'Nggak lama, Ra. Cuma dua hari'
****
Yaa Raabi, ana baina yadaik
Ya Tuhanku, aku menghadap-MuJuuda ‘alaiyya qalbii yunaadiik
Memohon pada-Mu dengan sangatRoja nadman liik yaa Rahman
Ku kembali pada-Mu dengan penuh penyesalan wahai Sang Maha PengasihTauba’ Liya wurja’ni liik
Terimalah taubat ku dan bimbinglah aku kembali ke jalan-Mu.Suara Kaisar mengalun di dalam kamarnya. Selesai shalat Isya berjamaah dengan Zahra, kini pria itu sedang asik berbaring di atas sajadah, dengan menjadikan paha Zahra sebagai bantal. Zahra yang sedang bersandar pada tembok bagian belakang menikmati suara dari suaminya.
Karena hujan lebat yang tak kunjung berhenti dari sore, jadilah Kaisar shalat di rumah. Biasanya ia akan shalat berjamaah di musholah terdekat, namun hujan menyebabkan banjir. Tidak berbahaya, hanya sekitar tiga puluh senti meter, untuk saja pagar rumah mereka tinggi, jadi air tidak bisa masuk, kecuali luapan air semakin tinggi.
Jemari Zahra mengelus rahang suaminya dengan pelan, membuat Kaisar menatapnya dari bawah dengan senyuman teduh pria itu.
Suara shalawat itu terhenti membuat Zahra menatap Kaisar, bersamaan dengan usapan jemarinya.
Kaisar bergerak memeluk perut rata milik istrinya, kerudung mukenah yang masih melekat pada Zahra sedikit di sikap oleh Kaisar, kini pria itu asik mendusel perut rata Zahra.
"Besok aku ke luar kota," kata Kaisar tidak merubah posisinya sama sekali.
Zahra bergerak melepaskan kerudung mukenah nya, "Berapa hari?" tanya Zahra mengusap surai pria itu.
"Nggak lama. Aku di sana cuma cek lokasi proyek aja, mungkin nginap sehari di sana."
"Itu lama," balas Zahra.
"Cuma dua hari, Ra."
"Tetap aja lama."
"Iya, lama." Ujar Kaisar memilih mengalah dari pada harus mendebatkan masalah lama atau tidak.
"Berangkatnya jam berapa?"
"Pagi," Zahra hanya mengangguk mengerti.
Mereka kembali terdiam beberapa menit, suara hujan masih samar terdengar, artinya di luar hujan masih deras, kamar itu kedap suara, tapi tentu saja masih bisa mendengar suara yang berasal dari atas atap, apalagi ketika hujan deras.
"Kamu nggak ada tanda-tanda mual muntah gitu?" tanya Kaisar.
Zahra menggeleng pelan. Padahal sudah lima bulan, tapi belum ada tanda-tanda dirinya hamil.
"Atau perlu di cek ke dokter?" tanya Zahra.
Kaisar menggeleng, "Nggak usah. Mungkin belum rezekinya aja,"
"Tapi udah lima bulan, Umi juga sering nanya,"
"Nggak usah di pikirin, ntar jadi beban. Lagian kita baru nikah beberapa bulan," ujar Kaisar lalu duduk di hadapan Zahra.
"Lapar, pengen nasi goreng,"
"Tadi udah makan, masa lapar lagi." Heran Zahra.
"Nggak tau. Mau yang pedes,"
Zahra hanya mengangguk, membereskan peralatan shalatnya lalu menyusul Kaisar yang sudah berada di dapur.
"Mau pakai udang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Z [TERBIT]
Ficção AdolescenteZahra Almahera Mahardika dan Zahwa Almeera Mahardika, dua saudara kembar identik yang memiliki watak dan sifat yang jauh berbeda. 'Terlahir dengan wajah yang serupa, bukan berarti memiliki jalan takdir yang serupa pula' penasaran? langsung baca:) N...