lalu meninggalkan Zahra yang linglung.

Zahra hanya memandang ke arah halaman rumah yang sudah didekorasi sedemikian rupa, temanya outdoor. Sesuai seperti impian Zahra dulu, bahkan warna dan tata letaknya hampir sama seperti bayangannya.

"Mbak, gaunnya mau langsung di simpan atau di coba dulu," tanya seorang perempuan, mungkin itu dari pihak desainer yang dipesan khusus oleh keluarganya.

Double Z [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang