Chapter 42

57.8K 7.4K 1.7K
                                    

'Apa bedanya lo dama gue, Ra?'

****


Setelah perdebatan yang cukup panjang, mereka berkumpul di ruang tamu kediaman Brata. Ada Zahra, Brata, Serena, Darren serta Zahwa. Sedangkan Meira, wanita itu sudah istirahat karena kelelahan.

"Zahra tetap nggak mau," kata Zahra membuka suara. Perjodohan, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam otaknya kalau ia akan mengalami hal itu.

"Za—"

"—Apapun alasannya. Zahra nggak mau!" kekeh Zahra memotong ucapan Brata. Ia tau, tidak sopan memotong kalimat orang yang sedang berbicara, terlebih itu adalah ayahnya.

"Itu balas budi, Zahra. Setidaknya keluarga kita tau cara berterima kasih,"

"Kenapa harus Zahra? Zahwa masih ada."

Yang disebut namanya langsung menggeleng, Zahra saja tidak mau, apalagi dirinya.

"Awa nggak mau. Lagian Zahwa udah tunangan sama Nuga,"

"Pilihan satu-satunya kamu," putus Brata.

Serena dan Darren hanya terdiam. Serena tidak tau harus membela siapa, Zahra dan Zahwa putrinya. Sedangkan Nina, wanita itu berkorban banyak untuk Praja dulu.

"Selalu Zahra, kan? Setiap keadaan mendesak kayak gini, yang jadi tumbalnya Zahra. Kenapa Zahra selalu diperlakukan berbeda dengan Zahwa? Zahwa bebas milih pria yang dia cintai, dia bebas jalani hidupnya tanpa ada tekanan dan tuntutan. Dia bahkan nggak punya beban. Zahra juga pengen hidup kayak gitu, lepas dari semua tanggung jawab yang Ayah tuntut, bebas jalani hidup kayak remaja semestinya," keluh Zahra menatap manik Brata.

"Kalian sama, Zahra." Ujar Serena.

"Jelas beda! Dari mana letak kesamaannya?" sahut Zahra tak terima.

"Zahra nggak mau kayak kalian." tambahnya pelan.

"Kalau gitu, kamu hanya perlu merubah alur," sahut Brata.

"Alur? Ayah pengen liat kehidupan Zahra berantakan?"

"Nggak ada orang tua yang tega melihat anaknya hancur,"

"Terus kenapa Ayah jodohin Zahra?" tanya Zahra hampir frustasi. Bahkan gadis itu mengacak rambut pendeknya hingga berantakan. Seragam sekolah masih melekat di tubuhnya, perutnya masih kosong sedari pulang sekolah, ia tidak merasakan lapar karena terlalu banyak beban yang perlu ia pikirkan.

"Ayah nggak jodohin kamu," balas Brata tak terima. Yang meminta dijodohkan itu Nina, bukan dirinya. Ia hanya tidak tau cara menolak orang yang sudah banyak berjasa untuk Ayah kandung Zahra.

Zahra menghela napas kasar, ia bangkit meraih tas yang ia simpan di lantai, "Zahra mau pulang. Besok mau ngecek proyek di luar kota," pamit Zahra lalu keluar dari sana tanpa mencium tangan orang tuanya.

Lama terdiam, Darren angkat suara, "Tidak seharusnya Zahra menanggung semua ini. Ingat, dia masih kecil. Jangan anggap dia baik-baik saja setelah melewati banyak hal. Mentalnya bisa terganggu kalau terus-terusan dikekang dan dituntut," ujarnya lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

"Mas, aku tau kalau kamu hanya ingin balas budi, tapi jangan korbanin orang lain,"

"Ayah, jangan banyak pikiran. Lebih baik istirahat," pesan Zahwa setelah kepergian Serena.

Double Z [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang